Kia berjalan menulusuri trotoar, dia terlihat sangat prustasi. Dia berhenti di sebuah taman, duduk beristirahat menenangkan pikirannya yang banyak beban.
Dreett Drettt
Ponsel Kia berdering, panggilan vidio masuk dari Ibunya. Dia mengabaikannya, karena dia tidak ingin sang Ibu melihatnya dalam kondisi seperti itu, di mana wajahnya sangat kucel dan juga pucat.
Kia menelpon balik Ibunya, tapi hanya panggilan biasa. Dia sangat bahagia mendengar suara Ibunya yang dia rindukan.
" Iya Bu, aku baik-baik saja, aku akan selalu mengingat pesan Ibu!" ucapan terakhir sebelum panggilan terputus.
" Kiaa!" panggil seseorang lelaki yang seumuran dengannya. Terlihat tidak asing di mata Kia.
" Kamu memanggilku? Apa kamu mengenalku?" tanyanya.
Lelaki itu jalan mendekat lalu berkata "Iya aku memanggilmu, tadi aku ragu, tapi ternyata memang kamu. Tentu aku mengenalmu, karena dulu cuman kamu saudaramu yang ingin berteman denganku!"
Kia sedikit lupa dengan sosok pria di hadapannya. "Maaf, aku sedikit melupakannya, apa kita sangat akrab?"
Pria itu hanya tersenyum memaklumi, karena hampir dua tahun mereka tidak bertemu. "Emm aku tidak tau, kita akrab atau tidak. Tapi yang pastinya kita pernah berteman!"
Kia makin penasaran, berusaha mengingatnya, tapi tak sengaja melihat sebuah gelang yang lelaki itu pakai. Kia menatapnya seakan tak percaya. Kia sudah mengingatnya, "Kamu!"
Lelaki itu kembali tersenyum. "Ya, apa kamu sudah mengingatku?"
Kia beranjak dan langsung memeluk lelaki itu, Kia menangis "Hiks hiks, kamu kemana saja? Kenapa kamu menghilang? Kamu sangat jahat!"
Ya lelaki itu adalaha sahabat Kia dari sejak kecil sampai duduk di bangku SMA. Tapi pas kenaikan kelas, dia menghilang entah ke mana.
Dulu, dia berpanampilan culun di masanya, di mana tidak ada yang ingin berteman dengannya selain Kia. Tapi sekarang, penampilannya sudah berubah, makanya Kia sempat tidak mengenalnya.
" Panjang ceritanya, nanti aku jelasin. Sekarang kita temu kangen saja, karena aku sangat merindukanmu!" katanya dengan jujur.
" Aku juga sangat merindukanmu Dilon" balas Kia sambil melepas pelukannya, "Maaf tadi aku refleks!" lanjut Kia sedikit malu dengan tindakannya.
Dilon Pangestu nama dari sahabat Kia yang menghilang tanpa kabar "Hmm tidak masalah!"
Kia kembali duduk bersama Dilon. " Kamu sangat berubah, sekarang kamu sudah terlihat sangat dewasa. Tidak kayak dulu, taunya cuman baca buku!"
" Heheh ternyata kamu masih mengingatnya. Ya begitulah Kia, semua ada fase nya, di mana semua harus berubah kerena keadaan dan juga waktu!"
Kia termenung mendengar hal itu, karena apa yang dikatakan Dilon seperti apa yang dijalaninya. Semua bisa berubah kapan saja, "Ya, kamu benar Dilon. Tapi aku salut sama kamu. Aku sampai tidak mengenalimu. Apa kamu melakukan OP?"
Dilon mencumbit pipi kurus Kia yang sangat tirus itu. Di mana Dilon juga merasakan banyak perubahan di diri Kia "Ck, apa tidak ada kata-kata yang lain, yang sedikit lebih halu?"
" Heheh bercanda loh, kamu sekarang jadi baperan ya! Tapi serius, kamu sekarang terlihat sangat tampan."
Mendapat pujian dari Kia membuatnya sedikit salah tingkah, dia sudah sering mendengar pujian yang sama, tapi sekarang entah kenapa rasanya berebeda. "Hmm ya ya. Kia kenapa sekarang kamu lebih kurusan? Pipimu sudah tidak bisa lagi ditarik!"
Kia mematung, pertanyaan yang sangat sulit dia jawab karena dia harus berbohong lagi. "Iya karena aku diet, jadi sekarang aku kelihatan lebih kurus"
Dilon hanya bisa percaya meski ada sedikit keraguan di hatinya. "Jangan terlalu ketat dietnya! Bukannya jadi sehat tapi kamu malah jadi sakit!"
Itu sosok Dilon yang sangat berarti baginya. Sikap dan perilakunya tidak pernah berubah. Masih tetap perhatian dan peduli ke padanya. "I now Dilon!"
Mereka bercerita sampai tidak terasa sudah menjelang sore. Keduanya bercerita banyak di kehidupan mereka masing-masing. Dilon juga menceritakan alasannya yang tiba-tiba menghilang. Tapi Kia tidak menceritakan semua masa pahitnya.
" Hah, aku tak menyangka, selama kepergiannku banyak hal terjadi denganmu. Apa aku boleh pergi menjenguknya?"
***********
Ke esokan harinya Kia diantar oleh Dilon ke sekolah yang membuatnya menjadi pusat perhatian oleh murid yang melihatnya. Mereka beranggapan jika lelaki yang mengantar Kia adalah pacarnya, tapi ada juga yang julid ke padanya.
" Makasih Dion, tapi lain kali kamu tidak perlu lagi melakukannya! Aku tidak ingin merepotkanmu" tolak Kia yang merasa tidak enak, karena dirinya Dion juga jadi bahan gosip di sekolahnya.
" Lah kenapa? Mumpung aku belum masuk kuliah, jadi aku bisa mengantarmu ke mana saja. Dan itu tidak membuatku repot, karena aku melakukannya dengan tulus!"
Kia tak bisa membalas ucapan Dion. Karena bagaimanapun dia beralasan, Dion pasti akan tetap memaksanya. "Baiklah, tapi tapi untuk saat ini saja, sampai kamu kembali kuliah!"
" Ok ok, ya sudah masuk sana! Jangan bolos ya! Agar kamu bisa kuliah bersamaku!" ucapnya.
Kia terdiam, impian yang sangat ingin dia wujudkan adalah menjadi salah satu maha sisiwi di kampus favoritnya, tapi dia tau, impian itu tak akan pernah terwujud. " Yehh, aku tidak pernah bolos!"
" Yaa kamu memang murid yang teladan. Aku pergi ya, by!" berpamitan karena sudah risih menjadi tontonan banyak mata.
Setiba di dalam kelas, Kia merasa ada yang aneh dengan teman kelasnya. Dia menghampiri Sila di bangku depan. "Sil mereka kenapa sih?"
Sila menggelengkan kepalanya dengan sikap polos Kia, "Apa kamu tidak tau? Jika gosip pagi ini berjudul tentangmu yang diantar oleh sang pangeran!"
Kia tak habis pikir, memang apa salahnya jika dia diantar oleh seseorang lelaki ke sekolah? Padahal bukan cuman dirinya yang melakukan hal itu. "Terus masalahnya di mana?"
" Entahlah Kia, aku juga bingung dengan sikap mereka yang selalu iri dengan hidup orang lain. Ehh tapi siapa lelaki itu? Aku baru melihatnya, apa dia pacarmu?"
" Namannya Dion, dia sahabat kecilku, kami selalu satu sekolah bahkan satu kelas, tapi sekarang dia sudah kuliah, karena di SMA dia hanya dua tahun!" jelasnya dengan suara sedikit pelan.
" Yakin cuman sahabat? Biasanya akan tumbuh rasa dengan kebersamaan yang ada, apalagi dia sangat tampan!" Sila bercanda dengan menggombal Kia.
" Nggaklah Sil, persahabatan kami hanya rasa persaudaraan!" balasnya dengan yakin. Karena memang perasaan Kia hanya sebatas saudara saja, tidak lebih. Dan menurutnya Dion juga sama.
Obrolan keduanya harus terhenti, karena Kia mendengar suara Kleo dan dan dua sahabatnya sudah berada di depan kelas. Dia beranjak dan kembali ke tempatnya.
Kleo masuk kelas langsung menuju ke meja Kia, "Wiih ada yang jadi artis dadakan nih! Sang buruk rupa dan pangeran tampan. Hahahah!" dia mengejek Kia sambil tertawa.
"Hahahahah"
Satu kelas juga ikut tertawa, kecuali Sila dan ketua kelas yang sangat cuek. Dia hanya bisa melihat saja, tanpa melerai, karena dia tidak ingin campur jika masalah pribadi. Kecuali masalah sekolah, dia baru turun tangan membela keadilan.
" Gue yakin, to cowo sudah buta. Makanya dia bisa boncengan dengan lo. Apa lo tidak ngaca? Dengan diri lo seperti ini bisa membuatnya malu! Norak!" katanya lagi.
" Bukan cuman Norak, tapi lo tuh mirip mayat berjalan hahaha" Bela ikut menyela mengejek Kia yang wajahnya saat itu terlihat pucat.
Seperti biasa Kia hanya bisa diam. Tapi dia memikirkan ucapan mereka. Apakah dirinya seburuk itu, sampai orang lain bisa malu jika berteman dengannya. Wajah pucatnya itu terlihat, karena dia lupa menggunakan bedak dan juga pewarnah bibir.
Kia juga baru sadar, yang mana Sila pasti melihat wajahnya yang pucat tapi tak menegurnya sama sekali. Berbeda dengan Dion, karena saat diantar menggunakan motor dia menggunakan masker.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments