Dia sampai ke rumah dengan tubuh lusuhnya. Tubuh yang basah kuyup penuh akan cipratan air hujan. Air matanya pun runtuh bersama air langit siang ini.
Tok..tok..tok
Dia mengetuk pintu dengan tubuhnya yang dingin dan semakin membiru. Tubuhnya lemah tak berdaya.
"Kiano, kamu kok sudah pulang" Ucap seorang pria tua rentah yang membuka pintu.
Kiano langsung memeluk tubuh kurus itu, tanpa mau berucap sepatah katapun.
"Kamu kenapa? Ada masalahkah?" Lanjutnya.
"Kek, aku kangen sama mama dan papa. Aku ingin pulang ke rumah mereka." Jawabnya lirih.
"Bukannya kamu ingin meneruskan ke sekolah favorit impianmu." Ucap kakek namun Kiano hanya menggelengkan kepalanya. Dan berlalu pergi dari tempatnya
Sejak saat itu Kiano pergi meninggalkan kota pahlawan, kota di mana ia dibesarkan.
***
"Ki, aku kangen sama kamu. Kamu satu-satunyalah lelaki yang bisa menghargai aku. Cuma kamu yang aku cinta. Aku ingin bersamamu." Naomi mendekat dan mencoba memeluk tubuh Kiano lagi.
Namun Kiano menghindar dengan melangkah mundur. "Stop Naomi, jangan coba menyentuhku lagi." Larang Kiano.
"Maafkan aku Ki, aku terlambat untuk mengetahui perasaanku. Andai saja kamu menyatakan isi hatimu lebih dulu dari Cakra, mungkin aku akan menerimamu." Kata Naomi.
"Haa.. Haaa.. Haaaa, Naomi Naomi." Kianopun tertawa lepas.
"Aku sudah tahu otak licikmu. Kamu mau berteman denganku hanya karena ingin memanfaatkan kepintaranku saja. Iya kan?" Lanjutnya.
"Eng-enggak Ki, aku tidak seperti itu." Elak Naomi.
"Sudahlah Naomi, aku sudah tau semuanya." Kata Kiano.
"Maafkan aku Ki, maafkan aku." Naomi memohon hingga berlutut di hadapan Kiano. Namun Kiano malah melenggang pergi dari posisinya sekarang.
"Bisa-bisanya aku ketemu dengannya lagi." Gerutu Kiano yang mempercepat langkahnya menjauh dari Naomi.
"Astaga Nara, aku sampai lupa dengannya." Lanjutnya.
Dengan tergesa-gesa Kiano berjalan mengelilingi arena Kebun Binatang untuk mencari sang istri. Dia lupa akan keberadaan Kinara yang berdiri di sampingnya untuk membantunya sebelum Naomi memeluknya.
"Di mana kamu Ra, aku takut kamu nyasar." Kiano memainkan ponselnya mencoba untuk menghubungi sang istri. Namun untuk ketiga kalinya,
"Hallo Ra, kamu di mana?" Ucapnya khawatir.
"[ ... ]"
"Kamu tunggu aku di sana. Jangan ke mana-mana lagi, aku akan ke sana."
"[ ... ]"
"Oke, tunggu aku ya."
***
Kiano keluar dari arena Kebun Binatang menuju area parkir dan menghampiri sang istri yang sedang duduk di samping mobilnya. Kinara mencoba merilekskan tubuhnya serileks mungkin agar nampak baik-baik saja.
"Dari mana kamu, main tinggal saja." Sarkas Kiano dengan mengacak puncak kepala Kinara membuat rambutnya sedikit berantakan.
"Aku gak kemana-mana, cuma gak mau dijadikan obat nyamuk saja olehmu" Jawab Kinara.
"Kamu mau ini" Kinara mengalihkan percakapan mereka. Dia menyodorkan sebungkus pentol yang sedang ia nikmati.
"Enak gak?" Tanya Kiano.
"Enaklah, pentolnya pakai bumbu kacang sih" Jawab Kinara.
"Suapin ya kalau gitu" Titah Kiano.
"Ihh.. Dasar anak kecil." Umpat Kinara.
Meski dirinya mengumpat, namun dia tetap menyuapi suami abgnya tersebut.
"Jangan tahunya Ra, pentolnya saja." Ucap Kiano dan dituruti oleh Kinara.
"Permisi mbak, mas. Saya mau menawarkan untuk berfoto. Murah cuma 15.000 rupiah saja sudah dapat foto ukuran 10 R." Seorang pria dengan membawa sebuah kamera tergelantung di lehernya menawarkan sebuah jasa foto saat mereka berdua sedang asyik menikmati pentol.
Lalu pria itu memberikan contoh hasil jepretannya.
"Ra, foto yuk. Kita belum punya foto berdua lo selain foto pernikahan." Ajak Kiano.
"Buat apa?"
"Buat kenang-kenanganlah Ra, masak iya suami istri gak punya foto berdua selain foto pernikahan sih." Bujuk Kiano.
Akhirnya Kinara menuruti kemauan sang suami untuk berfoto berdua.
"Iya pak, kami mau foto" Ucap Kiano pada pria tersebut.
"Mari mas,mbak, kita foto di depan patu suro dan boyo di sana." Pria itu pun mengajak keduanya untuk berfoto di tempat indah yang ia tunjukkan.
Mereka berdua berjalan mengekor di belakang pria tukang foto tersebut. Lalu berpose di depan patung yang menjadi icon kota Surabaya ini.
"Lebih dekat ya mbak mas, agar terlihat lebih mesra." Ucap pria itu mengarahkan mereka.
"Satu.. Dua.. tii.. Ga"
Cekrek.. Satu foto berhasil diambil.
"Sudah mas mbak, mohon ditunggu sekitar sepuluh menit. Nanti jika sudah jadi, fotonya saya antarkan ke mobil masnya." Ucap pria tersebut dan berlalu pergi
"Iya pak" Mereka menganggukkan kepalanya dengan kompak.
Setelah pria tersebut berlalu, mereka kembali berjalan untuk menikmati berbagai jajanan yang dijajakan.
"Ki, aku mau itu ya" Kinarapun menunjuk pada sebuah pedagang yang menjual gula-gula kapas.
"Kamu ini, sudah tua juga. Tapi masih suka dengan jajanan seperti itu" Cebiknya.
Dengan refleks Kiano menggenggam tangan kecil milik Kinara dan membawanya berjalan menuju pedagang yang telah ditunjuk Nara.
"Pak gula kapasnya ya saya borong semuanya" Ucap Kiano.
"Beneran mas?" Tanya pedagang itu penuh harapan. Dan diangguki oleh Kiano.
Raut wajah yang tadinya sendu kini berubah riang, senyumnya merekah dan mata berbinar.
Sembilan bungkus gula kapas diberikan kepada Kiano, dengan tersenyum.
"Berapa pak?" Tanya Kiano.
"45.000 rupiah saja mas." Jawabnya.
Kiano merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan selembar uang berwarna biru dan diserahkan kepadanya,
"Ini pak, kembaliannya ambil saja" Ucap Kiano.
"Terimakasih mas, mbak"
Setelah membeli gula kapas merek kembali ke dalam mobilnya untuk menikmatinya,
"Ah kamu, tadi ngejek aku. Ternyata kamu juga ikutan makan" Cebik Kinara.
"Emangnya gula kapas sebanyak ini mau kamu habiskan sendirian? Apa gak ngilu tuh gigi?" Jawab Kiano.
Tok.. Took.. Tookk..
Suara kaca jendela mobil diketuk dari luar, Kinara pun menoleh dan menurunkan kaca yang berada di sampingnya. Seorang fotografer keliling sudah berada di luar.
"Ini mbak, fotonya sudah jadi." Ucapnya sambil memberikan selembar hasil foto mereka.
Melihat dirinya yang nampak cantik membuatnya merasa puas. Lallu diberikannya selembar uang sebagai pembayarannya.
"Uang pas saja mbak. Tidak ada kembaliannya. Soalnya kalian pelanggan pertama saya untuk hari ini."
Mendengar jawaban bapak tua itu membuat Kinara merasa iba,
"Ambil saja pak kembaliannya." Ucap Kinara.
"Tapi ini banyak lo mbak" Dia mecoba menolak.
"Tidak apa-apa kak, anggap saja rejeki anak bapak di rumah" Kinarapun tersenyum.
"Terimakasih ya mbak, mas." Ucap fotografer keliling itu dengan mengatupkan kedua tangannya.
"Saya doakan mbak dan masnya langgeng sampai ke pelaminan, aamiin yaa robbal alamin" Lanjutnya mendoakan keduanya.
Kiano dan Kinara yang mendengarnya hanya tersenyum dan menganggukkan kepala.
"Ya sudah mbak mas, saya permisi dulu. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih geh." Pamitnya berlalu dari tempatnya.
"Kasihan ya Ki bapak tadi, masak jam segini baru dapat satu pelanggan. Kalau kita gak foto tadi, gimana nasib anak istrinya di rumah" Ucap Kinara.
"Hust, gak boleh bilang seperti itu. Rejeki sudah ada yang mengatur."
Kinara menyengir kuda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Solaya
ane aja ampe lupa gegara ada chapter flashbavk
2023-10-22
0