Tawaran Menikah

...🔥🔥🔥...

Hallo,

Mohon dukungan untuk karya Author yang satu ini ya! Jangan lupa untuk memberikan like, vote dan komen yang sebanyak banyaknya. Matur nuwun😘

...****************...

Pagi itu, Monika berangkat kerja lebih awal. Dia tidak sabar ingin bertemu dengan Pak Ervan dan melanjutkan pembicaraan mereka yang terputus semalam.

Kebetulan Ervan baru sampai di restoran, pria itu memarkirkan mobilnya di halaman depan. Monika berlari kecil menghampiri Ervan sambil memanggil manggil.

"Pak Ervan.. Pak.." Ucap Monika berulang ulang. Nafas Monika terputus putus karena berlarian mengejar pria berjas itu.

Ervan menoleh, dia menyunggingkan senyum manis pada gadis berumur dua puluh tahun yang berprofesi sebagai tukang cuci piring itu. Gadis yang selalu memasang wajah ceria meskipun memiliki beban pikiran yang bahkan jauh lebih besar daripada gunung dan lebih dalam dari lautan.

"Kamu datang pagi sekali?" Goda Ervan.

"Sengaja, biar aku bisa ngobrol dulu sama Bapak," Monika menyeka keringat yang menempel di keningnya.

"Ngobrol soal apa?" Ervan pura-pura lupa. Dia sengaja melakukan hal itu untuk membuat Monika kesal.

"Soal cara saya membalas budi pada Bapak," Monika sedikit cemberut.

"Oh, itu. Ayo ikut ke ruangan ku." Ajak Ervan.

Ervan melangkah menuju ruangan pribadinya, Monika mengekor di belakang.

Baru kali ini Monika masuk kedalam kantor milik Ervan, ternyata ruangannya sangat rapih, bersih dan dipenuhi perabotan mewah. Ervan mempersilahkan Monika duduk, gadis itu langsung menurutinya.

"Jadi, caranya bagaimana Pak? Aku tidak mau punya hutang budi sama Bapak,"

"Caranya adalah dengan menikah denganku," celetuk Ervan mantap.

"Apa? Menikah dengan Bapak? Apa aku tidak salah dengar?" Monika tak percaya pria berumur tiga puluh lima tahun itu mengajaknya menikah.

"Tidak, kamu tidak salah dengar," Ervan tersenyum.

"Bapak sedang bercanda kan?" Monika menelisik ragu.

"Aku serius. Menikahlah denganku,"

"Maaf Pak, aku tidak bisa menikah dengan pria yang tidak aku sukai. Menikah itu hal yang sakral, aku ingin melakukannya sekali seumur hidup."

Mungkin Ervan pria yang tampan, kaya dan baik. Tapi dia seorang Cassanova, dalam sebulan dia bisa bergonta ganti pasangan sebanyak tiga kali. Buat apa tampan, kaya dan baik jika pria itu tidak setia? Sementara dalam rumah tangga kesetiaan pada pasangan adalah pondasi yang paling utama.

"Aku tau, keponakanmu sedang sakit. Kamu dan kakakmu sedang membutuhkan banyak uang. Menikahlah denganku, aku akan menanggung biaya pengobatan keponakanmu sampai sembuh," celetuk Ervan.

"Kenapa dia bisa tau soal keluargaku? Apa dia memata matai aku selama ini?" Batin Monika.

"Selain membalas budi, kamu juga bisa membantu kakakmu yang sedang dalam kesulitan. Pikirkanlah dulu baik baik tawaranku ini, jangan langsung menolaknya." Lanjut Ervan. Dia terlihat sangat percaya diri kalau Monika akan menerima tawarannya untuk menikah.

Kebimbangan mulai melanda hati Monika, dia bingung mau berkata apa dan harus bagaimana.

"Mulailah bekerja, kamu bisa melanjutkan berpikir dirumah nanti." Lanjut Ervan.

Monika undur diri, dia keluar dari ruangan pribadi Ervan dan pergi menuju dapur untuk melakukan pekerjaannya.

*****

Waktu terus bergulir, pagi berganti malam. Saatnya bagi Monika dan teman temanya untuk menutup restoran dan pulang ke rumah.

Ayu salah seorang teman Monika mengajak pulang bersama, Monika langsung mengiyakan ajakan wanita manis berkacamata kuda itu.

Sepanjang perjalanan menuju rumah, Ayu dan Monika bersenda gurau. Untuk sejenak, Monika bisa melupakan kemelut hidup yang sedang dia hadapi.

Ayu memang teman yang menyenangkan, humoris, murah senyum dan pandai membuat cerita. Tak terasa Monika telah tiba didepan rumahnya, dia langsung turun dari sepeda motor Ayu dan menawarinya untuk mampir kerumah.

"Lain kali saja ya mainnya, sudah malam. Tubuhku juga lelah ingin beristirahat," ucap Ayu.

"Oke, terimakasih sudah mau mengangkut ku.Hati-hati dijalan ya!"

"Oke, sampai ketemu besok." Sepeda motor Ayu melaju pergi dengan kecepatan sedang.

Prakkkk....

Terdengar suara benda pecah dari dalam rumah, Monika langsung berlari mencari sumber suara itu. Alangkah terkejutnya Monika saat mendapati keponakannya sedang terkulai lemah di samping tempat tidur.

"Josua, apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa jatuh dari atas ranjang?" Tanya Monika.

"Aku ingin minum air putih, tapi tanganku tidak kuat mengangkat gelas," tutur Josua sedih.

Monika menangis, dia tidak tega melihat kondisi Josua yang semakin hari semakin memburuk. Dia tidak bisa melakukan segala sesuatu sendiri, dia juga tidak bisa bermain bersama teman-teman sebayanya.

"Mana Ibumu?" Monika mengangkat tubuh Josua dan membaringkannya diatas kasur.

"Dia sedang pergi ke warung, beli mi instan untuk kita makan malam," sahut Josua.

Batin Monika terasa teriris, hampir tiap malam mereka makan mi instan. Gaji Monika yang kecil tidak bisa mencukupi semua kebutuhan mereka bertiga, jadi mereka harus berhemat agar uang itu cukup untuk makan selama sebulan.

Tiba tiba, Monika teringat pada tawaran Ervan. Apa dia terima saja tawaran dari pria itu? Monika menggeleng gelengkan kepalanya, dia mencoba mengusir pemikiran buruk yang bersarang di otaknya.

"Aku tidak boleh menikah dengan pria playboy itu, aku tidak mau hidup dengan ragaku bahagia tapi jiwaku menderita," gerutu Monika di dalam hati.

Monika pergi mandi, dia berganti pakaian dan kembali ke kamar Josua. Tak lama, Maria pulang dari warung dengan wajah murung dan mata merah.

Penasaran, Monika menyeret Kakaknya keluar kamar dan berbicara empat mata.

"Ada apa? Kenapa Kakak menangis?" Desak Monika.

"Kita tidak boleh berhutang di warung tetangga lagi, malam ini kita harus menahan lapar sampai pagi," tutur Maria.

"Kita bisa menahan lapar sampai pagi, tapi Josua bagaimana?" Mata Monika berkaca kaca.

"Semua salahku, aku tidak bisa bekerja dan membantumu mencari uang,"

"Kakak tidak salah, kalau Kakak bekerja siapa yang akan menjaga Josua dirumah?"

Keduanya berpelukan sambil menangis, sampai disuatu titik Maria menangis tersedu sedu hingga kesulitan untuk bernafas. Pasti ada hal lain yang menyebabkan Kakaknya merasa sedih dan tertekan.

"Kakak," Monika meraih wajah Maria dan menatap matanya lekat lekat.

"Mereka bilang,kita orang miskin yang bisanya hanya menyusahkan orang lain," ucap Maria.

Monika tau yang dimaksud mereka oleh Kakaknya adalah tetangga tetangganya. Amarah Monika naik ke ubun-ubun, dia ingin sekali membekap mulut lemes orang-orang itu dengan tangannya sendiri.

Untuk sekian kalinya Monika dan keluarganya dihina, dia tidak tahan mendengar hinaan itu lagi.

"Kakak tenang saja, kesulitan kita akan segera berakhir. Hidup kita akan berubah, Josua juga akan mendapatkan pengobatan yang layak. Aku sudah menemukan jalan keluarnya," ucap Monika dengan nada bicara penuh emosi.

"Jalan keluar? Apa maksudmu?" Tanya Maria penasaran.

Monika tidak menjawab pertanyaan Kakaknya, dia melamun seolah sedang memikirkan sesuatu.

BERSAMBUNG...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!