Reno baru saja keluar dari kantor miliknya pukul dua belas malam. Ia harus lembur karena banyak sekali laporan yang harus ia periksa dan tandatangani. Reno akan pulang ke rumah hari ini karena putrinya juga berada di rumah setelah kemarin pulang dari rumah sakit untuk kemoterapi.
Reno melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota Jakarta di malam yang sudah larut itu.
Di tengah perjalanan, Reno melihat ada seorang gadis yang sedang berdiri di tepi sebuah jembatan. Sepertinya gadis itu akan melakukan tindakan bunuh diri dengan melompat dari jembatan. Reno pun langsung menghentikan mobilnya tidak jauh dari gadis itu.
" Aku harus selametin gadis itu. Jangan sampai dia bunuh diri disini " ucap Reno keluar dari mobilnya.
Reno segera berjalan dengan cepat sebelum gadis itu melompat ke dalam sungai.
" Mbak istighfar, jangan lompat. Jangan berpikir pendek Mbak, pikirin keluarga Mbak kalo Mbak nekat gini gimana perasaan mereka " ucap Reno pada gadis itu.
Gadis itu pun langsung menoleh pada Reno. Reno sangat terkejut saat melihat wajah gadis. Gadis itu adalah putri dari Tuan Smith yang ia kenal beberapa hari yang lalu.
Gadis yang Reno lihat akan bunuh diri adalah Siska. Siska tidak ada niatan sedikit pun untuk bunuh diri. Ia berada di jembatan itu untuk menenangkan pikirannya.
" Kenapa sih, Om? " tanya Siska heran saat melihat seorang pria dewasa berbicara aneh padanya.
" Loh, kamu putri Tuan Smith kan? " tanya Reno memastikan.
" Iya " jawab Siska.
Reno pun menjadi panik. Ia tidak akan membiarkan putri dari rekan bisnisnya untuk bunuh diri.
" Kamu kalau ada masalah jangan seperti ini. Masih ada banyak jalan lain selain bunuh diri. Tuan Smith pasti akan sangat kehilangan kamu. Kamu jangan bertindak bodoh " ucap Reno pada Siska.
Siska semakin dibuat bingung oleh ucapan Reno." Bunuh diri? Siapa yang mau bunuh diri sih Om? " ucap Siska.
" Bukannya kamu mau bunuh diri dengan lompat dari jembatan ini? " tanya Reno memastikan.
Siska pun tertawa mendengar ucapan Reno. Ada saja orang yang menganggapnya akan bunuh diri, padahal ia hanya ingin menenangkan diri.
" Kok malah ketawa? " tanya Reno yang sekarang bingung.
Siska pun menghentikan tawanya dan menggelengkan kepalanya.
" Saya tu gak mau bunuh diri, Om. Saya disini hanya untuk menenangkan diri " ucap Siska pada Reno.
" Om tenang aja, saya masih bisa berpikir jernih. Mana mungkin saya mau buat orang tua saya sedih " lanjut Siska.
" Alhamdulillah. Syukur kalau kamu gak mau bunuh diri " jawab Reno merasa lega.
Siska melihat wajah Reno yang sepertinya tidak asing. Siska pun mengingat bahwa Reno ini adalah rekan bisnis ayahnya dan mereka pernah bertemu di rumah sakit saat menjenguk Yeni, istri Leon.
" Om ini rekan bisnis Daddy ya? Kita pernah ketemu di rumah sakit kan? " tanya Siska pada Reno.
" Iya. Saya Reno rekan bisnis Tuan Smith " jawab Reno.
Siska pun menganggukkan kepalanya.
Reno berdiri di sebelah Siska. Tangannya memegang pagar jembatan seperti yang dilakukan Siska tadi. Ia seperti juga butuh udara malam yang segar ini untuk menghilangkan sedikit penatnya seharian bekerja.
" Maaf ya, saya tadi salah paham. Saya kira, kamu mau bunuh diri " ucap Reno pada Siska.
" Iya gak papa, Om " jawab Siska tersenyum.
" Jangan panggil Om, saya belum terlalu tua " ucap Reno tidak ingin dipanggil seperti itu oleh Siska.
" Terus saya panggil apa? Kan Om rekan bisnis Daddy saya " tanya Siska pada Reno.
" Panggil Abang aja. Sama seperti Leon " jawab Reno.
" Oke deh " jawab Siska.
