Banyak pesan yang masuk ke ponsel Alana, tapi dia tidak peduli dengan ponselnya. Alana masih sibuk dengan pekerjaannya, supaya selesai, lalu dia bisa istirahat dan sorenya pergi ke pameran lukisan dengan Ardha.
“Akhirnya ... selesai juga, sudah rapi, saatnya mandi, lalu istirahat. Ehm ... kayaknya makan siang dulu deh, nanti habis mandi pesan makanan saja. Kan baru gajian kemarin, jadi makan enak boleh dong?” ucap Alana dengan mengambil handuk lalu beranjak ke kamar mandi. Baru saja melangkahkan kakinya ia mendengar pintu kamarnya diketuk tetangga kamar sebelah.
“Alana, itu ditungguin ojol! Kamu pesan makanan katanya?” teriak seseorang memanggil Alana.
Alana bergegas membuka pintu kamarnya. Padahal dia belum memesan makanan, tapi tetangga kamar sebelah bilang ada ojol antar makanan.
“Ada apa, Mbak?” tanya Alana.
“Tuh ditungguin mang ojol, ada tiga tuh, kamu katanya pesan makanan. Pasti gajian ya, pesan makanan banyak sekali?” jawabnya.
“Ih aku gak pesan, Mbak. Salah alamat mungkin? Kalau aku pesan ya gak pesan tiga sekaligus lah?” ucap Alana.
“Ya sudah sana kamu keluar, lihat ponselmu, kamu pesan atau tidak, atau ada teman kamu yang kirim makanan,” ucapnya.
Alana mengangguk, ia masuk kembali ke kamarnya, dan mengambil ponselnya. Banyak panggilan tak terjawab dan banyak juga pesan masuk. Alana membukanya satu persatu. Ia melihat banyak pesan yang Alka, Fatih, dan Ardha kirim untuknya.
“Astaga ... mereka apa-apaan sih?! Masa janjian kirim makanan?!” ucap Alana, lalu bergegas keluar menemui tiga ojol yang mengantar makanan.
Alana menenteng tiga kantung plastik dan membawa ke kamarnya. Alana membuka satu persatu, ia menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa ia makan semua itu.
“Ini rezeki nomplok namanya, lagian mereka apa-apaan sih, kirim makanan janjian? Dijadwal kek? Besok dan besoknya siapa gitu? Atau sarapan siapa, makan siang siapa, dan makan malam siapa? Lumayan kan bisa ngurangi pengeluaran makan?” ucap Alana.
Ia melihat kantong plastik pertama. Ia menemukan secarik kertas lalu membacanya. “Oh ini dari Pak Alka. Ini kesambet di mana orang? Kemarin galak, sekarang malah gini?”
Lalu Alana membuka makanan yang lainnya, ia tersenyum melihat makanan dari Fatih, makanan yang sangat ia sukai dan indonesia banget. Satu porsi nasi putih dengan lauk ayam bakar madu, dan sambal juga lalapan yang biasa Alana beli kalau dia ingin makan enak. Memang ayam bakar madu di sana enak, dan banyak pengunjung.
“Ini cocok, sesuai yang saya inginkan tadi. Padahal mau pesan ini, Mas Fatih malah ngasih ini? Hmmm enaknya ...,” ucap Alana.
Alana lalu membuka makanan dari Ardha. Ia sampai bingung mau makan manakan yang dari siapa. Semua mengirim makanan yang Alana suka, tapi ia tetap gak mau beralih pandangannya, ia tetap memilih makanan yang Fatih kirim padanya.
“Daripada mubazir aku kasih ke mbak sebelah saja apa, ya? Tapi ini enak semua, tapi mana muat perutku makan semua ini? Kalau nanti sore gak pergi sama Pak Ardha, mungkin ini bisa buat nanti sore? Ya sudah deh, daripada mubazir aku kasih ke mbak kamar sebelah saja, dia kan juga lagi libur, yang dari Pak Ardha aku simpan saja, kali saja nanti malam aku lapar.” Alana keluar dan memberikan makanan dari Alka pada mbak-mbak kamar sebelah yang sedang libur juga.
Alana membalas chat mereka, dan mengucapkan terima kasih pada mereka yang sudah mengirim makanan. Alana tidak tahu kenapa mereka bisa seperti itu. Padahal ia tidak terlalu dekat dengan mereka, dia juga bersikap biasa saja, dia juga merasa tidak pantas sekali kalau terlalu dekat dengan mereka, karena Alana sadar dirinya itu siapa.
