Beberapa hari telah berlalu di sekolah kehidupan Kia masih sama saja dia masih sering dirundung oleh Kleo dan yang lainnya tapi tidak dengan Angga Dia hanya duduk diam melihatnya.
Kia menatap Angga dengan tatapan kecewa, sedih, benci menjadi satu. Padahal jika Angga menyuruh temannya untuk berhenti, mereka pasti patuh.
Kleo dan yang lainnya juga tidak pernah menyentuh wajah Kia, karena bagian itu sangat tampak jelas jika meninggalkan jejak. Mereka hanya fokus di kepala dan bagian punggungnya.
Kleo mengambil tas Kia dan seperti biasa menghamburkan isinya. "Tumben lo tidak bawa bekal yang isinya untuk makanan Anj*ng?"
"Hahaha Mungkin dia sudah kehabisan stok makanan!" sela Bella.
"Yaah, padahal gue baru mau nyoba loh, siapa tau enak, tidak seperti bentuknya!" Dikta juga berucap.
Kia sangat sakit hati mendengar akan hal itu. Dia tidak terima, di mana makanan yang dia masak sendiri adalah hasil dari keringat orang tuanya, malah disamakan seperti makanan anj*ng.
Kia beranjak dari duduknya di lantai. Dia memberanikan diri menatap mereka satu persatu. "Biasanya sikap Anak tak pernah jauh dari sikap orang tuanya, apa orang tua kalian juga bersikap pengecut kaya kalian!"
Angga dan yang lainnya syok melihat Kia yang berani berkata seperti itu langsung dihadapan mereka. Tentu tidak terima dengan ucapan Kia yang membawa-bawa orang tua.
Plak!
Kleo menampar Kia dengan cukup keras lalu berkata. "Hee lo, beraninya ngatain orang tua gue pengecut? Kenapa? Lo iri sama kehidupan keluarga gue?"
Kia tak gentar, dia sudah terlanjur sakit hati. "Apa iya gue bilang begitu? Gue kan cuman nanya, tapi lo langsung tersinggung, karena tidak terima. Berarti lo membenarkan pertanyaan gue!"
Angga juga merasa tersinggung, "Lo kenapa bawa-bawa orang tua ha? Ini masalah urusan kita ya! Jangan sampai gue mendengarnya lagi, gue akan,"
"Lo mau apa? Mau bunuh gue silahkan! Kenapa lo malah tanya gue? Padahal kalian yang memulai, gue tidak terima kalian menyamakan makanan gue seperti makanan anj*ng, karena makanan itu hasil kerja keras Ibu gue, kalian menyamakannya, berarti kalian juga sudah menghina hasil jerih payah Ibu gue!" jelas Kia mengebuh-gebuh.
" Hee gue nggak peduli itu makanan lo hasil dari mana, yang pastinya gue nggak terima ya dengan ucapan lo yang tadi!" sahut Kleo yang tidak peduli dengan penjelasan Kia.
Buuggh
Kia terkena lemparan botol mineral yang masih berisi air, dan pelakunya adalah Sandra, dia melakukan hal itu agar Kia diam tidak melawan ucapan Kleo, karena urusannya akan makin panjang. Dia sebenarnya juga sedikit tidak terima, karena dia juga makan dari hasil kerja keras Ibunya, karena dia sudah tidak memiliki seorang Ayah lagi. Jika dihina seperti itu, maka dia juga akan protes.
Angga diam, dia juga sama, Bundanya lah saat ini yang banting tulang untuk membesarkannya, membiayai semua kebutuhannya agar dirinya bisa hidup serba ada. Dia pergi begitu saja, meninggalkan yang lainnya.
"Ingat lo yah, urusan kita belum selesai!" kata Kleo lalu menyusul Angga dan yang lainnya.
Kia menangis, hatinya sangat sakit. Dia mengumpulkan semua bukunya dan memasukkannya kembali ke dalam tas. Dia juga ikut pergi lalu menuju toilet, untuk membersihkan wajahnya.
Mereka semua tidak sadar jika ada sepasang mata yang melihat kejadian itu dari awal. Bahkan itu yang sudah kesekian kalinya. Tapi dia hanya diam saja tidak melakukan apapun.
...----------------...
Sepulang sekolah Dilon datang menjemput Kia dengan motor bebeknya. Dia yang sudah kuliah kembali mempunyai alasan, jika dirinya baru juga pulang dari kampus, jadi sekalian singga untuk pulang bersama.
"Cie yang dijemput sama pangeran!" ejek Sila setelah melihat kehadiran Dilon di depan sekolah dengan penampilan coolnya.
"Issh apaan sih Sil, tuh juga Anak satu kenapa malah bergaya so cool di sana!" ocehnya setelah melihat penampilan Dilon yang makin Waow di mata kaum hawa.
"Santai aja kali, oh iya lo jadikan ke rumahku? Sekalian ajak Dilon biar rame heheh!" sahut Kia yang sudah hampir sampai di mobil jemputannya.
"Iya pasti aku datang, Tante Reni juga sangat berharap aku datang, tapi tidak masalahkan ajak tuh Anak satu?" Kia kembali bersantai dengan Sila, karena Kleo dan yang lainnya sudah balik sejak tadi.
"Hmm nggak apa-apa kok, ya sudah aku balik duluan ya! By by," melambaikan tangannya dan mobil melaju perlahan.
Kia juga menghampiri Dilon. Dan mereka segera pulang. Di mana Dilon juga mengontrak rumah satu kompleks dengan Kia.
Di bagian parkiran motor, ada sepasang mata yang melihat mereka terlihat sangat mesra. Yang mana membuatnya tidak suka, dia emosi, dia ingin marah, tapi ke pada siapa? Apa kepada dirinya sendiri?.
...----------------...
Malam hari tiba, Kia sudah tiba bersama Dilon di rumah Sila. Yang mana Ibunya Sila mengundang mereka untuk makan malam bersama. Tentu Dilon merasa sangat senang, karena Kia mengajaknya, padahal dia belum saling kenal dengan Sila.
"Malam Tante, maaf kalau aku membuat menunggu, tadi sedikit macet di jalan!" ucap Kia yang sudah duduk ruang tamu.
"Tidak apa sayang, namanya juga malam minggu. Ehh ini siapa Kia? Pacar kamu ya?" tanya Tante Reni dengan bercanda.
"Halo Tante selamat malam, kenalin namaku Dilon, aku sahabat Kia dari kecil!" Dilon yang memperkanalkan diri dengan ramah dan sopan.
Sedikit tidak percaya, karena Tante Reni baru kali ini melihatnya, "Ohh sahabat Kia toh, Tante harap kamu menjaga Kia dengan baik, jangan membuatnya merasa kesepian!"
Meski bingung, Dilon tetap mengiyakan. "Iya Tante, aku akan selalu ada buatnya."
Kia merasa jika Tante Reni mengkhawatirkan penyakitnya, makanya dia berkata itu ke pada Dilon, karena tau dia hanya tinggal sendiri.
Sila baru turun dari kamarnya, dia terlihat cantik karena sedikit menggunakan makeup, badannya terlihat segar dan wajahnya yang berseri. Yang mana Kia merasa malu dengan dirinya sendiri yang terlihat biasa saja, belum lagi badannya yang sangat kurus.
"Maaf ya lama, biasa Anak gadis harus ini dan itu!" ujarnya lalu duduk samping Ibunya. "Ehh Dilon, kirain Kia tidak mengajakmu?"
"Loh kok kamu tau namaku?" tanya Dilon heran. Dan dari situ dia juga sadar, jika Sila yang menyuruh Kia untuk mengajaknya.
"Iyalah, Kia banyak cerita tentangmu!" balas Sila sambil melirik Kia yang manatapnya tajam, tapi tak dipedulikannya.
Tak lama Kakak Sila datang, Bima dan dua temannya Adit dan Sisi. "Assalamualaikum! Wihh rameh nih."
"WaAlaiukum Salam!"
"Kalian akhirnya datang juga, kita langsung ke ruang makan saja! Keburu makanannya tambah dingin!" Ajak Tante Reni ke pada mereka semua.
Adit dan Sisi terkejut melihat kehadiran Kia, tentu mereka masih mengenalnya. Keduanya menatap Bima untuk meminta penjelasan.
"Kalian diam! Nanti aku jelasin," ucapnya Bima pelan. Dia merutuk dirinya sendiri karena lupa memberitahukan ke pada temannya tentang Kia yang berteman dengan Adiknya Sila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments