Sore menjelang, Ervan pulang ke rumah. Sebagai seorang istri Monika harus menyambutnya dengan baik dengan wajah ceria dan tersenyum. Tapi bagi Ervan, hal itu malah terlihat sedikit aneh. Monika terlihat seperti seorang istri yang tengah menginginkan sesuatu.
"Mau makan dulu atau mandi dulu Mas?" Tanya Monika.
"Mandi dulu," sahut Ervan singkat.
"Baiklah, aku akan siapkan air panas untukmu,"
Selesai menyiapkan air panas, Monika memanggil Ervan untuk mandi. Setelah itu dia membuka lemari untuk menyiapkan pakaian sang suami.
Dia mengambil sebuah kaus berlengan pendek, celana pendek dan satu buah ****** ***** berukuran XL. Pikiran Monika melayang jauh ke angkasa. Sangkarnya saja sebesar ini, apa lagi isinya?
Pipi Monika merona karena malu, setelahnya dia menghujat diri sendiri karena telah memiliki pikiran kotor. Padahal, dia masih gadis dan belum berpengalaman.
"Apa ****** ***** ku robek?" Ervan keluar dari dalam kamar mandi.
"Tidak,"
"Lalu kenapa kamu terus memeganginya? Apa kamu penasaran dengan isinya huh?" Goda Ervan sambil menahan tawa disudut bibirnya.
"Aku... Aku..." Monika diserang rasa gugup.
"Berhenti meledekku dan pakai pakaian ini, aku akan menyiapkan makan malam di dapur," Monika mencari cara untuk melarikan diri dan berhasil.
Malam ini Monika memasak hidangan istimewa, karena Ervan sedang merayakan ulangtahunnya yang ke-35 Tahun. Dia memasak ikan bakar, nasi liwet, sambal goreng Pete dan lain sebagainya.
Aroma wangi masakan Monika menyebar ke seluruh ruangan,tanpa diminta, Ervan, Erick dan Elanor datang sendiri menghampiri meja makan. Perut mereka mendadak diserang rasa lapar karena wangi masakan Monika.
"Apa hari ini adalah hari yang spesial? Kamu memasak banyak makanan," celetuk Erick.
"Hari ini suamiku berulangtahun, jadi aku menyiapkan semua ini untuknya," tutur Monika.
"Jadi kami tidak boleh ikut makan?" Tanya Erick.
"Tentu saja boleh, mari makan bersama sama,"
Elanor terus menekuk wajahnya, dia tidak suka sang kakak terus menatap Monika dengan tatapan berbinar. Kalau perutnya tidak sedang lapar, Elanor pasti tidak mau ikut makan malam bersama.
Ervan tidak menyangka, ternyata Monika adalah istri yang penuh perhatian. Selain itu masakannya enak, mengalahkan Koki yang mengelola restorannya.
"Dari mana kamu tau hari ini adalah hari ulang tahunku?" Ervan menatap Monika lekat lekat.
"Ponselmu tertinggal, ada alarm berdering, aku tidak sengaja melihat tulisan My Birthday,"
"Oh, aku pikir kamu tau dari mana,"
"Mas suka tidak dengan makanannya?"
"Aku suka,"
"Kalau begitu, besok antar aku berbelanja ya. Aku kan sudah membuat kamu senang," Monika mengedipkan matanya dengan genit.
"Iya, aku akan mengantarmu. Kamu boleh membeli apapun yang kamu mau dan aku yang akan membayarnya,"
***
Menyenangkan hati seorang ervan ternyata tidak sulit, cukup memberinya kejutan kecil dan memasak makanan enak. Untung saja dia jago memasak, jadi dia punya keahlian untuk menjerat perhatian keluarga itu.
Diatas kasur, Ervan terus berguling kesana dan kemari. Dia merasa tidak nyaman karena pundak dan pinggangnya terasa pegal.
"Mas kenapa?"
"Badanku pegal pegal,"
"Mau aku pijat?"
"Tentu saja mau,"
Ervan langsung membuka kaosnya dan melemparnya ke lantai.
"Kenapa harus membuka baju segala?" Batin Monika.
Pelan tapi pasti, Monika terus menelusuri bagian tubuh Ervan dengan tangannya. Mulai dari betis, punggung sampai dengan pundak dan lengan.
Sengaja, Monika melewatkan area pa ha karena daerah itu masuk dalam kategori area sensitif seorang pria. Dia tidak mau mengusik sesuatu yang sedang bertapa disana karena akan sangat membahayakan keselamatannya.
"Tolong pijit pa ha ku," perintah Ervan.
"Pa ha? Aku tidak bisa," Monika menolak secara halus.
"Kalau kerja jangan setengah setengah dong, jadi terlihat tidak profesional!" Ervan memarahi Monika.
Dengan amat terpaksa Monika menjamah area itu, tentu saja dengan tangan yang kaku dan sedikit gemetaran. Satu menit, dua menit, semua berjalan lancar dan baik baik saja. Sampai di menit ke lima, tiba tiba Ervan menubruk Monika dan menghajarnya dengan ciuman panas.
Monika berontak, tapi tenaganya yang kecil tidak mampu mengalahkan tenaga pria yang besar.
"Emh,,," sebuah d*sahan lolos dari tenggorokan Monika. Dia mulai terbuai oleh perlakuan agresif suaminya.
Pertempuran berdarah itu akhirnya terjadi, Monika telah menjadi milik Ervan sepenuhnya begitu juga sebaliknya.
***
Pagi menjelang, Monika terjaga dengan sekujur tubuh terasa remuk. Dia mendapati banyak tanda merah dan lebam di beberapa area tubuhnya.
"Pria itu, sebenarnya manusia atau serigala tua?" Gerutu monika lirih.
Monika berjalan merambat menuju kamar mandi, dia menahan rasa pedih dan sakit di bagian inti tubuhnya.
"Mas Ervan, awas saja nanti kalau kamu bangun,"
Tidak seperti biasanya, Ervan sangat bersemangat pagi itu. Wajahnya terlihat berseri, cerah seperti mentari. Aura puas terlihat jelas disana, apa yang dia inginkan telah berhasil di dapatkan.
Tanpa perlu bersusah payah,hanya menggunakan trik kecil saja, Monika sudah berhasil dimiliki olehnya seutuhnya. Tidak ada yang bisa menggangu wanitanya lagi saat ini, termasuk Elanor.
Monika menuruni anak tangga secara perlahan, dia memakai pakaian serba panjang ekstra tebal hingga membuatnya terlihat seperti kepompong. Monika melakukan itu agar sisa sisa pertarungannya semalam dengan Ervan bisa disembunyikan dengan baik.
Erick keluar dari perpustakaan mini miliknya, dia menatap Monika dengan tatapan penuh selidik.
"Monika, apa kamu sedang sakit?" Tanya Erick sedikit khawatir.
"Tidak Ayah, aku baik baik saja," Monika tersenyum kikuk.
"Ah,baiklah kalau begitu," Erick pergi begitu saja meninggalkan menantunya.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Hanisah Nisa
lanjut Thor...
2023-02-16
0