^^^
Sore hari, Alana sudah siap-siap untuk pergi dengan Ardha ke pameran lukisan. Alana sebetulnya tidak ingin keluar, tapi ia menghargai ajakan Ardha.
Ardha sudah menunggu Alana di depan kostnya, ia bersandar di mobilnya menunggu Alana keluar. Sedang santai menunggu Alana, Ardha dikejutkan dengan mobil yang ia kenal berhenti di belakang mobilnya. Seseorang yang Ardha kenal turun dari mobil tersebut.
“Fatih? Ada apa dia ke sini?” tanya Ardha dalam hati.
Fatih melihat Ardha sedang bersandar di mobilnya, lalu ia menghampirinya. Fatih juga tidak tahu kenapa Ardha ada di depan kostny Alana.
“Kak Ardha kok di sini?” tanya Fatih.
“Kamu juga, ke sini mau apa? Menemui siapa?” tanya Ardha.
“Alana, kakak lagi nungguin siapa?” Jawab Fatih sembari bertanya pada Ardha.
“Nungguin Alana juga,” jawab Ardha. “Kamu sudah janjia?” tanya Ardha.
“Ya ini baru ke sini, terus mau ajak Alana jalan, dia kan libur,” jawan Fatih.
“Sudah janjian belum?”
“Ya belum, kan mau main. Ini kakak nungguin Alana mau ke mana? Maksudku mau ajak Alana ke mana?”
“Aku sudah janjian sama Alana, mau ke pameran lukisan, dia belum keluar, katanya sedang siap-siap,” jawab Ardha. Fatih hanya mengangguk, ternyata Ardha lebih dulu mengajak Alana untuk pergi.
“Janjian kapan?” tanya Fatih.
“Dua hari yang lalu aku janjian sama Alana mau ke pameran lukisan,” jawab Ardha.
“Oh.” Fatih hanya menjawab seperti itu.
Tak lama kemudian, saat mereka mengobrol, mobil Alka berhenti di belakang mobil Fatih. Ardha dan Fatih menoleh ke arah mobil Alka.
“Itu Alka, kan?” tanya Ardha.
“Iya,itu Kak Alka,” jawab Fatih.
“Mau apa dia ke sini?”
“Paling mau ketemu Alana juga,” jawab Fatih.
Belum turun dari mobilnya, Alka sudah menggelengkan kepalanya, melihat Fatih dan Ardha yang sedang berdiri di depan mobil Ardha.
“Kenapa aku yang paling akhir? Lagi-lagi mereka duluan? Lagian kenapa sih mereka ikut-ikutan ngejar Alana? Mas Ardha juga, ngasih saran malah ikutan nikung!” umpat Alka.
Alka turun dari mobilnya dan menghampiri mereka yang sedang mengobrol. Alka benar-benar bingung dengan mereka, yang kelihatannya diam-diam, tapi malah seperti sama-sama berharap pada Alana.
“Ngapain ke sini, Kak?” tanya Fatih.
“Lha ngapain juga kamu di sini?” Alka balik tanya pada Fatih. “Ini Mas Ardha juga ngapain di sini?” tanya Alka pada Ardha.
“Kalau aku sih jelas di sini mau apa. Aku sudah janjian dua hari yang lalu dengan Alana, mau ajak dia ke pameran lukisan,” jawab Ardha santai. “Kamu sudah janjian sama dia?” tanya Ardha pada Alka.
“Iya ini baru mau ajak Alana jalan,” jawab Alka.
“Kalian mau ajak jalan Alana apa sudah janjian sama dia? Coba tanya sana, mau gak diajak kalian, nanti dia jawab apa,” ucap Ardha.
“Jangan bilang Mas Ardha mau nikung aku!” tukas Alka.
“Nikung gimana? Apa Alana kekasihmu?” tanya Ardha.
“Ini juga kamu ikut-ikutan!” ucap Alka pada Fatih.
“Kenapa tidak boleh?” ucap Fatih.
Fatih memang mengagumi sosok Alana. Tapi dalam hatinya masih bimbang untuk mencintai Alana, entah kenapa dia merasa ada yang aneh dengan Alana, seakan dia menemukan ada sosok mamanya dalam diri Alana, sama persis dengan mamanya, dari makanan kesukaannya, dari cara bicara, dan dari apa pun, semua mirip dengan mamanya. Fatih hanya penasaran, siapa orang tua Alana, apalagi Alana bilang dia hanya anak angkat, lebih tepatnya anak pungut, karena Alana dibuang oleh orang tua kandungnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Aflah Nasution
selidiki makanya
2023-02-03
0