Saat mencuci tangan, Valia teringat bahwa dirinya telah menabrak Asra dengan mobil mahalnya, ia yang masih mencuci tangan pun langsung melotot kan matanya dan berlari kearah mobilnya.
Valia langsung memeriksa bagian depan mobil itu, dan ternyata bagian depan mobil itu terlihat penyok dan hal itu membuat Valia memegang kepalanya, "Astaga mobilku!" teriak Valia dengan histeris.
Ia pun berlari dan menangis, tapi cairan bening itu tidak benar-benar keluar dari matanya, "Huhu .... mobilku, sayang sekali kau harus rusak karena menabrak tubuh wanita menjijikkan ini," ucap Valia sambil memeluk mobil mahalnya
Lalu tiba tiba saja Valia terlihat sangat marah, "Sialan kau Asra!" teriak Valia dengan menatap tajam ke tubuh Asra yang sudah tak bernyawa.
Valia pun melangkah mendekati tubuh itu lalu ia menginjak-injak tubuh itu sambil mengumpat kesal, ia melampiaskan amarahnya pada tubuh yang sudah kosong itu.
Tidak puas sampai di situ, Valia pun menginjak-injak wajah Asra, "Huh, benar-benar sial,!" ucap Valia yang sudah puas melampiaskan amarahnya pada Asra.
Lalu Valia pun mengambil palu itu, ia ingin membuangnya ke danau, tapi Valia berpikir bahwa kemungkinan polisi akan menemukannya, lalu setelah di pikir dengan matang, Valia kembali dan memasukkan palu itu kedalam mobilnya.
Valia pun memasuki mobilnya, dan ia terus teringat dengan sang paman yang selalu membantunya, "Aku tidak bisa membuat paman bekerja untuk menyingkirkan semuanya, lebih baik aku menyingkirkan kemungkinan- kemungkinan kecil ini sendiri dan biarkan paman mengurus bagian-bagian yang besar," ucap Valia sambil membawa mobil itu meninggalkan hutan.
Valia pun langsung memasang earphone nya dan di telinga, dan menghubungi Xander, ketika sambungan itu terhubung, tanpa basa basi Valia langsung berbicara ke inti pembicaraan.
"Paman, bisakah paman membantuku lagi?, aku baru saja membunuh salah satu dari mereka, dan itu berada di hutan yang di tengahnya terdapat danau yang sangat luas," ucap Valia pada Xander.
"Baiklah, paman akan membawa beberapa orang, kau segeralah pergi dari sana, walau tempat itu sepi, tapi pasti ada seseorang yang akan masuk kedalam hutan," ujar Xander dari ujung sana.
"Baik paman, aku akan pulang sekarang, terimakasih paman sudah mau membantuku," ucap Valia sambil tersenyum.
"Tidak masalah, dan jangan pernah memperlihatkan darah yang ada di tubuh mu pada orang tuamu," saran Xander lalu ia pun langsung memutuskan panggilan itu dari Valia.
Valia yang mendengar saran dari pamannya pun tertawa kecil "Huh, sudah terlambat paman, saat aku membunuh para bawahan itu, ibu dan ayah sudah melihat darah di pakaian ku, bahkan aku memeluk ayah dengan pakaian kotor itu," gumam Valia pelan.
Valia pulang dengan pakaian yang penuh noda darah, saat keluar dari mobil, ia mencoba berjalan dengan langkah pelan, dan siapa sangka bahwa salah satu ajudan di rumah itu justru melihat nona nya berjalan seperti maling.
"Nona!" panggil salah satu ajudan yang kebetulan melihat Valia.
Sontak saja Valia tersentak kaget, ia mengeram marah dan ketika berbalik Valia justru mengubah wajahnya menjadi tersenyum untuk menghadapi ajudan sang ayah.
Valia berdiri tegap dan berbicara dengan santai, "Ada apa Bian?," tanya Valia yang berdiri di depan Bian.
Bian terkejut ketika nona nya itu menyebutkan namanya untuk pertama kali nya. "Nona, kau mengetahui nama saya?," tanya Bian dengan mata berbinar.
Valia yang mendengar hal itu, mulai mengerutkan dahinya, ia tampak binggung dengan pertanyaan Bian, "Tentu saja, bukankah kau ajudan ayah, jadi wajar saja jika aku mengetahuinya," ucap Valia sambil tersenyum.
Bian terkejut melihat Valia dengan berani mendongakkan wajahnya dan menatap Bian dengan senyum, "Tapi nona, ketika nona bertemu dengan kami, nona selalu menunduk dan tidak pernah menyebutkan nama kami, dan kami mengira bahwa nona tidak pernah mengingat nama kami," ujar Bian pada Valia.
Valia yang mendengar itu pun langsung tercengang, ia mengingat kembali tentang sikap Valia asli pada para ajudan sang ayah.
"Astaga Valia, mengapa kau benar-benar bodoh, sekarang apa yang harus aku lakukan?," batin Valia yang benar-benar tidak bisa berkomentar apapun tentang sikap pemalu yang di miliki Valia asli.
Valia mengerutkan dahinya, ia merasa pusing mendengar mereka semua yang kebingungan dengan perubahan sikap nya, "Sudah lah Bian, ada perlu apa kau memanggilku?," tanya Valia sambil mencoba mengalihkan pembicaraan.
Bian melihat Valia mengubah-ubah ekspresinya, dan ini pertama kalinya Bian melihat ekspresi yang di keluarkan oleh Valia, tapi ia tidak ingin mempertanyakan itu dan ingin mempertanyakan hal lain.
"Aku ingin bertanya, ada apa dengan pakaian nona?," tanya Bian sambil mencoba mengendus sedikit aroma dari tubuh Valia.
Valia yang melihat Bian mulai mengendusnya, ia pun berusaha menghindar dan mulai mundur secara perlahan kebelakang, "Ah ini hanya cat merah, tadi aku memiliki kegiatan di kampus dan tubuhku ketumpahan Cat. Sudah ya, aku harus membersihkan diri," elak Valia sambil melambaikan tangannya pada Bian.
Bian terkejut mendengar perkataan Valia, menurut mereka, nona nya itu tidak suka berbohong, tapi sekarang Valia tengah berbohong padanya, "nona telah berbohong, aku tadi bisa mencium aroma darah dari pakaiannya itu," gumam Bian sambil menatap kepergian Valia.
Lalu Bian berinisiatif mengecek mobil yang di kenakan oleh Valia, ia mengecek depan mobil Valia, dan ia melihat ada bekas penyok dari mobil itu.
Lalu Bian memegang mobil itu, "Ini?, apa nona habis menabrak seseorang?," batin Bian sambil berpikir.
Bian ingin langsung melaporkan pada Javier tentang hal yang janggal mengenai Valia, tapi Bian memilih untuk diam dan ingin bertanya sendiri pada nona mudanya.
Sedangkan Valia merasa lega karena sudah lolos dari Bian, dan ia juga bersyukur tidak bertemu dengan Javier dan Nisia.
Valia kembali ke kamar dan membersihkan dirinya, tiba-tiba saja, ia teringat dengan palu yang baru saja di gunakannya pada Asra, "Sial, benda itu masih berada di dalam mobil," gumam Valia yang dengan cepat membersihkan diri dan mengenakan pakaiannya.
Lalu Valia dengan cepat turun kebawah dan langsung menghidupkan kran air, "sekalian aku harus mencuci palu itu agar bisa memasukkan nya kedalam kamarku," batin Valia sambil menghidupkan kran air dan mulai mencuci mobilnya.
Javier dan Nisia baru saja pulang, dari kejauhan mereka melihat Valia tengah mencuci mobilnya sendiri, keduanya tampak sangat terkejut, karena bisanya Valia tidak pernah menyentuh mobilnya, dan sekarang anak mereka sudah bisa membawa mobil serta sekarang tengah mencuci mobilnya.
"Apa benar itu anakku?," tanya Nisia pada Javier yang masih di dalam mobil.
"Entahlah, aku bahkan merasa bahwa dia seperti bukan anakku," ucap Javier secara spontan.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Frando Kanan
syngny bkn anak anda lg...krn anak anda asliny udh mati
2023-02-28
0
Shu Sakamaki
Ternyata malah nangis karena mobil 😂
2023-02-17
3
Zalyra
malah nangisi mobil nya karena penyok,
2023-02-17
2