Bab 9

Para Guru sudah kembali dari sungai, mereka tidak menemukan apa-apa di sana. Pak Tono sudah mengumpulkan semua murid, "Angga bagaimana? Apa kamu sudah mengumpulkan semua temanmu?" tannyanya sambil melihat absen.

" Sudah Pak! Cuman ada dua murid yang masih tidur, jadi aku hanya mengabsennya saja!" balasnya.

" Hmm, baiklah. Untuk semuanya, karena tugas kalian semua sudah selesai, maka bapak minta untuk tidak berkeliaran. Malam ini kita akan pulang" katanya setelah meliahat nama siapa yang tidak ada di absen.

Semua murid terkejut, karena jadwal kepulangan dimajukan, yang mana mereka belum puas menikmati pemandangan dan udara pegunungan.

" Huuuu!" sorak mereka tidak terima.

" Yaaah, kenapa Pak? Bukannya besok siang kita baru balik, kenapa malah sebentar malam?" tanya Kleo juga tidak terima.

" Prediksi cuaca, besok akan turun hujan. Dan perjalanan kita akan sedikit terganggu jika hujan turun, jalan yang licin, berkabut, dan juga rawang longsor. Lebih baik kita menghindari itu semua!" jelasnya.

Meski keberatan, semua murid hanya bisa patuh, itu juga kebaikan dan keselamatan mereka. "Mulai sekarang, kalian bisa bersiap!"

"Baik Paak!"

Para murid meninggalkan barisan, ada yang masih bersantai karena masih ada beberapa jam lagi. Mereka berfoto untuk menjadikan kenangan.

" Kleo, kamu satu kamarkan dengan Kia dan Sila? Jika mereka sudah bangun nanti, suruh menghadap!"

" Baik Pak!" jawabnya, tapi dia penasaran kenapa kedua orang itu dipanggil.

Angga dengan Dikta juga kembali kepenginapan. Tidak ada yang perlu dibereskan, karena dari awal, semua barang yang dia bawa masih di dalam koper.

" Angga, tadi lo nelpon, kenapa?" tanya Dikta setelah tiba di kamar.

Angga dengan ekspresi santainya menjawab "Tadi gue mau ajak kalian jalan-jalan cari makan gitu, tapi malah disuruh kumpul!"

Dikta merasa janggal, karena tidak biasanya Angga mengajak terlebih dahulu, apalagi soal makan, dia yang paling tidak peka. "Tumben lo, ada angin apa? Biasanya kan nanti gue yang minta!"

Angga terdiam sejenak, "Ck, apa salahnya kalau gue ngajak duluan? Sudahlah, gue ingin istrirahat!" berusaha menghindar pertanyaan Dikta lalu merebahkan tubuhnya.

Dikta makin yakin, jika ada suatu hal yang di sembunyikan Angga, tapi tidak ingin Angga marah kepadanya, jadi dia diam saja. "Hemm baiklah, gue juga pengin tidur.''

...----------------...

Beberapa jam berlalu semua sudah berkumpul di depan penginapan, mereka kembali berbaris untuk diabsen lagi. Dua mobil bus juga sudah siap untuk berangkat.

" Apa kalian sudah memeriksa kembali barang-barang kalian dalam kamar? Jangan sampai ada yang tertinggal, karena bus tidak akan putar balik hanya untuk satu barang!" tutur Pak Tono.

" Sudah Paakk!"

" Baiklah, apa semuanya sudah hadir?" Pak Tono bertanya ke pada rekannya yang sudah menyoret nama murid yang sudah ada di dalam barisan.

" Tinggal dua orang lagi Pak, Kia sama Sila!" balasnya sambil memperlihatkan absennya.

Pak Tono hanya mengangguk. "Ah mereka, saya tadi menyuruhnya untuk ke warung membeli sesuatu, jadi mereka sedikit terlambat untuk berkemas!"

Tak berselang lama Kia dan Sila datang sambil membawa koper. Keduanya minta maaf karena sudah membuat menunggu.

Angga yang melihat kehadiran Kia sangat terkejut, dia melihat ke arah Kia yang mana Kia juga sedang manatapnya. Ekspresi Kia terlihat sangat datar, tidak ada senyum di wajahnya.

Angga memalingkan wajahnya, dia sangat bingung dan bertanya-tanya "Siapa yang menolongnya?" gumamnya pelan.

Dikta yang berada di sampingnya langsung bertanya. "Siapa yang ditolong?" dia mendengar apa yang Angga ucapkan, meski sangat pelan.

" Ah bukan siapa-siapa, tadi gue hanya nonton film tapi belum kelar, keburu kita mau pulang!" alasannya yang lumayan masuk akal, karena dia memang sangat suka menonton film action.

Dikta percaya begitu saja. "Hmm, kirain apaan, lo bisa nonton setelah tiba di rumah!"

Angga tak lagi merespon, karena mereka sudah dipersilahkan naik ke bus. Tapi dia masih tidak tenang, memikirkan siapa yang telah menolong Kia, takutnya Kia buka mulut, dan semua orang jadi tau, jika dirinya membiarkan Kia hanyut di sungai.

Ternyata Kia juga naik ke bus yang sama dengan Angga, dia memilih duduk di belakang sendiri karena Sila menaiki bus yang satunya.

Bus mulai berjalan meninggalkan perkebuanan, banyak warga yang melambaikan tangannya.

Di dalam bus Kia tampak murung, "Kenapa kalung Sila berada di dalam tasku? Aku tidak pernah mengambilnya, apa ada seseorang yang sengaja melakukannya. Tapi siapa?" batinnya bertanya-tanya.

Kia juga kembali mengingat kejadian di sungai. Dia tidak menceritakan ke siapapun, dia tidak ingin orang lain tau. Wajah Kia makin pucat, karena kepalanya tak kunjung membaik, padahal dia sudah meminum obatnya.

~flasbak On

Kia yang terbawa arus sungai kembali sadar, "Tolong!" teriaknya sekuat tenaga, badannya sudah sangat lemah. Dan kembali dia tersangkut di batang kayu lebih besar.

Di sisa tenaganya, Kia berusaha menepih sambil memegang batang kayu itu, berdoa agar batang kayu itu tidak ikut hanyut. Tidak sia-sia, Kia berhasil sampai di darat, tapi badannya yang sudah sangat lemah tak lagi bisa dia tahan, dia jatuh pingsan.

Beberapa menit berlalu, dua orang pemuda yang kebetulan lewat tak sengaja melihat Kia yang tergeletak tak berdaya, "Astaga ada apa dengannya?" sambil memeriksa denyut nadi.

" Bagaimana, apa dia masih hidup? Kayaknya dia hanyut dari atas sana!" pemuda yang satu bertanya, dia juga sangat kaget.

" Masih, ayo bantuin gue, dia cuman pingsan! Kita bawa ke penginapan saja dulu!" ujarnya meminta bantuan agar Kia diangkat ke atas punggungnya untuk digendong.

Tak berpikir panjang, pemuda yang satunya itu mengangkat Kia, dan menahannya dari belakang, takutnya malah terjengkang. "Bisakan lo brow?"

" Ck, apa lo tidak lihat dia sangat kurus, ini badannya sangat ringan, kayaknya gadis ini mengalami gizi buruk!" katanya.

Dia hanya mengangguk membenarkan, karena keduanya seorang maha siswa dari kota jurusan kedokteran, mereka datang di perkebunan teh hanya untuk meghilangkan penat dari tugas-tugas praktek yang tak pernah ada habisnya. Dua pemuda itu bernama Bima dan Adit.

Bima membaringkan Kia di atas kasur, dan meminta tolong ke pada Sisi yang tak lain pacar Adit, untuk menggantikan pakaian Kia yang basah, dan memijamkan bajunya.

Sisi melakukan pemeriksaan, dia sangat kasihan melihat kondisi Kia yang sangat tak berdaya "Sialahkan ceritakan! Apa yang terjadi?"

Aditpun segera menceritakan ke pada Sisi, jika mereka tidak sengaja menemukan Kia di pinggir sungai dalam kondisi yang sudah tidak sadarkan diri.

" Badanya sangat lemah, mungkin dia telalu lama di dalam air" ucap Sisi sambil membersihkan luka di kaki Kia.

" Iya, tapi kayaknya memang dia sedang tidak baik-baik saja sebelum dia hanyut!" ucap Bima menebak.

Adit dan Sisi hanya diam, mereka juga memikirkan hal yang sama. Sisi masih membalurkan minyak angin di badan Kia.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Kia sadar, dia memengang kepalanya yang terasa berat, "Arrggh, kepalaku sakit sekali!"

Kia melihat sekeliling, dia baru sadar jika dirinya tidak berada di dalam kamar. "Ini di mana? Kenapa aku bisa di sini?" gumamnya bertanya, sambil mengingat kembali apa yang terjadi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!