Tawaran jadi Pengantin Pengganti

Feli saat ini tengah berada di toilet wanita. Selepas dari ruangan Jay, ia pergi ke sana untuk merapikan penampilannya yang sedikit berantakan, terutama di bagian wajah.

Ia tidak bisa memperlihatkan wajah dan matanya yang nampak sembab, akibat menangis.

Gadis cantik itu kini berdiri di hadapan sebuah cermin. Ia menatap bayangan diri yang malang dengan tatapan sendu, penuh keprihatinan.

Untunglah saat itu masih termasuk jam kerja, hingga jarang sekali toilet memiliki penghuni. Jika tidak, ia tidak akan berani pergi ke sana dengan wajah yang terlihat begitu sendu dan murung.

Setelah cukup lama menatap bayangan diri, Feli membuang napas kasar seraya tersenyum lirih sekilas. "Memperihatinkan."

Feli lantas mencuci wajahnya dengan sangat perlahan, penuh kehati-hatian. Hari ini ia menggunakan riasan wajah yang sedikit tebal, karena ingin menutupi berkas kemerahan yang semalam Jane tinggalkan.

Anggap saja, kulit gadis itu teramat sensitif, walau hanya karena sebuah tamparan saja, berhasil membuat pipinya sedikit sembab dan memerah.

Butuh waktu bagi kulit wajah Feli untuk kembali ke warna aslinya jika terkena sentuhan kasar, tidak seperti wajah kebanyakan orang di luaran sana yang memerlukan waktu singkat.

Feli sedikit terhenyak tatkala ia mendengar pintu toilet tersebut terbuka, diiringi langkah kaki seseorang yang masuk.

Namun, ia lebih memilih mengabaikan hal tersebut dan mulai merapikan riasan wajahnya dengan cepat, agar berkas kemerahan yang ia miliki di wajahnya tertutupi.

Mata Feli membola, sebab merasa terkejut luar biasa saat mendengar pintu toilet tersebut terkunci. Ia dengan cepat menoleh.

Namun, pergerakan yang ia ambil itu, justru membuat napasnya tercekat untuk beberapa saat, bersamaan dengan jantungnya yang berdebar dalam tempo yang sangat cepat.

Persendian gadis itu menengang tatkala netra teduhnya berhasil beradu pandang dengan netra seseorang yang sudah menatapnya dengan tatapan tajam.

"P-pak Hayden," tukas Feli, terbata.

Ya, seharusnya ia menyadari dari awal, bahwa suara langkah kaki yang dihasilkan oleh benturan sepatu pria dengan lantai, jauh berbeda dengan suara benturan highheels.

Hayden. Dia tidak salah berucap. Ia memang seringkali memanggil Hayden dengan sebutan Bapak, jikala ia berada di Kantor pada saat jam kerja.

Hayden terdiam. Ia memaku, menatap raut wajah cantik Feli. Netranya terkunci pada netra teduh Feli yang masih sedikit merah dan sembab.

Feli menelan ludahnya dengan susah payah. "Apa Bapak membutuhkan sesuatu?"

Hayden masih diam dan bungkam. Tatapannya tak sedetikpun teralihkan, masih tertuju pada sosok Feli yang berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri.

Feli berusaha mengalihkan pandangan, agar tidak terus beradu tatap dengan Hayden. Tatapannya kini menjalar ke segala sudut ruangan, karena ia tidak bisa memokuskan seluruh atensinya pada satu titik saja.

"Apa yang terjadi dengan wajahmu?" Akhirnya Hayden angkat suara dengan nada dingin dan datarnya.

Feli tertegun. Tatapan kosongnya kini tertuju pada lantai yang ia pijak. Ia tertunduk dan diam, seolah jiwa dan raganya terpisah saat itu juga.

Hayde masih berdiri di dekat pintu yang sudah ia kunci. Tatapannya yang terlihat dingin menyiratkan emosi, masih tak teralihkan sedikitpun dari sosok Feli.

Ia terlihat marah dan geram setelah melihat Feli menangis tadi, di dalam ruangan Jay. Ya, ia marah. Dan ia tak tahu pasti alasan pasti di balik kemarahannya tersebut.

"Kenapa kau diam?" Suara Hayden meninggi, terdengar setengah membentak sampai tak gagal membuat Feli terhenyak.

Gadis itu mengalihkan wajah dan segera merapikan pouch makeupnya. "Aku harus kembali bekerja."

Feli bersiap untuk pergi dan meraih gagang pintu toilet tersebut. Namun, pergerakannya berhasil terhentikan tatkala telapak tangan besar milik Hayden, meraih pergelangan tangannya.

Kini, posisi tubuh mereka berada sejajar. Feli menengadahkan pandangan, menatap bagian sisi wajah Hayden yang masih mengarah lurus ke depan.

"Bisakah kau melepaskanku?" Feli bertanya dengan suara lembut dan pelan, layaknya sebuah bisikan yang nyaris tak terdengar.

Hayden seketika menoleh. Wajahnya terlihat dingin, tidak menunjukan ekspresi apapun. Ia menatap Feli dengan tatapan tajam. "Aku sudah melepaskanmu sejak dua tahun yang lalu."

Feli terkekeh getir seraya menundukan pandangan sekilas. "Dan aku sangat berterima kasih untuk itu."

Gadis cantik mengakhiri perkataannya dengan sebuah senyum manis yang justru tampak begitu menyedihkan di mata Hayden.

"Rasa terima kasihmu, membuatku semakin membencimu!" tegas Hayden dengan nada suara dingin, berusaha meredam emosi.

Feli tersenyum lirih sekilas. Ia menundukan pandangan, menatap tangan Hayden yang semakin erat menggenggam pergelangan tangannya.

"Aku bisa mengerti itu." Feli berucap dengan suara lembutnya. Perlahan, ia mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Hayden.

Kali ini tidak ada perlawanan. Hayden melepaskan genggamannya begitu saja, tanpa penolakan.

Feli kembali menengadahkan pandangan. Ia menatap Hayden dengan tatapan lembut, tatapan yang biasa ia berikan dua tahun yang lalu, terhadap sosok pria di hadapannya itu.

Merenggangkan bingkai birai, Feli tersenyum lirih. "Tapi aku tidak akan bisa memberimu pengertian, jika rasa bencimu terhadapku itu yang mendorongmu untuk memutuskan menikahi Kakakku."

"Lalu apa maumu?"

Dahi Feli mengernyit, bersamaan dengan matanya yang sedikit memicing, menatap Hayden keheranan. Ia terkekeh sekilas, meremehkan. "Mauku? Bukankah pertanyaan itu seharusnya kau tujukan pada dirimu sendiri?"

Dalam waktu singkat, tatapan Feli berubah. Ia menatap Hayden dengan tatapan tajam, penuh rasa geram. "Tanyakan pada dirimu sendiri. Apa sebenarnya keinginanmu, hingga kau memilih untuk menikahi Kakakku. Jangan jadikan kebencianmu terhadapku sebagai alasan. Ini pernikahan. Hal serius, yang tidak bisa dipermainkan," imbuhnya.

Feli membuang napas kasar. "Jika kau menginginkan jawabanku dari pertanyaan 'Apa maumu?' itu. Jawabanku sudah jelas. Aku ingin kau membatalkan pernikahanmu dengan Kakakku, jika alasan pernikahan itu adalah kebencianmu terhadapku."

Manik mata Hayden gemetar, menatap raut wajah Feli yang terkesan dingin dan penuh kesungguhan.

Hayden bisa melihat, betapa tulusnya Feli berucap. Ia jelas tahu, bahwa gadis cantik yang kini tengah menjadi lawan bicaranya itu, memanglah menunjukan emosi dan perasaannya yang sesungguhnya terkait pernikahan yang telah ia rencanakan.

"Apa Jane, sebegitu berartinya dalam hidupmu?"

Feli terkekeh sekilas, setelah mendengar pertanyaan sederhana Hayden. "Tentu saja. Dia Kakakku."

"Bahkan setelah apa yang dia lakukan terhadapmu?"

Mata Feli membola. Ia menatap Hayden dengan rasa keterkejutan yang terpatri jelas di raut wajahnya. "A-apa maksudmu?"

Hayden menatap Feli dengan tatapan dingin, mengintimidasi. "Wajahmu. Bukankah, itu karena Jane? Dia menamparmu? Atau memukulmu?"

Hayden menyeringai ngeri, penuh arti. "Kau pasti berusaha meyakinkan Jane untuk memikirkan ulang rencana pernikahan ini, bukan? Kau pasti mengatakan apa yang aku katakan padamu, pada Jane semalam." Ia membuang napas kasar. "Kau melakukan segala cara untuk melindungi kakakmu, tapi apa yang dia lakukan padamu?"

Keheningan pun tak terelakan, tercipta begitu Hayden merampungkan perkayaan, sebab Hayden terdiam, begitupun dengan Feli. Mereka memaku dengan mata yang saling beradu pandang dengan tatapan lekat nan dalam.

Hayden membuang napas frustrasi seraya menengadahkan pandangan sekilas. Ia menyisir surai hitamnya ke belakang dengan jemari tangannya yang jenjang.

Pria tampan itu lantas menggigit bibir bagian bawahnya tatkala netranya berhasil kembali beradu tatap dengan netra teduh Feli yang menatapnya dengan tatapan bingung.

"Lupakan! Aku tidak akan membatalkan pernikahan ini," tukas Hayden, sebelum kemudian berbalik badan dan membuka kunci pintu toilet yang ditempatinya tersebut.

Hayden menggenggam gagang pintu dengan sangat erat, hingga deretan urat nadi dan pembulu darah yang merambat ditangannya, jelas terlihat.

Pandangannya tertunduk, menatap gagang pintu yang siap ia putar tersebut untuk beberapa saat.

Sementara Feli hanya diam, memaku menatap setiap pergerakan yang dilakukan oleh Hayden.

Hayden mendengkus kasar sebelum menoleh ke arah Feli dengan cepat, hingga membuat gadis itu terhenyak dan sedikit terkejut.

Pria tampan itu menatap Feli dengan tatapan tajam yang sulit diartikan. Entah penuh kebencian dan kemarahan, atau penuh rasa frustrasi. "Kecuali kau siap menggantikan posisinya."

Mata Feli membola lagi untuk kesekian kalinya. Ia menatap Hayden dengan rasa keterkejutannya yang luar biasa. "A-Apa maksudmu?"

Hayden menyeringai ngeri, penuh arti. "Kau bisa menggantikan posisi Jane sebagai pengantinku. Dengan begitu, aku tidak akan menyakiti perasaan kakakmu. Tapi ...-" menjeda perkataannya cukup lama, ia sedikit membungkukan tubuhnya, mendekatkan wajahnya dengan wajah Feli, mengikis sedikit jarak yang terbentang di antara mereka, hingga hampir habis tak tersisa.

Tentu Feli tidak diam saja. Ia memundurkan sedikit wajahnya untuk tetap memberi jarak, hingga Hayden berhenti mendekat.

Wajah Hayden kini berada tepat di samping kiri wajah Feli, di dekat daun telinga gadis itu.

Hembusan napas hangat Hayden, bisa Feli rasakan di area tengkuknya, hingga mampu membuat tubuhnya seketika meremang.

Hayden dan Feli terdiam dalam posisi yang sama dengan kurun waktu yang terbilang cukup lama.

Jarak sedekat itu, sungguh tidak baik bagi jantung Feli. Jantungnya berdegup begitu kencang, bersamaan dengan rasa gugup yang mengungkung dalam relungnya.

Hayden menyeringai ngeri penuh arti tatkala ia mendengar suara kedua telapak tangan Feli yang meremat pouch kecantikannya dengan sangat erat. "Aku bisa menyakiti perasaanmu secara langsung, tanpa perantara."

Tbc ....

Terpopuler

Comments

YeniPark

YeniPark

Modus banget sih Hayden🙈 mau ngajak nikah aja pake dalih nawarin biar jadi pengantin pengganti.😗

2023-02-14

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog | Perjanjian
2 Tamu Tak Diundang
3 Mantanku Jadi Calon Kakak Iparku
4 Dendam Berkedok Pinangan
5 Perdebatan
6 Calon Pengantin yang Dirahasiakan
7 Pelukan dari Adiknya Mantan
8 Tawaran jadi Pengantin Pengganti
9 Mantan tapi Posesif
10 Masalalu yang Menghantui
11 Mimpi Buruk
12 Mempercepat Rencana Pernikahan
13 Perubahan Rencana
14 Gaun Pengantin untuk Calon Istri Mantan
15 Kabar Bahagia tapi Menyakitkan
16 Kekacauan di Hari H
17 Tidak Diberi Pilihan
18 Kejutan Besar
19 Pernikahan Jebakan
20 Menetap karena Rasa Bersalah
21 Dilema
22 Benih-Benih Kebucinan
23 yang Terjadi Dua Tahun Lalu
24 Panik Atack
25 Bercak Merah Tanda Kepemilikan
26 Kemunculan Seseorang
27 Cinta Berkedok Dendam
28 Kembalinya Hayden yang Manis
29 Pengungkapan Rasa
30 Panggilan Menggelikan
31 Negosiasi | FlashBack
32 Sulitnya Menghadapi Wanita Mabuk | FlashBack II
33 Ayah dari Bayi Jane
34 Bulan Madu?
35 Keterlibatan Emely | FlashBack
36 Enigma
37 Kisah Hayden | Half FlashBack
38 Kisah Hayden 2 | Half FlashBack
39 Pembuktian?
40 Pengkhianatan
41 Hanya Bagian dari Bunga Tidur
42 Saling Menggoda
43 Suami Mesum vs Istri Lugu
44 Sebuah Peringatan
45 Sikap Kekanak-kanakan Hayden
46 Sedang Dimabuk Cinta, Katanya
47 Ayo Mandi Bersama
48 Mandi Bersama atau Memberi Ciuman
49 Ujian Untuk Jayden
50 Senyum Manis Hayden Untuk Feli
51 Negosiasi Perihal Hutang Piutang
52 Akhirnya DEAL
53 Penepatan Janji Hayden
54 Keromantisan Yang Tak Berkesudahan
55 Hujaman Kecupan Manis
56 Masih Enggan Untuk Berhenti Bermesraan
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Prolog | Perjanjian
2
Tamu Tak Diundang
3
Mantanku Jadi Calon Kakak Iparku
4
Dendam Berkedok Pinangan
5
Perdebatan
6
Calon Pengantin yang Dirahasiakan
7
Pelukan dari Adiknya Mantan
8
Tawaran jadi Pengantin Pengganti
9
Mantan tapi Posesif
10
Masalalu yang Menghantui
11
Mimpi Buruk
12
Mempercepat Rencana Pernikahan
13
Perubahan Rencana
14
Gaun Pengantin untuk Calon Istri Mantan
15
Kabar Bahagia tapi Menyakitkan
16
Kekacauan di Hari H
17
Tidak Diberi Pilihan
18
Kejutan Besar
19
Pernikahan Jebakan
20
Menetap karena Rasa Bersalah
21
Dilema
22
Benih-Benih Kebucinan
23
yang Terjadi Dua Tahun Lalu
24
Panik Atack
25
Bercak Merah Tanda Kepemilikan
26
Kemunculan Seseorang
27
Cinta Berkedok Dendam
28
Kembalinya Hayden yang Manis
29
Pengungkapan Rasa
30
Panggilan Menggelikan
31
Negosiasi | FlashBack
32
Sulitnya Menghadapi Wanita Mabuk | FlashBack II
33
Ayah dari Bayi Jane
34
Bulan Madu?
35
Keterlibatan Emely | FlashBack
36
Enigma
37
Kisah Hayden | Half FlashBack
38
Kisah Hayden 2 | Half FlashBack
39
Pembuktian?
40
Pengkhianatan
41
Hanya Bagian dari Bunga Tidur
42
Saling Menggoda
43
Suami Mesum vs Istri Lugu
44
Sebuah Peringatan
45
Sikap Kekanak-kanakan Hayden
46
Sedang Dimabuk Cinta, Katanya
47
Ayo Mandi Bersama
48
Mandi Bersama atau Memberi Ciuman
49
Ujian Untuk Jayden
50
Senyum Manis Hayden Untuk Feli
51
Negosiasi Perihal Hutang Piutang
52
Akhirnya DEAL
53
Penepatan Janji Hayden
54
Keromantisan Yang Tak Berkesudahan
55
Hujaman Kecupan Manis
56
Masih Enggan Untuk Berhenti Bermesraan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!