Ardha sudah berada di kampus Alana. Alana sudah memberi kabar ada Ardha kalau dia bisa pulang lebih awal karena urusan dengan dosen pembimbingya sudah selesai. Tepat pukul setengah sebelas siang Ardha sudah menunggu Alana dengan Nina di depan kampus. Ardha melihat mobil Alka parkir di sebelahnya. Alka turun dari mobilnya dan menghampiri Ardha yang sedang menunggu Alana berjalan mendekatinya.
“Alka, kamu di sini mau apa?” tanya Ardha.
“Mas Ardha juga mau apa?” Alka balik tanya pada Ardha.
“Mau jemput Alana, ini Nina minta makan es krim sebentar dengan Alana,” jawab Ardha apa adanya. “Kamu ke sini mau jemput pacar kamu atau siapa?” tanya Ardha lagi.
“Mau jemput karyawan saya yang sering terlambat, itu dia sedang jalan,” jawab Alka.
“Kamu gak lihat ini baru mau jam sebelas? Bukannya Alana mulai kerja jam satu atau jam dua?” ujar Ardha.
“Memang kenapa kalau aku menjemput dia awal?” tanya Alka.
“Ya Nina kan sudah janjian sama Alana lebih dulu?” ujar Ardha.
“Iya, Nina mau makan es krim dulu sama Tante Alana, aku sudah janjian sama Tante Alana dari tadi pagi,” ucap Nina.
“Kalian bisa makan es krim di cafe om kan, Sayang?” ucap Alka.
“Gak mau, maunya di tempat biasa Nina makan es krim dengan Tante Lina,” jawab Nina.
“Lagian masih dua jam lagi kenapa kamu gitu sih? Jangan gitu sama karyawan kamu,” tutur Ardha.
Alana melihat langsung mendekati Nina karena ia sudah melihat Nina di depan dengan omnya, tapi Alana sedikit kaget ada Alka juga di sana.
“Hai sayang, sudah lama nunggu tante?” sapa Alana pada Nina.
“Enggak kok, gak lama sih,” jawab Nina.
“Mau kan makan es krim dulu sama Nina dan Om Ardha?” ajak Nina.
“Oke, mumpung tante masih ada waktu kurang lebih dua jam, tante mau deh.” Alana mengiyakan ajakan Nina.
“Pak Alka? Kok di sini?” tanya Alana.
“Ya mau menjemput kamu,” jawab Alka dengan santai.
“Menjemput saya ke mana, Pak?”
“Ke cafe, biar gak terlambat!”
“Pak, kan ini belum ada jam sebelas, jam kerjaku jam satu atau jam dua, kan? Bukannya perjanjiannya seperti itu? Ini masih ada waktu dua jam lagi, Pak,” jawab Alana.
“Kemarin kamu kan sudah terlambat?”
“Kan saya sudah konsekuensi dengan aturannya, saya sudah tambah jam kerja saya, kan?” jawab Alana.
“Lagian kamu takut sekali Alana gak berangkat kerja, tenang saja, ini Nina yang dari kemarin minta, besok atau lusa dia kan mau ke Paris, mungkin cukup lama, jadi dia minta jalan-jalan sama Alana dulu, ngalah dong sama anak kecil. Tenang nanti sebelum jam satu siang Alana sudah sampai di cafe kamu,” ucap Ardha. “Ayo Alana, masuk ke mobil, ayo Nina ajak tante Alana masuk,” titah Ardha.
Alka menampakkan wajah sebal dengan Ardha. Ardha sendiri yang menyuruh dirinya baik dengan Alana, giliran mau berlaku baik dengan Alana ada-ada saja halangannya. Semalam Fatih, dan hari ini Ardha.
Alka masuk ke dalam mobilnya, dia ke kantornya lebih dulu, karena harus menandatangani beberapa berkas, setelah itu ia ke cafe. Alka mencoba meredam emosinya, ia tidak ingin emosinya terbawa sampai di cafe, dan nantinya malah dia uring-uringan memarahi Alana. Benar kata Ardha dia harus bersabar dan mengalah dengan Nina. Masa iya dia memaksa Alana ikut dengannya?
“Memang Nina senang sekali saat dengan Alana, tidak tahu kenapa itu anak dekat dengan Alana, padahal ketemu Alana juga kalau dengan Kak Lina saja, dan itu sudah lama. Aku paham, memang tadi yang meminta Nina, terlihat dari raut wajah Nina, dia sangat berharap bisa makan es krim dengan Alana hari ini. Kalau Ardha yang menyuruh, Nina tidak akan seperti itu raut wajahnya, anak seusia Nina tidak mungkin berbohong, ponakanku saja tidak pernah bohong, apa yang mereka katakan jujur apa adanya, sama seperti Nina tadi,” ucap Alka dalam hati.
