Mereka pun turun dari mobil dan menghampiri Valia yang tengah asik mencuci mobilnya.
"Valia!" panggil Javier dengan suara lantang.
Valia yang terkejut menoleh kebelakang dan tidak sengaja menyiram Javier dan Nisia dengan selang air yang ada di tangannya.
"Ibu, ayah!" ucap Valia dengan terkejut.
Keduanya tampak sangat murka, mereka pun langsung menatap Valia dengan tajam. "Apa yang sudah kau lakukan Valia!" teriak Nisia dengan kesal.
Sedangkan Valia terkejut mendengar teriakan Nisia, ia pun tertawa kecil dan membuat wajah merasa sangat bersalah karena melihat sang ibu telah basah karena ulahnya.
"Maaf ibu, aku tidak sengaja," ucap Valia sambil melipat kedua tangannya dan memohon pada Nisia.
Sedangkan Javier mengernyitkan dahinya, "Apa kau hanya meminta maaf pada ibu saja?, apa kau tidak melihat pakaian ayahmu ini?," ucap Javier yang tidak terima karena Valia meminta ampun hanya pada istrinya saja, dan dirinya justru di abaikan oleh Valia.
Valia pun menoleh kearah Javier, ia melihat wajah sang ayah terlihat kesal padanya, tapi di dalam ingatannya, ia tau bahwa Javier tidak pernah memarahi anak semata wayangnya itu.
"Ah ayah, maafkan aku," ucap Valia sambil memeluk sang ayah yang terlihat sangat kesal.
Javier terkejut ketika mendapat pelukan dari anak semata wayangnya, kekesalan Javier seketika hilang entah kemana, "sudahlah nak, ayah juga tidak benar-benar marah padamu," ucap Javier sambil mengelus pucuk kepala Valia.
"Apakah aku boleh egois sedikit?, aku ingin memeluknya lebih lama," batin Valia sambil memeluk tubuh Javier dengan erat.
Javier terkejut merasakan pelukan Valia semakin erat, tapi ia tidak berkomentar apapun dan tetap mengelus pucuk kepala Valia.
Javier berusaha memecahkan keheningan di antara mereka bertiga dengan pertanyaan yang sangat ingin di tanyanya pada Valia.
"Kenapa kau mencuci mobil ini sendirian, nak?, bukankah Bian ada di dalam mansion?," tanya Javier dengan kening berkerut.
Valia yang sudah merasa puas memeluk Javier, kini melepaskan pelukannya, "Aku hanya ingin merawat mobilku sendiri ayah, lagi pula aku baru saja memakainya, dan aku melihat banyak debu yang menempel di mobilku, jadi aku mencucinya sendiri," ucap Valia sambil tersenyum.
Nisia yang sedari tadi diam di samping mereka, kini membuka suara, "Nak, bukan kah dulu kamu tidak pernah bisa menyetir mobil?, lalu kenapa sekarang kamu terlihat sangat ahli dalam membawa mobil?," tanya Nisia yang mencoba bertanya pelan-pelan pada Valia.
Valia pun terdiam sebentar untuk memikirkan alasan yang bisa di terima oleh sang ibu, "Benar ibu, tapi aku pernah belajar mobil dengan temanku dan aku langsung memutuskan untuk membawa mobil sendiri, karena aku tidak ingin membuat kalian lelah," ucap Valia sambil tersenyum pada Javier dan Nisia,
Sedangkan kedua orang itu saling memandang satu sama lain ketika mendengar perkataan Valia. "Sepertinya kau sudah bertambah dewasa," ucap Javier tersenyum lembut.
Silyena yang mendapat kata-kata manis itu pun merasa terharu, "Walau kata-kata itu bukan di tujukan padaku, tapi aku tetap senang karena saat menjadi Silyena, aku hanya mendapatkan kata-kata manis itu dari ibu, sedangkan ayah hanya mengeluarkan kata-kata kotor dari mulutnya," batin Silyena sambil menutup matanya sebentar lalu membukanya.
"Yasudah, kami akan masuk dulu, dan satu lagi ... setelah kau selesai mencuci mobil mu, kau harus segera mengganti pakaian agar tidak sakit, ingat itu Valia?," ucap Nisia sambil mencubit lengan Valia dengan pelan.
Valia terkejut ketika Nisia mencubit lengannya, ia pun tertawa, "Baiklah ibu," jawab disela tawanya.
