Bab 6 Aktivitas Baru

Bab 6 Aktivitas Baru

.

.

Seberkas sinar sang surya menulusup melalui celah kelambu hingga menerpa pelupuk mata seorang gadis yang masih setia bergelut dengan mimpi indahnya.

Sebuah tangan putih mulus meraba nakas, mencari suatu benda segiempat pipih berwarna hitam legam.

"Sudah jam berapa ini?" Gumamnya, sepasang netranya masih enggan membuka karena rasa kantuk masih menyeruak. Lalu dengan segenap kesadarannya ia menatap layar ponsel.

"Astagfirullah.. Sudah jam setengah tujuh." Kedua bola matanya membulat seketika.

Dengan segenap tenaga yang ia miliki, dia bergegas bangkit dan berlari menuju kamar mandi yang ada di luar kamarnya. Berdiri di bawah guyuran air shower yang sangat dingin dengan secepat kilat.

Memakai celana bahan berwarna hitam yang dipadukan dengan kemeja putih lengan panjang serta cardigan model jas. Tak lupa sepatu pantofel hitam dengan hak lima senti.

Rambut panjangnya dicepol agar terkesan rapi. Tak lupa dengan polesan make up agar wajahnya terlihat lebih segar.

Setelah selesai, dia berdiri di depan pintu kamar pribadinya. Mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan yang ada di dalam rumah. Namun sepi, "Di mana tuh anak, apa dia sudah berangkat?" Batinnya.

Lalu dia berlalu menuju ruangan yang ada di paling ujung, ruangan minimalis yang bersih dengan berbagai peralatan yang tertata rapi. Mencari sebuah roti sebagai pengganjal lapar namun dia dikagetkan dengan sebuah penampakan yang lebih indah yaitu sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi dan segelas coklat hangat yang tak lagi hangat.

Ada sebuah notes yang tergeletak di samping piring,

'Jangan lupa makan dulu sebelum berangkat. Kalau sudah pulang, jangan lupa mampir belanja. Uangnya aku letakkan di bawah piring'

Dengan penasaran, Nara mengangkat piring yang ada di depannya. Ada sepuluh uang berwarna merah di sana. Tanpa disadari membuatnya tersenyum lebar.

Setelah menyapu bersih makanan yang telah disediakan suaminya itu, dia melenggangkan kaki keluar dari rumahnya. Ternyata sebuah taxi yang dipesannya melalui aplikasi daring sudah menunggu di depan. Dia pun berangkat, tak lupa mengunci rumah dahulu.

"Ke SMA XX ya pak" Titah Nara dengan sopan.

"Siap atuh" Jawab seorang paruh baya yang duduk di kursi pengemudi tersebut.

Lima belas menit perjalanan, tibalah mereka di depan sebuah gedung dua lantai. Diapun keluar dari kuda besi yang telah mengantarkannya, tak lupa memberikan selembar uang berwarna biru kepada sang supir.

"Terima kasih pak" Ucapnya dengan berlalu.

"Selamat pagi pak" Sapa Nara dengan sopan. Saat sampai di pos satpam yang ada di dekat gerbang.

"Pagi neng gelis, apa ada yang bisa bapak bantu?" Tanya seorang security berbadan tegap.

"Maaf pak saya Kinara cucu kakek Wardhana, bisakah saya bertemu pak Indra?" Jawab Nara dengan ramah.

Sesuai arahan dari sang kakek kemarin. Nara disuruh menemui pak Indra penanggungjawab SMA XX.

"Oalah.. Neng ini neng Kinara toh cucunya pak Wardhana. Tadi saya sudah diberi tahu sama pak Indra. Mari neng ikuti saya." Titah security tersebut.

Dengan membuka sedikit pintu gerbang yang tinggi menjulang lalu Nara dipersilahkan untuk masuk ke dalam halaman sekolah.

Nara berjalan di samping pria berseragam putih biru itu menyusuri halaman sekolah dengan sedikit berbincang untuk sekedar basa basi. Hingga Langkahnya berhenti di depan salah satu ruangan.

"Ini neng ruangan pak Indra, neng masuk sendiri ya. Saya mau kembali ke pos, takutnya ada siswa yang telatatau bolos sekolah." Ucapnya sopan dan berlalu pergi meninggalkan Nara sendiri.

Tok..tok..tok

"Permisi pak" Ucap Nara sopan karena pintu ruangan tidak tertutup rapat.

"Silahkan masuk.." Jawab pria berkumis tipis yang masih fokus membaca koran.

Dengan perlahan Nara Melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan, netra coklatnya mengamati setiap inchi penjuru ruangan tersebut.

Pria paruh baya bername tag Sasmito itu pun berdiri dan mempersilahkan gadis yang ada di depannya untuk duduk.

"Bisa saya bantu mbak?" Tanya pria itu membuka percakapan.

"Perkenalkan pak, saya Kinara cucu dari kakek Wardhana" Jawab Nara dengan sopan.

"Oh..mbak eh ibu ini cucu dari pak Wardhana toh. Maaf saya tidak mengenali anda. Ternyata anda lebih muda dari yang saya kira." Ucap Sasmito memohon maaf dengan sedikit tersenyum.

Dengan tubuh yang tak terlalu kurus, kulit putih dan tinggi badan tak sampai 160 sentimeter serta wajah babyfacenya terlihat lebih muda dari umurnya. Jika diperhatikan lagi, Nara masih terlihat cocok untuk mengenakan seragam sekolah.

"Saya sudah diberitahu oleh pak Wardhana, jika ibu yang akan menjadi kepala sekolah di sini menggantikan pak Cahyo yang telah pensiun satu bulan yang lalu." Lanjutnya.

Lagi-lagi Nara hanya mengangguk dan tersenyum ramah.

"Apa anda siap bergabung dengan SMA XX?" Tanyanya lagi dengan mengulurkan tangan kanannya.

"Insyaa Allah saya siap pak." Jawab Nara kembali tersenyum. Dengan menerima jabatan tangan pria itu, dia seolah setuju.

"Oia, bu Kinara bukannya S2 jurusan pendidikan Matematika ya?" Tanya Sasmito.

"Iya pak" Jawab Nara.

"Bolehkah saya meminta tolong bu." Sasmito melayangkan sebuah permohonan.

"Iya pak, minta tolong apa?" Tanya Nara.

"Guru matematika kelas XII sedang kosong bu, karena beliaunya sedang cuti hamil. Apa bisa ibu mengisinya dulu sampai beliau bisa kembali mengajar." Ucap Sasmito dengan ragu.

"Oh iya pak bisa, kalau cuma itu saya bisa. Soalnya di sekolah yang lama, saya juga memegang kelas XII." Jawab Nara.

"Terima kasih bu, saya tak tahu harus bagaimana lagi. Soalnya tidak ada yang mau menjadi guru matematika kalau hanya sementara." Ucap Sasmito. Trlpaak tangan saling dikatupkan dan diletakkan di atas dada.

"Kalau langsung mengajar hari ini bagaimana bu, apa ibu siap?" Lanjutnya.

"Siap pak siap." Jawab Nara dengan penuh semangat.

"Kalau begitu, mari saya antarkan ke kelas anda." Mempersilahkan Nara berjalan di sampingnya.

Sepanjang koridor sekolah pak Indra, selaku penanggung jawab sekolah tidak berhentinya menjelaskan satu persatu ruangan yang mereka lewati. Tak jarang beliau melontarkan sedikit candaan dan lagi-lagi cuma ditanggapi dengan senyuman oleh seorang Kinara.

Mereka pun telah sampai di ruang kelas yang mereka tuju. Ruang kelas dengan papan kecil yang berada di depan bertuliskan kelas XII-S3.

Tadinya Kelas tersebut sangat ramai namun tiba- tiba saja hening dengan masuknya seseorang yang paling berkuasa di sekolah.

"Selamat pagi anak-anak" Sapa pak Indra dengan wajah garangnya. Ekspresi yang sangat serius, tak ada tawa atau hanya sekedar tersenyum saat berhadapan dengan para siswa siswinya..

"Selamat pagi paaaak.." Jawab seluruh murid yang ada di sana dengan serempak.

Dengan wibawanya pak Indra berdiri di depan kelas,

"Saya di sini akan memperkenalkan guru matematika yang baru untuk kalian, sekaligus kepala sekolah yang baru. silahkan masuk Bu." Dengan gestur tubuh membungkuk seolah Mempersilahkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!