^^^
Alana tidak mengerti kenapa Alka begitu aneh seperti tadi, tiba-tiba langsung menjemput dirinya di depan kampus. Padahal semalam Alana sudah bilang dengan dirinya, kalau dirinya tidak mau dijemput atau diantarnya ke kampus. Alana tidak mau berurusan di luar jam kerja dengan Alka. Ia tidak peduli kalau di tempat kerja mau Alka bersikap apa pun, karena dirinya tahu Alka adalah pemimpinnya di cafe. Alana pun menyadari kalau dirinya salah, sudah sering terlambat akhir-akhir ini.
Mereka sampai di kedai es krim yang biasa Nina ke sana dengan tantenya. Memang kalau dengan Zhalina, Nina selalu mampir makan es krim. Padahal mamanya kadang melarang dia makan es, tapi mau bagaimana lagi, semakin dilarang Nina ngambeknya gak selesai-selesai. Alana duduk di sebelah Nina, sedangkan Ardha duduk di depan Alana dan Nina. Nina senang sekali akhirnya dia keturutan untuk makan es krim dengan Alana.
“Alana, ada pameran lukisan lagi, kamu mau ke galeri gak? Gak pengin lihat-lihat?” tanya Ardha.
“Gak ah, lagian waktu itu kan saya hanya mengantar teman saya saja, Pak?” jawab Alana.
“Kali saja kamu mau mengantar saya ke sana,” ucap Ardha.
“Maksudnya Pak Ardha?”
“Ya aku mau ajak kamu ke sana,” jawab Ardha.
“Oh begitu? Kalau pas lagi ada waktu saya bisa, tapi kalau tidak ada waktu ya saya tidak bisa, Pak,” ucap Alana.
“Ada waktunya kapan?” tanya Ardha.
“Kalau saya libur, Pak,” jawab Alana.
“Lusa berarti?”
“Iya, lusa saya libur, Pak.”
“Ih om mau ajak Tante Alana ke pameran lukisan, ya?” tanya Nina.
“Iya, kamu mau ikut?”
“Mau, tapi kan lusa Nina ikut mama dan papa ke Berlin, Om?” jawab Nina.
“Oh iya, om lupa.”
“Yah ... kalau tahu om mau ke pemaeran lukisan sama Tante Alana aku tidak ikut papa dan mama liburan ke sana?”
“Nanti kapan-kapan kalau Nina sudah pulang kan bisa jalan sama tante lagi? Kamu sudah janji sama mama kamu lho, liburan kali ini kamu ikut?” ucap Ardha.
“Iya sih, tapi penginnya gak ikut, mau sama om atau tante Lina di rumah, main sama opa dan oma,” ucap Nina.
“Jangan begitu, nurut sama mama. Kamu kan tidak pernah mau diajak mama dan papamu liburan. Memang kamu gak ingin seperti teman-teman kamu yang sering liburan ke luar negeri?” ujar Ardha.
“Iya sih pengin, ya sudah aku nurut mama deh?” ucap Nina.
“Nina, nurut sama mama-papa dong? Enak lho liburan ke luar negeri?” ucap Alana.
“Tante pernah?” tanya Nina.
“Gak pernah, paling tante liburan sekolahnya ke kebun,” jawab Alana dengan terkekeh.
“Kebun binatang, Tante?” tanya Nina lagi.
“Kebun milik ibunya tante, panen buah, sayuran, umbi-umbian. Itu liburan tante waktu kecil, di desa,” jawab Alana.
Tidak terasa mata Alana mengembun, mengingat desannya. Ia sudah satu tahun tidak pulang sejak dirinya sibuk dengan skripsi dan sibuk dengan pekerjaannya. Ia merindukan ibunya, yang sekarang tinggal sendirian, karena kakak dari ibunya sudah pindah ke Jogja. Toko pusat oleh-oleh milik budhenya sudah selesai di renovasi, jadi budhenya Alana sudah mulai sibuk dengan tokonya di sana. Kadang ibunya hanya di temani tetangga dekatnya saja.
“Lana kangen, Bu,” ucap Lana dalam hati.
“Tante, tante kok bengong?” Nina mengusap lengan Alana, dan Alana sedikit terjingkat.
“Ehm ... tante kangen sama ibunya Tante,” jawab Alana.
“Nina kira kenapa,” ucap Nina.
“Ibumu sama siapa di rumah?” tanya Ardha.
“Ibu sekarang sendirian, adiknya ayah yang sering menemani juga sudah meninggal, kemarin sempat ada budhe, tapi sekarang sudah balik ke Jogja, karena sudah urus tokonya lagi di sana,” jawab Alina.
“Kamu sudah berapa bulan gak pulang?” tanya Ardha.
“Satu tahun sih, saya liburan kan buat kerja, Pak?” jawab Alana.
“Minta cuti sama Tiara, jenguk ibu kamu, masih ada orang tua, harusnya kamu jenguk dong? Masa gak pulang?” tutur Ardha.
“Ya pulang pak nanti, sekalian kalau lebaran,” jawab Alana.
Alana memang sudah merindukan ibunya. Meski dia kecewa dengan ibunya, karena ia merasa ibunya menutupi soal siapa orang tua kandungnya, tetap saja dia ingin pulang, tapi keadaannya yang tidak memungkinkan, dia harus bekerja, dan dia juga belum dapat jatah cuti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments