Elanor Cemburu

Tidak ada yang benar benar bisa menjadi milikmu didunia ini, bahkan udara yang kamu hirup harus kamu keluarkan kembali.

...****************...

Monika dan Revan pulang dari bulan madu. Seluruh anggota keluarga menyambutnya dengan senyum ceria, kecuali Elanor. Dia terus menatap Kakaknya dengan tatapan tajam dan hati penuh rasa benci. Meskipun begitu, Revan tetap bersikap baik pada adiknya. Karena dia tau bagaimana rasanya saat wanita yang disukai menjadi istri orang lain, terlebih saudaranya sendiri.

Monika menebar senyum saat beberapa pelayan menghampirinya dan membantunya membawa barang barangnya. Jadi begini rasanya menjadi orang kaya, tanpa meminta tolong pun sudah banyak yang mendekat untuk menolong.

"Sebaiknya kalian berdua istirahat dulu, nanti kita lanjut lagi ngobrolnya," ucap Erick.

Ervan mengajak istrinya menuju kamar pribadi mereka yang terletak dilantai dua, kamarnya bersebelahan dengan kamar Elanor. Dua manusia itu harus berhati hati dalam mengeluarkan suara karena Elanor bisa saja mendengar semuanya.

Klak...

Pintu kamar terbuka, Monika terbelalak melihat kemewahan kamar itu. Ukurannya luas, banyak barang dan perabot berharga mahal disana. Beda sekali dengan kamar lama Monika yang sempit dan hanya berisi ranjang serta lemari usang.

"Pergi mandi, setelah itu kita pergi makan malam bersama," perintah ervan.

Monika malah merebahkan tubuhnya diatas ranjang dan menggeliat seperti cacing kepanasan. Pose itu membuat dres yang dikenakan Monika sedikit naik keatas dan menunjukan p*ha mulusnya.

"Gadis itu, apa dia sengaja menggodaku?" Celoteh Ervan lirih.

Ervan mendekat dan duduk di sisi Monika, gadis berambut panjang itu langsung bergeser dan sedikit menjauh. Dari situ Ervan tau kalau Monika masih waspada dan belum mau disentuh olehnya.

"Mas mau apa?" Monika sedikit takut.

"Aku hanya ingin duduk saja, kenapa reaksi mu berlebihan seperti itu?"

"Emhm... Maaf Mas, aku pikir Mas mau menubruk aku tadi," Monika meringis menunjukan deretan gigi putihnya.

"Memangnya kenapa kalau aku menubruk dirimu? Aku kan suamimu,"

"Aku... Aku belum siap untuk melakukan itu Mas,"

"Siap tidak siap, jika aku mau kamu tetap harus melayaniku. Sudah sana, pergi mandi,"

Monika berlari menuju kamar mandi dengan wajah merah karena malu, sementara Ervan hanya tertawa geli melihat ekspresi lucu istrinya itu.

*****

Elanor memasang wajah cemberut, dia hanya mengorek-ngorek makananya dari tadi tanpa memakannya sedikitpun.

"Apa kamu tidak suka dengan makananya?" Tanya Erick.

"Aku suka," Elanor menyunggingkan senyum masam.

"Lalu kenapa tidak dimakan?"

"Selera makan ku hilang Ayah," Elanor memamerkan tatapan sedihnya pada Erick.

"Ingat Elanor, sesakit apapun hatimu kamu harus bisa mengendalikan perasaanmu didepan kakak dan kakak ipar mu itu. Bersikaplah baik pada mereka,"Erick mencoba memberi nasihat bijak.

"Iya Ayah, aku akan berusaha."

Monika dan Ervan masuk keruang makan, mereka menarik kursi dan duduk berdampingan.Monika meladeni Ervan dengan telaten, mulai dari mengambilkan makan sampai dengan mengambilkan minum. Melihat hal itu hati Elanor menjadi panas, dia terbakar oleh api cemburu yang menyala begitu besar.

Monika melirik kearah Elanor, pria itu tengah menatapnya dengan mata merah dan berkaca kaca. Monika tau apa yang tengah Elanor rasakan saat ini, tapi meladeni suami dengan baik sudah menjadi tugasnya. Dia tidak bermaksud membuat hati Elanor terluka.

"El, perhatikan makananmu. Nanti lauknya hilang digondol kucing," sindir Ervan.Dia merasa risih melihat tatapan adiknya pada Monika.

"Memangnya dirumah ini ada kucing? Celetuk Monika dengan tampang polosnya. Gadis manis itu sungguh tidak tau maksud dari perkataan suaminya tadi.

Ervan menarik nafas berat, dia tau kalau Monika masih terlalu muda, tapi dia tidak tau kalau ternyata Monika terlalu bodoh untuk mengartikan maksud yang tersirat dibalik sebuah kata kata.

"Kenapa Mas diam saja?" Tanya Monika.

"Mas?" Erick sedikit menahan tawa.

"Aku memanggil suamiku dengan sebutan Mas Ayah, apa sebutan itu tidak cocok untuknya?" Tanya Monika pada Ayah mertua.

"Dia cocok kok dengan panggilan itu," ucap Erick.

"Apa aku ganti saja dengan sebutan Honey, sayang atau cintaku?" Goda Monika sambil melempar tatapan nakal pada Ervan.

Seketika Ervan batuk batuk, padahal dia belum memakan atau meminum sesuatu.

Elanor menggebrak meja, dia menarik lengan Monika dan menyeretnya pergi dari meja makan. Melihat hal itu, Ervan langsung mengejar Monika dan Elanor.

"El,lepaskan aku!" Monika berontak.

"Tidak akan!"

"Ayolah El, kamu ini sebenarnya kenapa?"

Elanor melepaskan cengkraman tangannya dan menyudutkan Monika ke tembok.

"Apa kamu sengaja membuat aku cemburu dengan menggoda Kakakku?"

"Memangnya salah kalau aku menggoda suamiku sendiri? Kamu saja yang masih terbawa oleh perasaan masa lalu,"

"Kenapa harus dia yang kamu nikahi? Kenapa bukan pria lain saja huh?" Elanor melotot dan membentak Monika dengan kasar.

Monika menangis, tubuhnya gemetaran karena takut. Ervan muncul menarik Monika dan menyembunyikan gadis itu kedalam pelukannya.

"Elanor, bersikaplah sopan pada kakak ipar mu!"

"Selamanya aku tidak akan pernah mau mengakui dia sebagai Kakak ipar ku!"

"Kenapa? Apa kamu masih menyukainya?" Ervan menyudutkan Elanor.

Elanor membisu, sangat salah jika dia mengakui masih memiliki rasa pada Monika. Tapi perasaan itu memang benar adanya, dia masih menaruh hati pada Monika meskipun sudah jelas ditolak sejak beberapa tahun lalu.

"Lupakan perasaanmu pada Monika Elanor, dia sudah menolak mu. Terlebih dia sudah menjadi istriku," Ervan menunjukan rasa tidak sukanya pada sikap arogan sang adik.

*****

Elanor pergi dari rumah, dia mengendarai sepeda motornya dengan ugal ugalan menuju sebuah club' malam. Tiba disana, dia langsung menemui temannya yang bekerja meracik minuman beralkohol.

"Tolong berikan aku satu gelas penuh," pinta Elanor.

"Apa kamu sedang ada masalah? Wajahmu terlihat begitu merah," Bastian menyodorkan satu gelas gagang minuman beralkohol hasil racikannya.

"Biasalah, karena Kakakku. Kali ini dia malah menikahi wanita yang aku suka ,"

"Aku heran pada kalian, Kakak beradik tapi tidak pernah punya hubungan harmonis. Setiap hari selalu bertengkar, aku sampai lelah mendengar curhatan mu itu!"

Ingatan Elanor kembali terbang ke beberapa tahun lalu, saat Monika mengatakan tipe pria yang menjadi idamannya. Pria sederhana, berhati baik dan penuh kasih sayang.

Tapi yang terjadi kini Monika menjadi istri pria kaya, berhati busuk dan seorang playboy kelas kakap. Mungkinkah monika dijebak oleh Ervan agar mau menikah dengannya? Atau memang tipe idaman seorang Monika sudah berubah?

Kepala Elanor merasa pusing sangat memikirkan dua pertanyaan itu,pernyataan yang selalu muncul dibenaknya dan minta segera dijawab.

Entah sampai kapan Elanor sanggup tinggal satu atap dengan Monika dan Ervan, baru kumpul satu malam saja darah didalam tubuhnya sudah naik lima puluh persen. Apa lagi kalau mereka tinggal satu atap terus menerus?

BERSAMBUNG...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!