Saat menatap layar laptop, kini mata Silyena seakan penuh dengan dendam, ia ingin segera membalaskan dendamnya itu pada keluarga Granov. Karena mereka semua adalah sumber kesengsaraan Carmila dan Silyena di masa lalu.
"Aku akan membuat kalian lebih memilih mati daripada hidup!." geram Valia sambil menatap lurus kedepan.
Valia sudah mengetahui sedikit akar masalah itu, lalu ia pun mematikan laptop itu dan memasukkannya kedalam tas.
Valia tidak kembali ke kelasnya, ia justru pergi mencari kelas Granov. Lalu ia pun mulai bertanya-tanya pada mahasiswa di sana.
Dan kebetulan sekali, ia bertemu dengan teman Granov "Permisi kak, maaf sebelumnya, saya ingin bertanya, apa kakak mengenal senior Granov?" tanya Valia dengan sopan.
Wanita yang ditanyai oleh Valia terlihat sangat enggan untuk memberitahunya, Valia yang melihat tatapan tidak suka itu mencoba memutar otak.
"Begini kak, saya di perintahkan dosen untuk memanggilnya, tapi saya tidak tau kelas senior Granov" ucap Valia dengan nad memohon.
Wanita itu pun terkejut, ia langsung memberitahukan kelas yang di masuki oleh Granov "Dia akan mengikuti kelas sastra, dan itu ada di ruangan nomor 20" ucap wanita itu sambil menunjukkan kelas yang tidak sedikit jauh dari mereka.
Valia yang mendengar itu merasa sangat terkejut, "benar saja, bahwa dia lebih senior" batin Valia sambil melihat kelas itu.
Valia pun mecoba berjalan lurus, dari kejauhan Valia melihat Granov tengah tersenyum manis, "andai sekali aja kau memperlihatkan senyum itu padaku, pasti aku tidak memendam kebencian sedalam ini padamu ayah." batin Valia sambil mengeram marah.
Valia yang sudah geram, mulai mengeluarkan pisau lipat dari tas nya, tiba-tiba saja sebuah suara mampu menghentikan langkah kaki Valia.
"Aku peringatkan untuk mengurungkan niat mu itu," ucap orang itu dengan datar dan memunculkan dirinya tepat di hadapan Valia.
Valia tampak terkejut, "Kau!, kenapa kau menghalangiku!" tanya Valia dengan mata yang sudah melotot dengan lebar.
"Aku membawamu ke dunia ku karena aku merasa kasihan padamu, aku yang sudah mati tidak bisa melakukan apapun, bahkan aku tidak bisa memasuki tubuhku lagi, jadi aku membawamu kesini bertujuan untuk membalaskan dendamku terlebih dahulu" ucap Valia asli yang tiba-tiba muncul di depannya.
Silyena yang berada di dalam tubuh Valia justru mengernyit heran, "A-apa maksudmu Valia?," tanya Silyena dengan terbata-bata.
Valia asli memajukan wajahnya tepat di depan depan Silyena "Aku tau kau ingin membalaskan dendam mu, tapi kau juga harus ingat bahwa tugas utama adalah membalaskan dendamku pada anak-anak itu. Ini peringatan dariku Silyena, jadi dengarkan baik-baik!. Kau harus melakukan tugasmu terlebih dahulu, setelah kau menyelesaikannya, aku berjanji akan menyerahkan tubuhku sepenuhnya padamu dan kau bisa bebas melakukan apapun. Tapi, jika kau melupakan dendamku ini!, maka aku akan selalu menggagalkan semua usaha balas dendammu pada ayahmu!" ancam Valia asli dengan mata yang sudah melotot dengan sempurna lalu menghilang dari hadapan Silyena.
Silyena merasa sangat syok melihat Valia asli memberinya peringatan, ia bahkan merasa sangat susah bernafas, dan ia pun tiba-tiba saja terjatuh di atas rerumputan itu dengan nafas tersengal-sengal.
"Huft, huft ... ini benar-benar mengerikan, aku tidak menyangka bahwa dia memunculkan dirinya lagi, dan bahkan mengingatkanku untuk selalu mengutamakan balas dendamnya" gumamnya dengan keringat yang sudah membanjiri dahinya.
Tiba-tiba saja Valia mengingat bahwa ia belum memberikan pelajaran pada Jian, Rila dan Asra, lalu Valia pun berdiri dan menghapus keringatnya dengan sapu tangan yang selalu tersedia di dalam sakunya.
"Benar, aku harus memberi mereka pelajaran" gumam Valia sambil berjalan kedalam kantin kampus.
Valia memilih meja single yang hanya bisa di duduki oleh dua orang, ia pun menaruh tas dan barang-barangnya di kursi yang ada di depannya, dan kursi satunya lagi untuk di duduki oleh Valia.
Kini Valia tengah menatap layar laptop itu dengan serius, tapi tiba-tiba saja seseorang datang dan menyenggol meja Valia hingga membuat laptopnya jatuh.
Brakkk
Bunyi suara itu mampu membuat seluruh orang-orang di kantin melihat kearah mereka.
Jian pun memukul meja yang ada di depan Valia, dan tangan itu masih menempel di meja itu.
Kini Jian pun melotot kan matanya dengan lebar dan mendekatkan wajahnya di depan wajah Valia.
"Kenapa kau masih berada disini?, bukankah rektor sudah mengatakan untuk tidak pernah datang lagi ke kampus ini?," tanya Jian dengan nada tinggi.
Para mahasiswa pun mulai berbisik-bisik, mereka tidak menyangka bahwa Rektor sudah memerintahkannya untuk tidak dagangan lagi ke kampus
"Kesalahan apa yang sudah dilakukannya sampai dirinya harus di drop out dari kampus ini?"
"Bukankah kita selesai melihat bahwa nona itu yang selalu merundungnya?, tapi kenapa Valia yang harus di pergi dari kampus?"
"Benar, aku merasa mereka menggunakan kekuasaan untuk menekan Valia"
Para mahasiswa yang ada di kantin justru terlihat sangat prihatin pada Valia, semua orang di kampus tau bahwa Jian lah yang selalu mencari masalah pada Valia.
Tapi mereka benar-benar tidak bisa berbuat apapun selain berbisik dan prihatin.
Jian mengangkat tangan dari meja itu dan melipat kedua tangannya, Walau terlihat sangat marah, Jian juga menggerutu kesal di dalam hati.
"Sial!, apa mereka gagal melakukan tugas yang ku berikan?, kenapa ja*lang ini masih berkeliaran bebas di kampus?" batin Jian dengan kesal.
Ia bahkan semakin kesal melihat seluruh mahasiswa di kantin justru lebih membela Valia.
"Aku harus membalikkan keadaan ini, Jiak tidak maka reputasiku akan hancur." batin Jian lagi sambil melirik ke kanan dan ke kiri.
Valia kini menatap kearah Jian dengan santai, ia tau bahwa Jian tengah gelisah, bahkan ia juga menopang dagunya dengan satu tangan.
"Apa kau sudah selesai?" tanya Valia dengan santai.
Jian yang melihat tatapan santai itu justru merasa sangat terkejut, ia tidak menyangka bahwa Valia bisa melawannya bahkan menatapnya dengan santai.
Biasanya Jian melihat Valia selalu menunduk takut dan tidak pernah berani menatapnya, tapi sekarang apa?, semua itu sudah tidak terlihat lagi di wajah Valia dan ahl itu membuat Jian semakin gugup.
"A-pa?" tanya Jian dengan gugup.
Jian terlihat tidak nyaman dengan tatapan mata Valia, sedangkan Rila dan Asra yang melihat itu justru saling memandang satu sama lain.
"Kau sedang menantang kami?" tanya Asra dengan nada tinggi dan seperti menunjukkan kekuasaannya.
"Benar, lalu apa yang akan kalian lakukan?" tanya Valia sambil menatap Ketiganya dengan santai.
Rila merasa sudah tidak tahan dengan kelakuan Valia, ia pun melangkah untuk mendekatkan dirinya pada Valia.
Tapi Valia tidak tinggal diam, ia memundurkan tubuhnya dan langsung menendang meja itu kesamping sehingga meja itu bergetar dan mengenai perut Rila.
Arrgghhh
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Frando Kanan
hrs selesaikn tugas dendam pemilik tubuh asli dlo Bru bs blskn dendam pda jiwa asing ya....cih...sgt merepotkn
2023-02-28
1
AK_Wiedhiyaa16
Halah lu sendiri udh jadi roh masih sok ngatur!
Giliran pas masih hidup malah milih jadi manusia ga guna yg diem paa ditindas😒
2023-02-17
3
Briel Winley
bungkam semua mereka, keren
2023-02-16
1