Rila langsung terjatuh kelantai sambil memegang perutnya, Jian dan Asra begitu sangat terkejut, mereka pun langsung menoleh dan melihat Rila yang sudah memegang perutnya.
Keduanya pun spontan berjongkok untuk melihat keadaan Rila.
Valia pun tidak bereaksi apapun, ia hanya menatap ketiganya dengan tatapan tajam, "Aku berharap akan meninggalkan luka yang benar-benar fatal dan membuatmu tidak bisa memiliki keturunan, agar kau tidak merasakan bagaimana sakitnya jika kelak anakmu di rundung oleh temannya. bukankah aku termasuk orang yang baik?" ucap Valia sambil melihat kearah ketiganya yang tengah berjongkok.
Meja yang berbentuk persegi membuat sudutnya menjadi runcing, dan bagian meja itu yang mengenai perut Rila, bahkan hentakan itu terdengar sangat kuat.
Orang-orang yang ada di kantin justru merasa tidak percaya melihat Valia melawan ketiga orang itu. Bahkan mereka tidak melihat ada ketakutan di dalam mata Valia.
Dan mereka juga terkejut dengan kata-kata yang keluar dari mulut Valia, pasalnya kalimat itu benar-benar kalimat kutukan untuk para perempuan.
Tapi mengingat bagaimana mereka memperlakukan Valia, membuat para mahasiswa itu terlihat tidak bersimpati pada Rila.
Jian yang mendengar itu merasa sangat marah, ia tidak terima Valia mengeluarkan umpatan yang begitu menyakitkan, "Kau!, aku akan melaporkan mu kepada polisi!" bentak Jian dengan marah.
Valia memiringkan kepalanya dan melihat kearah Jian, "Kau yakin?, baiklah kalau begitu, maka kau bisa memanggil polisi" tantang Valia dengan tersenyum dan ia pun masih duduk di tempatnya.
Valia melihat mereka tidak berkutik sama sekali, lalu ia pun berdiri dan memungut laptopnya.
Lalu, ketika Valia ingin melangkahkan kakinya, tiba-tiba saja Jian merebut Laptop milik Valia, lalu Jian pun langsung membanting laptopnya itu tepat di atas meja, sehingga serpihan laptop itu berhamburan ke segala arah.
Brakkk
Arrgghh
Para mahasiswa yang ada di sana bahkan ikut berteriak keras, lalu mereka melihat Valia tengah tersenyum mengejek.
Valia pun kembali menatap mereka dengan tajam, "Apa kau pikir kau sudah menang hanya karena berhasil menghancurkan laptopku?, kau sudah salah besar, karena aku bahkan sudah tidak memakai laptop murah ini lagi" ucap Valia sambil melipat kedua tangannya.
Melihat wajah santai Valia, amarah Jian semakin menumpuk, kini kedua tangannya bahkan sudah terkepal dengan sangat kuat.
Sama seperti Jian, kedua temannya itu juga terlihat sangat kesal dengan perlakuan Valia pada mereka.
"Aku berjanji akan membuatmu sengsara" batin Rila dengan tatapan tajam sambil memegang perutnya yang begitu nyeri.
"Aku akan membalasnya suatu hari nanti" batin Asra yang menatap Valia dengan tajam.
Valia bisa melihat kedalam mata Rila, sorot mata itu terlihat penuh dengan kebencian "Kau tidak perlu mengumpat ku, aku akan menerima semua tantangan kalian. bukankah kau ingin memanggil polisi?, maka panggil lah, aku ingin melihat siapa diantara kita yang akan berada di balik jeruji besi" ucap Valia dengan santai sambil melihat kearah Rila.
Jian merasa ada yang tidak beres dengan Valia, ia melihat Valia begitu terlalu percaya diri, dan hal itu membuat Jian tampak ragu.
"Apa yang bisa di lakukan oleh anak miskin seperti dia?, aku memiliki kekuasaan, sedangkan dia tidak memiliki apapun, jadi kenapa aku harus takut padanya?" batin Jian sambil mengerutkan dahinya.
Ketika Jian ingin melontarkan kata-katanya, ia justru teringat bolpoin yang di gunakan Valia untuk mengancamnya dan hal itu mampu membuat Jian tidak berani berbicara.
Sedangkan Rila yang mendengar itu langsung menunduk, ia terkejut karena Valia bisa menebak isi hatinya, tapi dalam diamnya ia juga menggeretakkan gigi nya.
Jian terlihat bimbang, selama beberapa hari sejak kembalinya Valia, Jian tampak selalu kalah dengan perlawanan Valia, dan seluruh mahasiswa kampus sangat mengenalnya.
Mereka menjuluki Jian sebagai pembuli, dan banyak yang tidak menyukai Jian, maka dari itu jika dirinya melapor ke polisi maka tidak menutup kemungkinan dari ribuan mahasiswa itu pasti akan ada yang melapor tentang dirinya, dan otomatis ia akan di tangkap dan seluruh citra yang di bangun akan segera hilang.
Jian menundukkan kepalanya dan mencoba berpikir jernih "Tidak!, aku tidak ingin ada di balik jeruji besi itu dan merusak citra yang sudah ku bangun," batin Jian sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan.
Valia bisa menebak bahwa Jian tidak akan memanggil polisi, ia pun memiliki sebuah ide yang sangat bagus "Bagaimana?, kau ingin bertaruh?" tantang Valia lagi.
Mendengar tentang itu, Jian seakan memiliki secercah harapan, ia pun mulai berpikir dan mendongakkan wajahnya.
"Baiklah, jika kau kalah maka kau harus melayani ku seumur hidup mu, dan jika aku kalah, aku akan meminta maaf padamu" ucap Jian sambil tersenyum.
Valia mengernyitkan dahinya "Hei nona, apa kau pikir persyaratan mu itu sepadan?, jika kau tidak bisa bertaruh maka pulang saja" ucap Vali sambil berbalik dan ingin melangkahkan kakinya.
Jian terkejut mendengar perkataan Valia, biasanya wanita itu tidak pernah membantah perkataannya, tapi sekarang apa?, dia justru dengan berani menyuruh Jian pulang.
Para mahasiswa yang menonton justru menggunjing Jian.
"Benar, dia tidak bertaruh dengan benar, jika dia tidak mau melakukannya kenapa tidak di tolak saja" bisik para mahasiswa.
"Haha ... tentu saja dia tidak berani, Valia bahkan sudah berubah 180 derajat, dan mungkin ini adalah karmanya" bisik sang teman.
Suasana kantin kini sedang menertawakan Jian, sedangkan Jian sudah merasa sangat marah, mau tidak mau ia harus memberikan hak Valia.
"Baiklah, katakan ... apa syarat yang kau berikan?" tanya Jian dengan lantang.
Seketika saja, ruangan kantin itu menjadi hening, mereka semua tidak menyangka bahwa Jian memberikan hak taruhan itu pada Valia.
Valia yang baru saja berjalan dua langkah, kini harus berhenti karena mendengar perkataan Jian.
"Bagus, jika seperti ini maka akan sangat menarik" ucap Valia dengan membalikkan tubuhnya sambil menatap kearah Jian.
Jian tampak tersenyum, ia masih berpikir bahwa Valia masihlah Valia yang dulu. Mudah di tindas serta tidak bisa memikirkan apapun dengan cepat.
"Jika aku menang, maka ketika kau keluar dari penjara, maka kau harus membersihkan seluruh kampus ini, Sen-dirian" ucap Valia sambil mengeja kalimat terakhir.
"A-pa?!" teriak Jian dengan mata melotot.
Siapa sangka persyaratan yang di ajukan oleh Valia mampu membuat Rila, Asra dan seluruh maha siswa di kantin itu tercengang ketika mendengar persyaratan darinya.
Syarat itu bahkan tidak pernah terpikirkan oleh siapapun, termasuk Jian sendiri tidak pernah memikirkannya.
"Kau sudah gila!" teriak Jian dengan marah.
Valia mengernyitkan dahinya, lalu ia pun menetralkan ekspresinya "kau mengajukan syarat seumur hidup, sedangkan aku tidak, jadi apa yang sedang kau permasalahkan?, lagi pula syarat yang ku berikan sangatlah mudah" tanya Valia dengan datar serta mata yang sudah melotot dengan sempurna.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Egal Feryan
hahaha, aku gak mikir Valia bisa ngasih syarat yang begitu wow, kalau di novel lain pasti GK begini 😂
2023-02-16
3
Miles Ziryu
syaratnya memebagongkan 🙄
2023-02-16
2
Vian Celio
taruhannya parah banget, kalau seumur hidup jadi budak dong 🙄
2023-02-16
3