Setelah itu Reno dan Siska sama-sama diam dengan pikiran mereka masing-masing.
" Oh iya Bang, gimana kabar Nadia? " tanya Siska setelah cukup lama mereka saling diam.
Entah mengapa sejak pertama bertemu dengan Nadia, ia sudah sangat menyukai anak itu. Apalagi ia adalah anak tunggal, ia melihat Nadia seperti adiknya.
" Kabar Nadia baik. Dia baru pulang dari rumah sakit kemarin " jawab Reno tersenyum.
" Memang Nadia sakit apa? " tanya Siska penasaran.
Siska sempat melihat saat menjenguk Yeni, Nadia mengenakan pakaian pasien dari rumah sakit itu.
" Nadia sakit kanker dan sekarang sudah stadium empat " jawab Reno.
Siska sangat terkejut. Ia tidak menyangka bahwa Nadia yang terlihat ceria sedang menderita penyakit separah itu.
" Aku turut sedih, Bang. Semoga Nadia cepat sembuh " ucap Siska sedih.
" Terima kasih ya " ucap Reno tersenyum.
Deg deg deg.
Jantung Siska terasa berdetak lebih cepat dari biasanya setelah melihat senyum dari bibir Reno. Siska pun langsung mengalihkan perhatiannya dari Reno.
" Aduh, kenapa nih? " ucap Siska dalam hati.
" Hmm Bang, boleh gak kalo aku ketemu Nadia? " tanya Siska pada Reno.
" Boleh. Nadia juga pasti seneng " jawab Reno.
" Tapi kalau mau ketemu Nadia itu harus di rumah atau di rumah sakit saat Nadia dirawat, soalnya saya sibuk kerja dan saya gak izinin Nadia pergi tanpa saya " ucap Reno pada Siska.
" Kalau gitu aku minta alamat rumah Abang deh " ucap Siska agar ia bisa menemui Nadia.
Reno mengambil dompet dari kantong celananya dan ia mengeluarkan sebuah kertas kecil dari sana.
" Ini kartu nama saya. Disitu ada alamat rumah dan nomor telepon saya. Jadi kalau kamu mau temuin Nadia, kamu bisa hubungin saya dulu " ucap Reno memberikan kartu namanya pada Siska.
Siska pun dengan senang hati menerima itu. " Makasih ya, Bang " ucap Siska tersenyum senang.
" Sama-sama " jawab Reno.
Tak lama kemudian datang sebuah mobil hitam berhenti tak jauh dari mereka. Siska sudah tahu siapa yang berada di dalam mobil itu. Benar saja, terlihat seorang pria dengan pakaian serba hitam keluar dari mobil. Itu adalah Han, sekretaris sekaligus asisten pribadi Daddy Smith.
" Sudah ku duga " gumam Siska yang masih bisa didengar Reno.
" Itu sekretaris Tuan Smith kan? " tanya Reno mengenali orang itu.
" Iya. Pasti Paman Han mencari aku " jawab Siska.
Paman Han berjalan mendekati Reno dan Siska.
" Selamat malam, Nona Muda. Tuan Smith ingin anda pulang sekarang " ucap Paman Han datar pada Siska.
Paman Han memang terkenal sebagai orang yang dingin dan datar.
" Baiklah. Kita pulang sekarang " jawab Siska.
" Bang, aku duluan ya. Abang juga cepat pulang dan hati-hati di jalan " ucap Siska pada Reno.
" Iya " jawab Reno.
Siska pun berjalan menuju mobilnya yang tidak jauh dari sana.
" Permisi, Tuan " ucap Paman Han pada Reno.
Reno pun menganggukkan kepalanya lalu Paman Han pergi memasuki mobilnya. Mobil Siska melaju pergi diikuti oleh mobil yang dikendarai oleh Paman Han.
Setelah mobil mereka tidak terlihat lagi, Reno pun memasuki mobilnya dan melajukannya menuju rumahnya. Ia sangat lelah dan ingin cepat istirahat.
Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘
Jangan lupa mampir ke karya saya yang lain di akun yang lain 😊 Cari aja di kolom pencarian " Cinta Si Gadis Lumpuh " dan " Pria Kulkasku " 😊🙏
Ada juga karya saya di akun ini " Mengejar Cinta Pertama " 😘
Tolong follow ig saya juga ya @tyaningrum_05😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments