Setelah Nara memasuki ruang pribadinya, dia pun mendaratkan bokongnya di bangku meja rias. Menghadap ke arah cermin, menatap dalam pantulan bayangan dirinya. "Andai saja kamu ada di sini." Batinnya.
Lalu melepas satu persatu aksesoris yang menempel pada dirinya. Menghapus seluruh riasan yang menempel di wajahnya hingga menampilkan wajah cantik nan natural. Setelah dirasanya beres, dia segera beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Aku berendam dulu saja enak" Batinnya. Diisinya air hangat terlebih dulu ke dalam bath'up hingga penuh, tak lupa menambahkan tetesan aromaterapi beraroma lavender favoritnya yang bermanfaat untuk merilekskan tubuh dan pikirannya.
Dengan ragu Kiano membuka pintu sebuah ruangan yang bertuliskan Kaynara, "kok sepi, mungkin dia lagi di ruangan lainnya." Batinnya. Melihat kondisi kamar yang sepi Kianopun langsung saja masuk ke dalam ruangan tersebut. Dan berbaring di atas sofa. Berusaha memejamkan matanya untuk tertidur.
Tigapuluh menit telah berlalu, Kaynara telah selesai dengan aktivitas mandinya lalu keluar dengan berbalut handuk yang menutup tubuhnya hingga di atas lutut seperti biasanya. Dengan santai Nara melepas handuk dan melemparkannya begitu saja. Lalu memilih pakaian yang ada di lemarinya. Mondar mandir hanya memakai pakaian dal*m yang berwarna senada.
Namun saat Nara menoleh ke arah pintu. "aaaaa.." Nara menjerit karena terkejut melihat Kiano tengah berbaring di sofa. Kiano yang mendengar jeritan Nara membuatnya terbangun dari tidurnya. Mengucek matanya perlahan dan "aaaaa..." Kiano menjerit kaget melihat kondisi Nara seperti itu. Nara langsung memakai kaosnya dengab secepat kilat. Untung saja tadi dia sudah memakai celana pendeknya.
Kiano yang tanpa sengaja melihat kondisi sang istri yang tanpa memakai atasan,membuatnya meneguk saliva dengan susah payah dan matanya sampai tak mampu untuk berkedip. Tak dapat dipungkiri jika Kiano juga bisa tergoda karena dia hanyalah lelaki normal biasa. Apalagi ini bidadari dalam dunia nyata.
"Ng-ngapain kamu di kamarku?" Tanya Nara dengan tangan memeluk dada.
"Mau tidur" Jawab Kiano dengan santai menutup kembali matanya.
"Mau tidur? Ngaco, pergi sana aku gak mau berbagi kamar sama kamu. Aku takut kamu berbuat macam-macam padaku." Ucap Nara dengan ketus.
"Andai aja aku boleh pulang, aku bakalan pulang kok. Lagian aku ke sini juga karena disuruh mama Nisa untuk beristirahat di sini. Kalau gak ada ijin dari tuan rumah, aku juga gak bakalan kali ke sini." Jawab Kiano datar . Dia pun bangkit dari tidurnya lalu melepas baju pengantinnya yang masih terpasang rapi di tubuhnya dengan santai.
"Jangan-jangan, kamu yang akan ngapa-ngapain aku lagi. Soalnya wajahku tampan, bodiku atletis mana ada perempuan yang mau melewatkannya. Apalagi kamu kan lebih tua dariku, pasti kamu lebih berpengalaman. Iya kan?" Lanjut Kiano. Mendengar kalimat yang meluncur dari mulut sang istri membuatnya naik darah.
"Jaga ya tuh mulut, meskipun umurku lebih tua darimu. Tapi asal kau tau, aku gak pernah macam-macam sama cowok. Terus Gimana caranya aku mau ngapa-ngapain kamu. Bagiku, kesucian adalah nomor satu hadiah terindah buat suamiku" Jawab Nara dengan penuh amarah.
"Bulshit ah lo.." Ucap Kiano berlalu melewati Nara tanpa beban. Membawa sebuah paperbag di tangannya menuju kamar mandi.
Dada Kaynara naik turun, sesak penuh akan amarah. Dia tak terima direndahkan seperti itu oleh seorang lelaki. Apalagi lelaki tersebut adalah suaminya sendiri. Meskipun berulang kali Vano selalu mengajak dan membujuknya untuk melakukan hal yang lebih. Namun Nara tetap pada pendiriannya, menolak ajakannya.
Kaki Nara dihentak - hentakan ke lantai berkalihkali karena kesal. Berbeda dengan Kiano yang tengah berdiri di bawah guyuran air shower mencoba meninabobokkan adik kecilnya yang tadi tak sengaja On melihat kem*lekan tubuh ramping sang istri.
"Bulshit deh tuh orang, Gak mungkinlah tuh cewek masih juga suci. Aku tahu seperti apa bang Vano. Dia tiap hari hobbynya keluar masuk klub malam dengan cewek-cewek. Apalagi bodi tuh cewek.., mana tahan bang Vano" Batin Kiano dengan membayangkan tubuh Nara yang mengg*da.
"Aa.a.." Jerit Kiano dengan mengacak rambutnya sendiri.
Tak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka dari dalam. Nampak Kiano berdiri di ambang pintu, keluar dengan mengenakan setelan baju lengkap. Celana pendek hitam dan kaos oblong dengan warna senada. Lalu Duduk di sisi ranjang dengan menatap Nara yang lebih dulu terlelap dalam tidurnya.
"Kamu terlihat cantik jika sedang tidur seperti ini." Ucap Kiano lirih sembari menyelipkan anak rambut Nara yang menutup wajah cantiknya. "Apaan sih aku ini, sadar-sadar dia pacar kakakmu Kiano." Gumamnya lirih. Karena rasa kantuk yang sangat menyengat, Kiano pun ikut berbaring di samping Nara.
Hampir tiga jam mereka bergulat dengan mimpinya masing-masing, hingga akhirnya Nara terbangun lebih dulu karena rasa hausnya yang tak dapat ditunda.
"Aaaaa..." Teriaknya seketika saat mengetahui ada sebuah tangan yang melingkar di perutnya.
Untung saja ruangan tersebut terpasang peredam suara. seandainya tidak, mungkin seluruh penghuni rumah sudah datang menghampiri mereka saat ini. Namun saat membuka mata, "aaaaaa..." Teriak Nara seketika menarik selimut ke atas hingga dada. Ketika dia mengetahui anak seorang pria yang sedang tidur di sampingnya. Tak lupa Mengecek seluruh pakaian yang dikenakannya. "Alhamdulillah.." Dia pun bersyukur karena pakaiannya masih utuh pada tempatnya.
Karena merasa terganggu "Apaan sih Kak dari tadi teriak-teriak mulu, budeg nih lama-lama kuping aku?" Ucap Kiano yang seketika langsung terduduk dengan mata yang masih terpejam.
"Ngapain kamu tidur di sini di dekatku? Terus pakai Peluk-peluk lagi, cari kesempatan kamu ya" Ucap Nara dengan wajah yang memerah padam karena marah, menunjukkan satu jarinya ke arah wajah Kiano.
"Apa cari kesempatan? Ogah, dada rata juga. Di luar sana masih banyak cewek cantik yang bah*nol yang rela ngasih tubuhnya cuma-cuma padaku" Sarkas Kiano.
"Aku tidur di sini karena gak ada ranjang lagi" Lanjutnya.
"Kamu kan bisa tidur di sofa" Jawab Nara.
"Apa Tidur di sofa? Ogah ah, yang ada bangun-bangun badanku pada sakit semua" Tolak Kiano. Tak mau perdebatan semakin panjang, Kiano berbaring kembali dia atas ranjang yang empuk itu dan dengan memeluk guling.
"Kiano, kamu kok tambah tidur lagi sih. Cepetan deh kamu pindah dari sini, sana tidur di sofa." Titah Nara.
"Ogah, kamu aja sendiri yang pindah ke sofa, aku maunya mah tetap di sini." Kiano malah membalikkan badannya dan memunggunginya.
"Dasar cowok resek" Umpatnya.
Dengan sangat amat kesal Nara pun menghentakkan kakinya ke lantai berkali-kali. Serta bibirnya yang tak ada hentinya mengomel tanpa henti, lalu beranjak dari atas ranjang dan keluar dari kamar meninggalkan Kiano sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Solaya
liat judul n sinopsis kok gak asing, trus baca baca eh ternyata alurnya beda , stelah baca paragraf ni ane jadi kmbali brpikir, mirip
2023-10-22
0