Keduanya pun masuk ke dalam mansion, dan ekspresi mereka yang awalnya tersenyum, kini berubah menjadi datar.
Ekspresi itu sungguh sangat sulit di artikan, dan sedangkan Valia tengah tersenyum senang karena bisa mendapatkan kasih sayang dari keduanya.
Lalu setelah selalu membersihkan mobilnya, Vali pun langsung mengeluarkan palu itu mencucinya hingga bersih.
"Beruntung ibu dan ayah tidak melihat apapun, aku juga menebak bahwa mereka tidak melihat bekas penyok ini," gumam Valia sambil memegang mobilnya.
Valia pun masuk ke dalam mansion sambil membawa palu itu, saat masuk, Valia menyembunyikannya di balik punggungnya, sedangkan disudut ruangan, seseorang tengah memperhatikan gelagat Valia.
"Kenapa nona berjalan seperti itu?, dan kenapa palu itu seperti telah terkena noda darah?" gumam orang itu dengan heran.
Valia yang sudah di dalam kamar, langsung melempar palu itu ke perapian, ia melihat gagang palu itu terbakar dan membuat kepala palu itu berubah menjadi warna merah.
Valia menatap kepala palu yang berwarna merah itu, seketika saja Valia tersenyum smirk.
"Ini benar-benar sangat menyenangkan," batin Valia sambil tersenyum senang.
Lalu Valia menjatuhkan tubuhnya diatas tempat tidur dan mata itu pun tertutup secara perlahan.
Keesokan paginya, Valia bersiap-siap pergi ke Campus, ia memakai beret hat berwarna merah maroon dan memakai t-shirt warna hitam dengan sedikit corak merah serta perpaduan maroon, lalu Valia juga menggunakan rok hitam, tas maroon dan sepatu hitam.
Valia juga memaki riasan tipis agar terlihat Fresh, lalu Valia melihat kaca, ia merasa Style yang di pilih olehnya terlihat sangat matching.
Valia yang merasa dirinya sempurna mulai keluar dari kamar, dan ketika dirinya sedang menutup pintu kamar, semua orang yang ada di bawah mendongakkan wajah mereka ke atas.
Javier, Nisia dan Bian justru terkejut melihat Valia telah merubah cara berpakaiannya. Ia bahkan terlihat jauh lebih cantik daripada biasanya.
"Aku pergi dulu, dah ayah, dah Ibu, dah kak Bian." ucap Valia sambil berlari keluar mansion tanpa lihat raut wajah ke tiganya.
Valia pun mengendarai mobilnya ke campus, ia tetap memarkirkan mobilnya di pinggir jalan dan itu berjarak sedikit jauh dari kampus.
Valia pun berjalan dengan santai, lalu ketika memasuki gerbang campus, para mahasiswa pun melihat ke arah Valia dari atas kepala sampai ujung kaki.
Mereka melihat Valia telah merubah stylenya, bahkan mereka tidak menyangka bahwa Valia terlihat sangat begitu cantik.
Valia terlihat tidak perduli, ia pun terus berjalan dan masuk ke kelasnya, ketika dirinya baru menempelkan bokong di kursi, ia mendengar para mahasiswa itu sedang berbicara tentang Asra.
"Aku melihat berita bahwa tubuh Asra di temukan di tengah hutan," ujar mahasiswa di kelas Valia.
"Benar, aku juga melihat berita itu, dia di temukan dengan wajah yang sudah hancur, bahkan jari kaki kanan dan kirinya jika ikut hancur," timpal yang lain.
"Dia memang pantas mendapatnya, jika kita mengingat dosanya itu, mungkin kematian tragis seperti itu bahkan tidak lah cukup," timpal yang lain.
Para mahasiswa dikelas Valia semua setuju dengan perkataan teman mereka, dan di kursi depan terdapat Jian dan Rila.
Mereka terlihat diam dan tak berkutik, syok?, tentu saja. Karena merekalah yang bertemu terakhir kali dengan Asra, dan kemungkinan mereka akan mendapat panggilan dari polisi.
Bersambung ..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Ymmers
whhaaaatttt ????
2023-03-03
0
Komori Yui
tentu kau boleh egois
2023-02-20
1
Kou Mukami
Valia bisa banget buat alasan wkwkw
2023-02-19
1