PENYESALAN

PENYESALAN

Bab 1

Penyesalan

Buugh buugh.

"Hahaha lihat si Anak baru itu! Dia sangat cantik jika wajahnya penuh dengan tinta!" ucap Kleo setelah menendang kaki Kia sampai tersungkur.

"Hahahah" dua orang temannya juga ikut tertawa melihat muka Kia yang sudah seperti badut.

Kayla Intan Arbeto yang sering di sapa dengan singkatan namanya yaitu Kia. Dia baru saja pindah di sekolah itu, yang mana dia belum memiliki teman sama sekali, sehingga dia dijadikan korban bulliyan di sekolah tersebut.

"Ya tuhan, padahal aku pindah sekolah berharap ini tidak terjadi lagi, tapi kenapa di sini malah makin parah, sangat tidak sesuai dengan gosip yang beredar di luar sana" katanya dalam hati sambil memegangi kakinya yang kena tendangan.

"Hei kenapa lo cuman diam? Lawan dong! Jangan pasang wajah menyedihkan seperti itu, karena kami tidak akan pernah kasihan sedikitpun!" sahut Kleo sembari duduk di kursi sambil menyilangkan kakinya.

Kia yang tidak ingin masalah makin memanjang, dia hanya bisa diam, berharap semua itu cepat beralu. Dia ingin berteriak, tapi percuma tidak ada orang lain selain mereka di rooftop itu.

"Gu gue tidak berani melawan!" balasnya sedikit takut tanpa menatap lawan bicaranya.

Kleo berdiri dengan sedikit emosi lalu berkata, "Hee gue di hadapan lo, kenapa lo menatap ke sana ha? Tatap gue!" pintanya sambil membentak.

Dengan patuh Kia menatap wajah Kleo yang sedang menatapnya tajam. Badanya gemetaran karena merasa sangat takut, ada sedikit penyesalan kenapa dirinya harus pindah sekolah. Di sekolah yang lama, dia tidak pernah diperlakukan sampai menyakiti pisik, paling tidak hanya kata-kata yang sedikit menyayat hati.

"Weeh ternyata kalian sudah di sini, ada mainan baru nih! Cantik lagi, murid baru?" tanya Dikta pada ketiga teman wanitanya itu setelah tiba di rooftop.

Dia datang bersama Angga Durangga, si paling cuek, dingin dan juga tampan. Bisa di bilang dia ketua geng di kelompok para pembully itu. Meski dia memiliki sikap yang sangat arogan, tetapi tetap saja para cewe-cewe mengidolakannya, karena parasnya yang sangat rupawan.

Angga duduk di kursi Kleo tadi, "Siapa?" tanyanya dengan singkat sambil menatap Kia yang sedang menunduk.

Kleo yang memiliki rasa dengan Angga segera mejawab, berharap Angga mau berbicara panjang lebar dengannya. "Anak baru di kelas gue!"

"Oh, apa kalian sudah memberinya pemanasan?" bertanya kembali yang belum melihat wajah Kia karena dia menunduk.

"Sudah, cuman pemanasan biasa agar dia tidak terlalu syok" balas Kleo dengan enteng tanpa berdosa. Bukan dia yang merasakannya, padahal Kaki Kia membiru karenanya.

"Katakan padanya, jangan menunduk di saat gue sedang berbicara!" pinta Angga kesal karena Kia terus saja menunduk, yang mana itu belum pernah terjadi sebelumnya. Semua orang akan memandangnya terposana baik itu laki-laki, dan begitu juga para korban sebelumnya.

Dua wanita teman Kleo yang bernama Bela dan juga Sandra jalan mendekat, membantunya berdiri dengan menarik tangannya secara kasar. "Lo tuli ya? cepat berdiri, dan lihat ke depan, jangan menunduk seperti itu, belum juga di apa-apain!"

Dengan terpaksa, Kia meneggakkan kepalanya dan menatap ke depan, yang mana pandangannya bersetatap dengan tatapan Angga. Kia heran, karena tatapan Angga seketika berubah menjadi amarah dan benci.

Angga beranjak lalu berkata "Kalian semua tinggalin gue di sini dengannya!" pintanya dengan suara tegas. "Sekarang!" teriaknya di buat emosi karena para temannya malam diam saja.

Mereka juga heran dengan tingkah Angga, tapi tidak ingin membuat Angga tambah marah akhirnya mereka pergi dengan rasa penasaran.

"Weh kenapa dengan Angga? Kenapa dia tiba-tiba marah? Gue yakin, jika dia yang turun tangan langsung, Anak baru itu tidak akan bertahan lama!"

"Entahlah, kayaknya kita akan kehilangan mainan baru! Belum juga gue menyentuhnya!" Timpal Dikta.

Mereka berbincang setelah tiba di depan kelas. Mereka hanya bisa saling menebak dengan sikap Angga tadi.

...---------------...

Di roftoop terlihat Angga menghampiri Kia, dia mencengkaram rahangnya dengan kuat membuat Kia kesakitan.

Tatapan Angga makin tajam dan muak melihat mata Kia yang sudah berkaca-kaca. "Gue sudah mencari lo sejak lama, ke mana saja lo ha? Menghilang tanpa kabar, dan datang kembali seaka-akan tidak terjadi apa-apa!" ucapnya sambil menekan setiap kalimatnya lalu pergi dari situ.

Kia bingung, dia tidak mengerti apa maksud dari ucapan Angga yang tedengar seperti keduanya sudah saling kenal sejak lama. Karena cengkraman yang kuat Kia hanya bisa menggeleng.

Angga melepas cengkramannya setelah melihat name tag Kia "Ho apa lo pikir dengan mengganti nama, gue tidak mengenal lo lagi, tapi sayang sekali nama dan wajah lo sudah tersimpan baik di dalam otak gue. Tunggu saja balasan dari gue!" Seakan-akan dia memberitahu jika dia tidak akan pernah lupa dengan orang yang dia benci.

Kia terduduk ke lantai, dia mengingat semua kembali ucapan Angga yang membuatnya sangat bingung "Apa dia mengenalku? Tapi aku tidak pernah punya taman dengan wajah seperti itu" gumamnya.

Dia beranjak setelah mendengar bel sekolah berbunyi, yang menandakan jam istirahat telah usai, berjalan ke ruang kelasnya dengan sedikit pincang karena kakinya masih terasa sakit. Teman kelas tidak ada yang berani bertanya, karena mereka sudah tau siapa pelakunya. Ada yang merasa kasihan, dan ada juga yang tidak peduli sama sekali.

Kia duduk sendiri di bangku paling belakang, dia melihat bekal yang ada di dalam tas nya belum tersentuh sama sakali. "Nanti aku makan setelah pulang sekolah" katanya dalam hati.

Pelajaran Matematika berjalan lancar, Kia yang gemar dengan perhitungan sangat senang mendapat guru yang cara menjalaskan materinya sangat detail tapi mudah di mengerti.

Beberapa menit berlalu, bel sekolah kembali berbunyi. Semua murid berlomba-lomba untuk keluar kelas, berbeda dengan Kia, dia terlihat santai merapikan semua bukunya di dalam tas.

Dia beranjak keluar, tapi di ambang pintu dia cegat oleh Kleo dan kedua sahabatnya. "Eettss sebelum pulang lo harus bermain dengan kami dulu!" sahutnya sambil menarik tas Kia.

"Maaf gue tidak bisa, gue harus pulang sekarang!" tolaknya dengan halus, meski dia sebenarnya sedikit takut.

"Hee beraninya lo menolak, lo masih Anak baru, jangan songong ya!" timpal Sandra sembari mengambil tas Kia dan mengeluarkan isinya.

Semua buku dan alat tulisnya sudah berhamburan di lantai, dan juga sebuah kotak bekal. "Hahaha hari gini lo masih bawa beginian?" tanyanya sambil mengangkat kota itu.

Bela mengambil bekal itu dan membukanya, "Hahaha makanan sampah! Mana layak dimakan! Makan tu sekalian dengan sampahnya!" katanya sambil membuang isi bekal itu ke dalam tong sampah.

Kia tidak bisa membela dirinya, dia yang lemah dan tak berdaya hanya bisa diam dan pasrah melihat bekalnya dibuang begitu saja. Padahal perutnya sudah sangat keroncongan yang hanya diisi dengan air putih dari sejak pagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!