Bab 2 Vano Kabur

Erlangga dan keluarganya duduk di sofa panjang setelah dipersilahkan oleh sang pemilik rumah, Putra Wardhana.

"Bisa kamu katakan alasan Vano tidak datang malam ini tuan Erlangga yang terhormat?" tanya Wardhana dengan sorot matanya yang tajam dan penuh amarah.

"Di mana dia sekarang?" Bentaknya saat tak ada jawaban dari Erlangga.

“Ma-maafkan kami tuan. Vano tidak ada rumah.” jawab Erlangga reflek saat dapat bentakan.

"Ma-maksud om apa? Vano tidak ada di rumah. Jangan becanda deh om, Vano gak mungkin kabur kan om? Tante? Dia sudah berjanji kepadaku, ini semua rencana kita, sebuah pernikahan yang meriah." tanya Nara yang seketika berdiri di hadapan kedua calon mertuanya. Tak terasa buliran bening yang dari tadi menggenang kini mulai membasahi pipinya.

"Maafkan kami Nara, entah ke mana Vano pergi. Kami juga tidak tahu, yang saya ingat kami bertemu terakhir pada pagi kemarin. Setelah itu kami tak berjumpa kembali dengannya." Jawab Andika sembari mengusap wajahnya yang tak berkeringat.

"Maafkan Om, Nara. Om sudah berusaha untuk mencari Vano sejak kemarin, tapi sampai saat ini kami belum juga menemukan jejaknya. Entah dia pergi ke mana" Jawab Erlangga dengan terduduk lesu.

Andika nampak kesal. Anak gadis yang belasan tahun dia jaga, kini terluka. Nara menangis didekapan sang mama. "Maa..." Rengek Nara. Nisa mengusap punggung putri sulungnya itu dengan lembut, memberikan sebuah dukungan untuk Nara. "yang sabar ya nak" ucap Nisa lirih.

Wardhana nampak marah, "Terus bagaimana dengan cucuku? Haruskah pernikahan cucuku batal karena perlakuan anakmu yang tak tahu diri itu. Cucuku akan malu dan menjadi bahan olokan semua orang. Kalau seperti itu, aku akan pastikan perusahaanmu akan hancur Erlangga." Wardhana nampak rapuh saat melihat sang cucu menangis pilu.

"Sebentar tuan, pernikahan besok tetap bisa dilaksanakan. Kiano akan menggantikan Vano di acara besok.” Jawab Erlangga yakin.

“Aku..” teriak seorang lelaki muda dengan terkejut.

Tak hanya lelaki itu saja yang terkejut mendengar kamimat yang diucapkan oleh Erlangga, namun semua orang yang berada di dalam ruangan tersebut juga sama terkejutnya dengan Kiano

“Iya kamu Ki. Kamu akan menikah besok dengan Nara.”jawab Erlangga dengan percaya diri.

“Maksud om apa?" Sela Nara yang kembali bangkit dari tempatnya semula.

"Aku menikah dengan Kiano? Gak gak gak, itu gak mungkin ya om. Aku tidak mencintai Kiano, yang kucintai itu Vano om.” tolak Nara mentah-mentah.

Hatinya terasa ngilu, dadanya sangat sesak. Rasanya Nara ingin memasukkan si tua bangka Erlangga itu ke dalam kardus dan mengirimnya ke kutub selatan, seenak saja pria tua itu menikahkannya dengan oranglain. Apa jadinya pernikahan tanpa cinta.

“Jangan ngawur kamu Erlangga, ini sebuah pernikahan sakral bukan drama telenovela. Seenaknya saja kamu menyuruh cucuku menikah dengan Kiano, jelas-jelas dia tidak mencintainya. Menikah tanpa cinta seperti sayur tanpa garam. Yang ada cucuku malah tersiksa akan pernikahan ini” sentak Wardhana dengan tatapan membunuh.

“Ini jalan satu-satunya tuan Wardhana. Apa anda mau cucu kesayangan anda dipermalukan dan jadi bulan-bulanan orang karena pernikahnnya batal? Apa yang akan dikatakan orang nanti, di sini nama baik dan masa depan cucu anda yang sedang dipertaruhkan." Jelas Erlangga..

"Percayalah kepada saya, Kiano adalah orang yang tepat untuk menggantikan Vano. Bahkan lebih baik dari Vano. Untuk masalah cinta itu masalah gampang. Cinta akan tumbuh karena terbiasa. Seperti kata orang jawa, tresna jalaran saka kulina” lanjut Erlangga berusaha meyakinkan seluruh orang yang ada di sana.

"Papi, aku masih sekolah. Usiaku juga baru menginjak 18 tahun dua hari lalu, mana mungkin aku harus mengagantikan bang Vano untuk menikah dengan kak Nara yang usianya lebih tua dariku." Kiano menolak keinginan papinya yang menurutnya tak masuk akal itu.

Kiano Putra Erlangga, anak bungsu dari pasangan Erlangga dan Naomi Putri. Berkulit putih dengan paras tampan layaknya artis korea yang sering nongol di televisi. Hidung mancung dan bibirnya yang seksi. Serta Tubuhnya yang proposional bak atlet olahraga dengan otot-otot yang tercetak jelas. Hingga banyak digandrungi oleh para wanita. Berbeda dengan Vano yang berkulit sawo matang seperti sang ayah.

"Kiano, kamu mau ya nak menikah dengan Nara untuk menggantikan kakakmu. Kasihan Nara sayang, jika kamu tak membantunya. Tolong mami ya sayang" Ucap Naomi lembut.

"Tapi tante, aku gak mau menikah karena belas kasihan dari orang lain" Jawab Nara.

"Kamu mau ya nak menikah dengan Kiano, mama gak mau sampai kamu jadi bahan gunjingan orang. Belum lagi nama baik keluarga kita jadi taruhannya. Mama mohon. Kamu gak mau kan penyakit kakek kambuh karena memikirkan masalah ini" Ucap mama Nisa dengan berbisik. Dengan berat hati, Nara menganggukkan kepalanya. Menyetujui permintaan adik kembar dari ibunya itu.

***

Keesokan harinya,,

Sebelum adzan shubuh berkumandang, Nara telah bangun dari tidurnya yang baru hanya beberapa jam saja. Karena semalam dia tak bisa tidur meski berkali-kali dia mencoba untuk memejamkan mata.

Setelah dia membersihkan diri dan melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim, kini dia telah duduk di depan cermin untuk dipaes oleh salah satu MUA terbaik langganan mamanya.

Nara memilih untuk dirias paes adat Jawa tradisional. Dengan memakai kebaya berwarna putih yang dipadu padankan dengan kain jarik dengan motif khas yang dipesan dari seorang desaigner terkenal. Dan ditambah sanggul besar yang berbalut roncean bunga melati di kepalanya.

"Sudah siap" ucap wanita paruh baya yang berdiri di belakangnya dengan penuh semangat. Setelah satu jam berkutat dengan alat make up kini Mata sembab, hidung merah dan wajah kusut yang sedari kemarin berhias di wajah kuyu Nara tak lagi nampak. Berganti dengan wajah cantik yang sangat mempesona.

"MasyaAllah cantiknya putri mama" puji wanita cantik di usianya yang hampir berkepala lima itu, tersenyum menatap keponakannya yang telah siap dengan penampilannya.

Kaynara nampak anggun dengan pakaian yang ia kenakan, serta paesan yang sangat sempurna dan pas di wajah cantiknya. Di tambah kulit mulusnya bak susu menambah nilai plus akan penampilan bidadari bumi ini.

"Apa kamu sudah siap Kaynara? Semua orang telah menunggumu di lantai bawah." Tanya Nisa kepada Nara yang masih fokus memperhatikan penampilannya di depan cermin yang ada di pintu lemarinya.

Dengan sedikit ragu, "aku siap ma" Jawabnya lirih.

Nampak tamu telah memenuhi ruangan. Satu persatu duduk dibangku kosong yang telah disediakan. Dari sanak saudara, kerabat bahkan tetangga telah memadati tempat prosesi akad nikah yang sudah disediakan.

Terdengar derap kaki dari arah anak tangga, Kaynara dan Nisa melangkahkan kakinya satu persatu menuruni anak tangga menuju ke tempat prosesi ijab kabul dilaksanakan. Hingga Seluruh pasang mata tertuju padanya. Cantik dan mangglingi calon pengantin perempuannya.

"Jangan cemberut sayang, tampakkan wajah bahagiamu" Bisik Nisa sangat pelan hingga tak terdengar oleh yang lain kecuali Nara. Nara tersenyum penuh dengan keterpaksaan kepada para tamu undangan yang telah berada di sana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!