Alana sampai di kostnya. Ia menaruh tas dan langsung bergegas membersihkan diri. Baru saja melangkahkan kakinya mau masuk ke kamar mandi, ponsel Alana bergetar, Alana melihat ponselnya, ada panggilan masuk dari kontak seseorang yang ia kenal.
“Ya Pak Alka?” jawab Alana.
“Kamu sudah sampai kost kamu?” tanya Alka.
“Sudah baru saja sampai,” jawab Alana.
“Oh, iya sudah,” ucap Alka.
“Ada apa bapak telefon? Apa ada pekerjaan saya yang salah?” tanya Alana.
“Tidak, Cuma memastikan kamu sudah di rumah atau belum, soalnya aku lihat kamu pulang tadi jalan kaki,” jawab Alka.
“Iya tadi sempat jalan kaki, tapi sudah mau sampai ada Mas Fatih, jadi saya diantar sampai kost,” ucap Alana.
“Iya saya tahu!” ucap Alka.
“Kok Pak Alka tahu? Apa Pak Alka lihat?”
“Ehm ... maksud saya, ti—tidak seperti itu, ya saya tahu karena kamu tadi ngasih tahu saya,” jawab Alka gugup.
Ia reflek bicara seperti itu karena kesal sendiri melihat Alana pulang bersama dengan Fatih. Padahal dia rela melajukan mobilnya pelan demi memerhatikan Alana yang berjalan sendirian di trotoar tadi. Ternyata malah Fatih menyalip mobilnya dan berhenti di sebelah Alana, lalu mengajak Alana untuk ikut dengannya.
Alka merutuki dirinya karena ia kalah cepat dengan Fatih yang langsung mengaja Alana pulang bersama. Alka masih tidak enak saja dengan Alana, di tempat kerja dia galak sama Alana, selalu saja mencari-cari kesalahan Alana, masa iya tiba-tiba ngajakin pulang bareng? Sepertinya malah mempermalukan dirinya saja di depan Alana.
“Pak Alka? Hallo .... Apa Pak Alka masih hidup? Hallo, Pak?”
“I—iya lah saya masih hidup! Kamu mau nyumpahin saya mati?” jawab Alka dengan suara meninggi.
“Ya saya kira sudah mati,” ucap Alana, “Telefonnya maksudku,” lanjutnya.
“Besok kamu ke kampus, Lan?” tanya Alka.
“Iya ke kampus, saya harus menemui dosen pembimbing saya lagi, Pak. Oh iya Pak Alka, besok barangkali saya terlambat, saya minta maaf dulu sama bapak. Dan, saya akan tambah jam kerja saya seperti tadi, Pak,” ucap Alana.
“Iya, tidak apa-apa, tidak usah tambah jam kerja, pulang seperti biasanya saja, kamu selesaikan urusan kamu dengan dosen kamu dulu, saya mengerti bagaimana kok kalau sedang sekripsi,” ucap Alka.
“Terima kasih kalau bapak sudah mengerti itu, ya sudah saya mau bersih-bersih dulu, Pak,” ucap Alana.
“Oh iya, terima kasih waktunya,” ucap Alka. “Ehm Alana? Kamu masih dengar saya?”
“Iya pak, masih. Ada apa?” tanya Alana.
“Besok kamu ke kampus dengan siapa?”
“Biasa dengan teman saya, Pak,” jawab Alana.
“Oh aku kira sendiri,” ucap Alka.
“Kalau sendiri kenapa, Pak? Saya kan memang kalau ke kampus dengan teman saya boncengan pakai sepeda motor?” ucap Alana.
“Aku kira sendiri, aku antar kamu,” ucap Alka.
“Pak Alka lagi kesambet apa, ya? Bisa-bisanya bilang mau antar saya ke kampus? Gak perlu, Pak. Saya sudah biasa sendiri, lagian Pak Alka kan pekerjaannya banyak. Terima kasih sekali atas tawarannya, Pak,” ucap Alana.
“Sa—saya serius, sumpah! Saya mau antar kamu ke kampus, lalu pulangnya saya jemput, jadi kamu gak terlambat ke cafe,” ucap Alka dengan gugup.
“Hmm ... jadi perkara biar saya gak terlambat, Pak? Saya terlambat bisa konsekuensi dengan aturannya kok pak, saya tidak masalah harus pulang malam karena tambahan jam kerja setelah pulang?” ucap Alana. “Sudah tidak ada yang dibicarakan lagi, kan? Saya tutup telefonnya ya, Pak?” ucap Alana.
“Iya, Alana,” jawab Alka.
Alana mengernyitkan dahinya, ia bingung mendengar ucapan bosnya yang super galak tiba-tiba bilang mau antar jemput ke kampu dan ke cafe.
“Ya kali aku anak TK diantar jemput? Siapa dia?” ucap Alana lalu langsung masuk ke kamar mandi.
^^^
Pagi hari Alana terkejut sudah ada mobil di depan tempat kostnya. Alana tahu itu mobil Ardha, karena kemarin sore saat di cafe Ardha bilang kalau Nina ingin bertemu dengannya. Keponakannya yang sangat dekat dengan dirinya itu meminta Ardha untuk mengantar bertemu dengan Alana. Alana kira Ardha basa-basi saja bicara seperti itu kemarin sore, ternyata memang benar, Ardha bersama keponakannya sudah menunggu di depan kostnya.
“Tante, Lana!” teriak gadis kecil berkepang dua dari dalam mobil Ardha.
“Hai Nina? Cantik sekali kamu, Sayang?” ucap Alana.
“Ayo tante masuk,” pinta Nina.
“Yah Om Ardha jadi sopir dong, Nin?” ucap Ardha.
“Kan om sudah janji mau ngantar aku ketemu Tante Alana?” jawab Nina.
Nina padahal baru bertemu beberapa kali saja dengan Alana. Mereka bertemu di taman dekat cafe kalau dia sedang ikut tantenya atau omnnya ke cafe Tiara. Nina memang dekat dengan om dan tantenya, juga oma dan opanya. Dia sering ikut Ardha, atau Zhalina. Dia malah tidak dekat dengan mama-papanya, maklum kedua orang tuanya sangat sibuk, jadi kadang Nina ke sekolah pun bareng dengan Zhalina yang juga mau mengajar, untung saja sekolah taman kanak-kanak di mana Nina belajar masih satu yayasan dengan sekolahan di mana Zhalina mengajar. Alana masuk ke dalam mobil Ardha, dia duduk di sebelah Nina lalu mereka berpelukan.
“Ada apa pengin ketemu tante hmm?” tanya Alana.
“Kangen sama tante, kan Nina lama gak ikut om ke cafe, atau ikut tante? Jadi kangen,” jawab Nina.
“Oh begitu? Tante kira ada apa,” ucap Alana.
“Tante pulang kuliah jam berapa?” tanya Nina.
“Tidak tahu, Sayang, kenapa memangnya?” tanya Alana.
“Kalau pas Nina pulang sekolah tante sudah pulang, kita makan es krim dulu, yuk?” ajak Nina.
“Makan es krim? Tante kan harus kerja sayang? Nanti kalau tante terlambat tante dimarahin sama bos tante,” jawab Alana.
“Yah ... jadi tante gak bisa?”
“Iya, sayang. Bagaimana kalau lain waktu? Lusa tante dapat libur di cafe, kalau Nina mau, lusa bagaimana?”
“Maunya sekarang, lusa Nina mau liburan ke Paris, Nina mau ikut papa-mama ke Paris, Tante. Kata papa sih lama di sana, karena papa ada pekerjaan juga di sana,” ucap Nina.
“Kalau kamu bisa, saya akan bilang Tiara, biar nanti Tiara yang bilang ke Alka, kamu hari ini ganti libur, jadi lusa kamu berangkat kerja saja, bagaimana Alana?” saran Ardha.
“Ehm ... saya tidak enak dengan Bu Tiara dan Pak Alka, Pak,” jawab Alana.
“Tiara pasti ngerti kok, apalagi Tiara tahu Nina itu bagaimana,” ucap Ardha.
“Jangan, Pak. Nanti saya izin sendiri saja dengan Pak Alka, tapi izin beberapa jam saja, tidak izin untuk tidak masuk kerja. Bekerja itu harus tanggung jawab, Pak. Semoga saja dosen pembimbing saya tidak lama datangnya,” ucap Alana.
“Oke, bagaimana Nina? Nina kan tahu tante Alana sibuk, jadi tidak apa-apa kalau makan es krimnya sebentar waktunya? Atau gini saja, makan es krim di cafenya Tante Tiara?”
“Iya deh, tidak apa-apa,” jawab Nina.
Ardha tahu kalau Alana tidak mau mencari ribut dengan Alka. Ardha juga sebetulnya tidak enak mengganggu jam kerja Alana karena keponakannya yang sudah lama meminta bertemu dengan Alana. Ardha kadang merasa Nina seperti anaknya sendiri, Nina lebih dekat dengan dirinya, bahkan mama dan papanya liburan pun Nina lebih memilih tidak ikut, dia malah maunya dengan opa dan omanya, juga om dan tantenya. Tapi kali ini mamanya memaksa Nina untuk ikut liburan ke Paris.
Alka sebetulnya tadi ingin menjemput Alana, tapi lagi-lagi ia keduluan dengan seseorang, namun hari ini berbeda, bukan Fatih melainkan Ardha dan keponakannya. Alka memang tahu Ardha dekat dengan Alana, karena Ardha memang yang merekomendasikan Alana untuk bekerja di cafe Tiara.
Alana memang mengenal Ardha jauh sebelum dirinya mengenal siapa pun di kota, pertemuannya di pameran lukisan membuat Ardha dan Alana dekat. Ardha yang tahu Alana bekerja paruh waktu sebagai cleaning servis di klinik bersalin, akhirnya dia merekomendasikan Alana untuk bekerja di cafe Tiara, untung saja saat itu cafe Tiara memang sedang butuh beberapa karyawan baru di cafe cabang barunya.
“Kenapa mesti kalah cepat lagi sih? Semalam Fatih, ini Mas Ardha?” umpat Alka dengan kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Aflah Nasution
silsilah keluarga ini udah bingung anak siapa gt
2023-02-02
1