Hari berlalu, tiba saatnya mereka melakukan pembalajaran di luar ruangan. Ada dua kelas yang akan berangkat hari itu, di mana mereka harus mempelajari bagaimana cara bercocok tanam atau berbudidaya. Tempat yang mereka tujuh adalah sebuah perkebunan teh.
Semua Siswa berkumpul di lapangan untuk melakukan absen sebelum berangkat, ada beberapa siswa yang tidak hadir karena sedang tidak enak badan. Kia malah bersemangat untuk pergi, dia tidak ingin penyakit yang di deritanya menghambat semua kegiatan yang akan menjadi kenangan atau pengalamannya di masa depan.
" Karena semuanya sudah hadir kita akan berangkat sekarang, periksa bawaan kalian terlebih dahulu, jangan sampai ada yang tertinggal! Dan mari kita berdoa sesuai kepercayaan agama masing-masing!" Kata Guru yang akan ikut serta dalam kegiatan pembalajaran itu.
Bawaan sudah di masukkan kedalam bagasi mobil bus, hanya tersisa barang-barang yang penting yang harus mereka bawa sendiri, seperti ponsel, laptop, dompet dan lainnya.
Setelah berdoa, semua murid naik ke bus satu persatu. Kia sedikit senang, karena Sila juga ikut, yang mana sebelumnya dia sempat berkata ke pada Kia jika dia lebih memilih mendapat tugas lain untuk mendapatkan nilai.
" Sil, boleh nggak gue duduk di situ?" tanyanya tapi seakan meminta ijin dan berharap Sila mengiyakan. Karena dia ingin bersandar di kaca mobil.
" Ah iya boleh kok," Sila yang sudah duduk dengan baikpun akhirnya bergeser dan mempersilahkan Kia untuk duduk.
Bukan tanpa alasan Kia ingin duduk di situ, karena kepalanya tiba-tiba sakit lagi, dia tidak ingin ada siswa lain atau Guru yang melihatnya menahan sakit dan menanyakan kondisinya. Bisa jadi dia tidak jadi pergi jika guru mengetahuinya sedang tidak baik-baik saja.
" Makasih!" balas Kia dengan tersenyum manis, menyembunyikan sakitnya sebaik mungkin.
Sila yang Anak dari seorang Dokter memiliki sedikit ilmu, tidak sia-sia dari sejak kecil dia sering ikut orang tuanya ke Rumah Sakit. Dia tau jika Kia sedang menyembunyikan sesuatu. Sila sebenarnya ingin bertanya, tapi dia memiliki sebuah prinsip, jika Kia benar-benar menganggapnya seorang teman, maka Kia akan memberitahunya sendiri tanpa dia bertanya.
Mobil bus mulai berjalan meninggalkan halaman sekolah, mereka akan tiba di tempat tujuan setelah empat jam perjalanan dan itupun jika tidak ada hambatan.
Sila terus bercerita tentang dirinya di saat dia kecil, di mana dia sangat di manja oleh kedua orang tuanya. Karena hampir sepuluh tahun pernikan, Ibunya baru hamil. dan di karuniai seorang Anak.
Kia yang masih sakit kepala tidak terlalu merespon cerita temannya itu. "Sil, maaf ya. Gue lagi sakit kepala, jadi tidak bisa mengajakmu bercerita!" cuman itu yang dia ucapkan.
Sila tersenyum, akhirnya Kia memberitahu kondisinya yang sedang menahan sakit. "Emm nggak apa kok, kamu tidur saja! Siapa tau bangun nanti kamu sudah baikan!"
Kia hanya mengangguk, lalu menutup kepalanya dengan jaket, lalu diam-diam dia meminum obatnya.
Di deretan paling depan Kleo dan kedua sahabatnya sedang bercanda gurau, mereka terlihat sangat bahagia, entah rencana apa yang sudah mereka atur.
" Jangan lupa dengan rencana yang sudah kita sepakati!" Bisik Kleo ke pada sahabatnya.
Bella dan Sandra hanya mengangkat jempolnya sambil tersenyum jahat. Mereka terlihat tidak sabar lagi untuk segera tiba, dan menjalankan misi.
Di mobil bus yang satunya terlihat Angga dan Dikta hanya berdiam saja, sibuk dengan pikiran masing-masing.
" Ngapain dia kerumah sakit ya? Dia juga terlihat habis menangis, apa ada keluarganya yang sakit? Tapi dia hanya bertemu dengan seorang Dokter tidak menjenguk seseorang!" batin Angga bertanya-tanya.
Ternyata Angga tidak sengaja melihat Kia di Rumah Sakit beberapa hari yang lalu, dia datang karena mengantar Bundanya melakukan pemeriksaan rutin.
Berbeda dengan Dikta, dia memikirkan Kia karena sudah dua kali dia melihatnya meminum sebuh obat secara sembunyi-sembunyi setelah dia di rundung.
...----------------...
Enam jam berlalu, akhirnya mereka tiba di sebuah desa, yang berada di daerah puncak. Mereka tiba lebih lama, karena mobil mendapat sedikit kendala, dan juga mereka harus mampir untuk beristirahat sekaligus mengisi kampung tengah.
Tampaklah pemandangan perkebunan Teh yang hijau dan sangat luas, tumbuh begitu subur, belum lagi pemandangan puncak gunung yang makin indah jika di pandang dengan jarak dekat.
" Waaahhh udaranya sangat sejuk!" ucap salah satu siswa.
" Gue bakalan sangat betah tinggal di tempat yang sangat ramah lingkungan ini!"
" Ini sangat menabjukkan, tidak sia-sia gue ikut, meski perjalanannya sangat jauh!"
" Pasti penduduknya terhindar dari polusi!
Begitulah respon mereka, semuanya terlihat sangat senang. Lelah mereka sudah terbayarkan dengan pemandangan yang indah.
" Baik Anak-anak, mohon dengarkan Bapak terlebih dahulu!" sahutnya meminta para murid hening. "Karena perjalanan yang cukup jauh, kami dari staf Guru dan panitia sepakat, untuk mengubah jadwal, kita akan tinggal di sini selama dua hari dua malam!"
" Horeee/ Yeehh!" mereka makin senang dibuatnya. Setidaknya selama dua hari itu, mereka bisa belajar sambil berlibur.
" Tapi ingat! Aturi peraturan yang berlaku. Jangan pergi di tempat yang tidak diperbolehkan, tetap menghormati dan bersikap ramah ke pada penduduk setempat. Paham!"
" Paham Paakk!" balas para siswa bersorak.
" Baiklah, untuk tempat tinggal. Kita akan menginap di penginapan. Untuk yang laki-laki silahkan ikut saya! Dan untuk yang perempuan silahkan ikut dengan Bu Guru Sinta!"
Mereka segera menuju penginapan yang tidak jauh dari situ. Hanya berjalan kaki selama sepulu menit. Ada banyak penginapan, tapi yang mereka booking memang untuk para siswa yang datang untuk belajar.
Pembagian kamar, setiap kamar terdiri dari enam orang. Kia dan Sila memilih bersama, karena Bu Sinta mempersilahkan untuk memilih teman kamar masing-masing.
Kleo yang sudah mantap dengan rencananya, meminta Kia untuk satu kamar dengannya. Kia sangat ingin menolak, karena dia sangat yakin jika Kleo pasti sudah merencanakan sesuatu.
" Gimana Kia?" tanya Sila berbisik. Dia sebenarnya juga enggan. Tapi karena mereka harus berkelompak, dan tinggal dirinya dan Kia lah yang belum, karena yang lain sudah menentukannya.
Dengan berdoa meminta perlindungan, Kia terpaksa mengiyakannya. "Ya tidak ada pilihan lain!" balasnya berbisik kembali.
" Gue dan Kia akan sekamar dengan kalian. Tapi ingat ya! Gue nggak suka yang namanya berantakan!" katanya sambil menatap Kleo.
Kleo tersenyum kecil, "Hmm lo tenang saja, kita tidak sejorok yang lo kira!" balasnya sedikit tersinggung. Karena merasa Sila terang-terangan menuduhnya tidak suka kebersihan.
Sandra dan Bela hanya diam, dia tidak berani berulah, jika Kleo tidak memberinya aba-aba atau perintah.
Kia mengajak Sila untuk mencari kamar mereka yang berada di lantai dua. Dan memilih tempat tidur yang dekat dengan jendela. Karena tempat tidur hanya ada tiga, jadi mereka harus tidur berdua.
Kia Tersenyun melihat Sila yang langsung menjatuhkan dirinya di atas kasur. Terlihat sangat lelah. Kia beranjak menuju balkon, menghirup udara segar sambil memejamkan mata. Kebun teh tampak sangat terlihat jelas dari ketinggian. "Hah, aku membutuhkan suasana ini setiap harinya, tentram dan damai"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments