Bab 8

Sesuai dugaan, Kleo dan kelompoknya yang lain mendapat hukuman kecuali Kia dan Sila karena tidak ikut membantu menyelesaikan tugas, mereka di suruh mencuci semua piring setelah sesi makan siang selesai.

Kleo tidak bisa membanta, karena Guru yang di bidang mata pelajarannya itu tidak takut dengan status orang tua mereka yang termasuk salah satu petinggi sekolah, dia meratakan sama semua siswa di matanya.

Bella masih menggerutu tidak terima, "Kan apa gue bilang, pasti kita dapat hukuman, dan ini sangat banyak!" sambil menatap piring yang menumpuk.

Kleo masih tetap santai, dia merasa tidak berbuat kesalahan. "Daripada lo ngoceh tidak jelas, mending lo bantuin mereka agar cepat kelar!" pintanya yang hanya duduk melihat tanpa membantu.

Dengan wajah kesalnya Bella ikut membantu, dia tidak berani melawan Kleo yang status keluarganya lebih tinggi darinya.

Di tempat lain Pak Tono, meminta kelompok yang belum menyelesaikan tugasnya untuk melanjutkan setelah beristirahat.

Kia sudah berada di dalam kamar bersama Sila, tugas mereka sudah selesai karena mengerjakan semuanya termasuk yang dia berikan ke pada Kleo. Cuman berjaga-jaga saja takutnya Kleo dan yang lainnya tidak mengerjakanya. Tapi apa yang keduanya takutkan benar terjadi.

" Yeehh akhirnya bisa rebahan!" ujar Sila sambil menjatuhkan badannya di atas kasur dengan tengkurap.

Kia cuman duduk bersandar "Iya nih, capek juga ya berjalan di jalan yang berbukit!" keluhnya sambil memijat kakinya.

" Tapi seru, kita bisa kenalan dengan warga sekitar" katanya sambil memejamkan mata.

" Em, mereka sangat baik dan juga ramah!" juga memberi kesan baik ke pada penduduk setempat.

Tidak mendengar suara Sila lagi, Kia menengok di mana dia sudah berada di alam mimpi. "Lah tidur, pasti dia sangat kelelahan. Tidak terbiasa berjalan lama. Tidak seperti denganku, yang hampir setiap hari berjalan jauh!" curahnya sambil menyelimuti Sila.

Sila juga ikut berbaring, mencoba untuk memejamkan matanya. Tapi selang beberapa menit dia tak kanjung tidur. Tiba-tiba dia teringat dengan Ibunya, dia beranjak lalu mencoba untuk menghubungi Ibunya.

" Ibu lagi apa ya? Kok teleponku tidak diangkat" katanya setelah percobaan pertama.

Menghubungi kembali sampai empat kali percobaan tapi tetap saja, panggilannya tidak ada respon membuatnya bersedih. Merasa bosan Kia turun ke bawah meninggalkan penginapan.

...----------------...

Di penginapan murid cowo terdengar ke gaduhan, di mana salah satu murid yang bernama saka tidak sengaja menjatuhkan jam tangan milik Angga sampai kacanya pecah.

" Maaf, saya tidak sengaja!" katanya sambil menunduk dengan badan bergetar karena takut.

" Apa lo pikir dengan meminta maaf jam tangan gue bisa utuh kembali ha?" tanyanya dengan marah yang menggebuh.

Saka yang sebelumnya tidak pernah berbuat salah atau melakukan kesalahan segera bersimpuh dan memohon untuk dimaafkan, " Maafkan saya, saya akan menggantinya segera!"

Angga makin tersulut emosi, "Apa lo pikir gue tidak mampu membeli yang baru ha? Asal lo tau gue bisa membeli dengan pabriknya!" merasa direndahkan.

Dikta yang berada di kamar itu jadi bingung dengan sikap Angga yang makin hari makin berubah, Angga yang sebelumnya tidak pernah membawa-bawa yang namanya harta atau status.

Angga melihat jam tangannya dengan wajah sedih. Jam tangan itu adalah hadiah terakhir dari Kakaknya, makanya dia sangat marah sampai menyombongkan diri. Dia pergi meninggalkan kamar, tidak mempedulilan Dikta yang memanggilnya.

" He lo bersihkan serpihan itu! Dan lo harus siap-siap menjadi mainan Angga di sekolah!" katanya sambik manatap tajam.

Saka segera mengambil sapu dan memberishkan serpihan kaca tersebut. Dia makin takut mendengar ucapan Dikta.

...----------------...

Kia berada di pinggir sungai yang tidak jauh dari perkebunan, dia duduk di atas batu besar. Aliran sungai terlihat cukup deras karena semalam hujan turun.

Seseorang datang yang membuat Kia terkejut dan juga sedikit takut. Tapi dia berusaha tenang dan tidak memperlihatkan rasa takutnya.

" Gue lihat lo hidup sangat bahagia setelah kejadian itu. Dan lo tidak merasa bersalah sedikitpun, bahkan lo sampai mengubah nama, dasar licik" katanya pelan tapi terdengar tegas.

Orang yang datang itu adalah Angga, setelah maslah di dalam kamarnya itu dia juga pergi meninggalkan kamar untuk menenangkan pikirannya. Dia menuju sungai yang dia lihat saat berkeliling tadi. Tapi tak disangka dia malah melihat Kia yang sedang termenung.

Kia berdiri di atas batu itu, di mana Angga yang tidak jauh darinya. "lo salah paham, gue bisa jelasin semuanya!"

Angga tersenyum kecil, "Penjelasan apa ha? Apa lao mau jelaskan jika kajadian itu terjadi begitu saja!"

Kia menggeleng lalu berkata. "Tidak, lo sudah salah paham, orang yang lo maksud berada di.. "

" Diam!" bentak Angga menyela ucapan Kia "Lo tidak usah mengarang cerita! Atau menjelaskan apapun, karena gue tidak akan pernah percaya!" lanjutnya sambil jalan mendekat.

Kia makin takut, "Pliis, dengarkan dulu, gue tidak pernah mengarang cerita, lo sudah salah paham!" masih berusaha menjelaskannya, tapi Anngga yang makin mendekat membuatnya gugup.

Selangkah lagi jarak dari keduanya, dan Kia sudah berada di pinggir batu karena dia terus mundur di saat Angga jalan mendekat.

Kia menoleh ke sana ke mari berharap ada seseorang yang lewat, dia ingin minta tolong, karena dia sangat takut, sampai dia tidak sadar mundur selangkah lagi dan membuatnya terjatuh.

Byuurrrr

Kia terjatuh ke dalam sungai, "Tolong, tolongin gue!" teriaknya pada Angga sekuat tenaga.

Angga sedikit terkejut, tapi dia tetap diam. Dia berpikir sejenak, dengan begitu dia tidak perlu lagi melakukan balas dendam.

Aliran air yang cukup deras membuat Kia kesulitan berenang, dia terbawa arus sampai kepalanya terbentur bebatuan yang membuat sakit kepalanya kambuh, "Tolong!" masih bersuha meminta pertolongan sambil meraih batang kayu.

Angga hanya diam melihat, dia bingung karena seakan mendapat bisikan yang berbeda antara menolong atau mengabaikan.

" Tolong!" suara Kia sudah mulai melamah, pandangannya sudah mulai buram. Sebelum tidak sadarkan diri, dia melihat senyuman Angga yang membuat hatinya sangat sakit.

Angga lebih memilih pergi mencari bantuan, karena bingung dengan pikirannya yang bercabang. Dia segera berlari ke penginapan.

Kia masih tertahan di batang kayu, karena sudah tidak sadarkan diri jadi pegangannya terlepas, yang membuat badannya kambali terseret air sungai.

Angga yang sudah tiba di penginapan langsung menemui para Guru yang sedang berkumpul, " Hos hos, Pak di sana ada teriakan minta tolong, kayaknya orang itu jatuh ke sungai, saya sudah mencarinya, tapi tidak ketemu" ucapnya ngosngosan.

Para Guru langsung kaget dan langsung berdiri. "Sungai yang di sana?" tunjuknya.

" Iya Pak!" jawab Angga yang tidak menjelaskan sejujurnya.

" Kalau begitu, kamu kumpulkan semua murid dan absen mereka! Jangan sampai salah satu dari murid yang terjatuh. Kami para Guru akan ke sana melihatnya!" ujar Pak Tono.

" Iya Pak, saya akan mengumpulkan mereka" balas Angga patuh.

Keempat Guru segera menuju sungai, mereka mencari kebenaran dulu sebelum meminta bantuan warga. Takutnya yang Angga dengar hanya orang yang iseng.

Sepeninggalan Guru Angga menelpon semua sahabatnya untuk datang menemuinya di belakang penginapan. Tugas yang diberikan Pak Tono malah diserahkan oleh siswa yang lain.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!