Nama : Monika.
Umur : 20 Tahun.
Profesi : Karyawan Restoran.
Hobi : Memasak.
Cita Cita : Menjadi orang sukses.
Nama : Maria.
Umur : 40 Tahun.
Profesi : IRT.
Hobi : Menonton Tv.
Cita Cita : Jadi Ibu yang baik untuk putranya.
Nama : Josua.
Umur : 5 tahun.
Profesi : -
Hobi : Menyanyi.
Cita Cita : Dokter.
Nama : Ervan.
Umur : 35 Tahun.
Profesi : Pengusaha.
Hobi : Berganti ganti pacar.
Cita Cita : Menjadi orang paling kaya didunia.
Nama : Erick.
Umur : 65 Tahun.
Profesi : Pengusaha.
Hobi : Memancing.
Cita Cita : Menghabiskan masa tua dengan tenang dan damai.
Nama : Clarissa.
Umur : 35 tahun.
Profesi : Artis.
Hobi : Shopping.
Cita Cita : Menjadi artis papan atas.
Nama : Ayu.
Umur : 20 Tahun.
Profesi : Karyawan Restoran.
Hobi : Memasak.
Cita Cita : Jadi koki.
Nama : Elanor.
Umur : 22 Tahun.
Profesi : Mahasiswa.
Hobi : Travelling.
Cita Cita : CEO.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bahagia atau tidaknya seseorang dalam hidup, sangat tergantung dengan pilihan orang itu sendiri dan bagaimana dia mengupayakannya.
...****************...
Monika merasa tenang karena Josua sudah mendapatkan perawatan yang tepat dan terbaik. Kini dia tidak perlu cemas dan menghawatirkan keadaan Josua dan Kakak perempuannya lagi.
Pagi itu, Ervan kembali datang ke rumah Monika. Dia akan mengajak calon istrinya untuk melihat lihat gaun pengantin.
Bu Erna, salah satu tetangga dekat Monika menegur sepasang kekasih itu dengan senyum ramah.
"Monika, mau kemana pagi pagi begini? Mau jalan-jalan ya?" Tanya Bu Erna.
Monika tau wanita paruh baya itu sedang mencari bahan untuk dijadikan gosip pada tetangga tetangganya yang lain. Monika harus menjawab rasa penasaran Bu Erna agar gosip yang menyebar nanti semakin panas.
"Aku mau pergi lihat lihat gaun pengantin Bu," sahut Monika santai.
"Melihat gaun pengantin? Kamu menikah?" Tanya wanita itu lagi.
"Iya, aku mau menikah sebentar lagi. Ini calon suamiku Bu," Monika menggandeng tangan Ervan.
Entah mengapa, Ervan merasa sedikit grogi. Padahal dia sudah biasa di gandeng oleh berbagai jenis wanita. Tangan Monika terasa berbeda, begitu lembut dan hangat. Padahal dia seorang pekerja kasar.
"Oh, iya. Ganteng ya calon suaminya," ucap Bu Erna.
"Ganteng dong, kan milihnya tidak cuma pakai hati. Kami pergi dulu ya Bu, permisi,"
Usai pamit pada sang tetangga, Monika dan Ervan masuk kedalam mobil. Bu Erna langsung memonyongkan bibirnya beberapa senti kedepan, Monika terus mengamati kelakuan tetangganya itu dari kaca spion.
"Buru buru sekali menikahnya, paling juga sudah hamil duluan," celoteh Bu Erna lirih.
Monika senyum-senyum sendiri, dia teringat pada wajah tetangganya tadi. Dia merasa puas karena berhasil membuat Bu Erna merasa panas, iri dan dengki padanya.
Selama ini Monika dan keluarganya selalu di cemooh oleh Bu Erna dan tetangga tetangganya yang lain. Mulai dari Kakaknya yang menjanda, kehidupan ekonomi yang sulit, sampai dirinya yang menjomblo dan tidak memiliki kekasih.
"Kamu kenapa? Kelihatannya senang sekali?" Ervan penasaran.
"Aku memang sedang senang sekarang,"
"Apa karena ekspresi wajah tetanggamu tadi?" Tebak Ervan asal.
"Bukan. Aku senang karena Josua akhirnya mendapatkan perawatan medis yang layak, terimakasih calon suamiku," Monika menyunggingkan senyum termanisnya.
Dag... Dig ... Dug ...
Jantung Ervan berdetak kencang. Kenapa dia baru menyadarinya sekarang kalau karyawannya yang satu itu sangat imut dan menggemaskan. Kemana saja dia dari dulu?Ervan membalas senyuman Monika.
*****
Tiba disebuah butik pakaian pengantin, Monika menyentuh satu persatu gaun yang terpasang di patung. Beraneka warna, bermacam macam model dan merek. Semua terlihat cantik dan menawan.
Mata Monika akhirnya mendarat pada sebuah gaun berwarna biru muda dengan bagian dada dan punggung sedikit terbuka. Dia pasti akan sangat seksi dan menarik jika mengenakannya, itu benar-benar gaun impian setiap wanita.
"Kamu suka gaun yang itu?" Ervan menatap Monika.
Monika menjawabnya dengan beberapa kali anggukan kepala, Ervan langsung memahami keinginan calon istrinya tersebut.
"Mbak, bantu dia mencoba gaun yang ini," ucap Ervan pada salah satu pegawai butik.
"Baik Tuan. Mari Nona saya bantu," sahut pegawai wanita itu.
Monika selesai memakai gaun pilihannya, dia berputar putar didepan cermin sambil memuji kecantikan dirinya sendiri. Tirai pembatas dibuka, Ervan bisa melihat dengan jelas pesona Monika dalam balutan gaun pengantin itu. Ervan berhenti berkedip, dia bahkan sampai lupa bagaimana caranya bernafas.
"Bagaimana? Aku cantik tidak memakai gaun ini?" Tanya Monika. Dia sangat berharap Ervan menjawab dengan kalimat yang bagus dan jujur.
"Cantik. Emh,,, maksudku semua wanita akan terlihat cantik kalau memakai gaun yang tepat," ucap Ervan.
Monika cemberut, bukan itu jawaban yang ingin dia dengar dari calon suaminya. Ervan tau kalau Monika merasa kecewa dengan jawabannya, tapi dia malah senang karena Monika terlihat sangat lucu jika sedang marah.
"Pria itu tidak bisa diharapkan, sepertinya kami akan sering cekcok jika sudah tinggal satu rumah," gerutu Monika dalam hati.
Menikahi Ervan adalah salah satu cara yang diambil Monika untuk merubah nasibnya, semoga saja keputusan Monika untuk menikah dengan Ervan tidak salah.
*****
Dirumah sakit, Maria terus menggenggam tangan Josua yang belum siuman pasca melakukan oprasi besar. Dia sangat khawatir pada keadaan putranya, karena belum juga membuka mata sejak tiga jam lalu.
Seorang suster masuk kedalam ruang rawat, dia mengantar makanan dan obat yang perlu dikonsumsi oleh Josua jika sudah bangun dari tidurnya.
"Suster, kenapa putraku belum juga bangun?" Tanya Maria.
"Sebentar lagi juga bangun Bu, sabar ya. Efek bius dalam tubuh pasien memang memberikan reaksi yang berbeda beda," jelas Suster itu.
Sang suster pergi, tiba-tiba Maria merasakan tangan putranya bergerak. Maria menatap mata Josua yang mulai terbuka sedikit demi sedikit.
"Bu," panggil Josua lirih.
"Sayang, Ibu ada disini untukmu," Maria membelai lembut rambut putranya sambil menangis.
"Apa yang kamu rasakan saat ini?" Lanjut maria.
"Aku hanya sedikit pusing saja Bu dan perutku terasa lapar," sahut Josua.
"Ibu akan menyuapi mu, setelah makan diminum obatnya ya,"
"Iya, Bu."
Kehadiran Ervan ditengah tengah keluarga itu seperti berkah dari langit bagi Maria. Dia sangat berharap pernikahannya dengan Monika berjalan lancar dan langgeng sampai Kakek nenek. Maria merasa beruntung karena mendapatkan adik ipar baik hati, perhatian dan ringan tangan.
Tidak ada yang bisa Maria berikan pada Ervan dan Monika untuk membalas jasa baik mereka, selain mendoakan meraka yang baik baik.
"Bu, Tante Monika mana?" Tanya Josua.
"Dia sedang mencari gaun pengantin dengan Om Ervan,"
"Pria yang kemarin membawa aku kerumah sakit ya Bu?"
"Iya, benar,"
"Om Ervan baik sekali ya Bu," Josua tersenyum kecil.
"Cepatlah sembuh, jadi anak yang baik dan nurut sama orangtua. Agar Om ervan dan Tante Monika senang," Maria menarik hidung mancung putranya gemas.
"Iya, Bu."
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Hanisah Nisa
semangat lanjut Thor...
2023-02-05
1