Feli masih tidak percaya, bahwa hanya dalam hitungan detik, kini dirinya sudah memiliki status yang berbeda, yakni istri sah dari seorang Tuan Muda pertama dari keluarga Wilson, yaitu Hayden.
Hari di mana seharusnya Jane - sang kakak yang menikah, dirinya terpaksa menjadi pengantin pengganti untuk mantan kekasihnya sendiri.
Acara pernikahan sudah terampungkan. Kini gadis yang sudah menjelma menjadi seorang wanita itu tengah berada di salah kamar hotel yang telah keluarga Hayden persiapkan, untuk menunggu acara resepsi dilaksanakan.
Feli duduk termenung di depan sebuah meja rias, menatap bayangan diri yang begitu memprihatinkan. Raut wajahnya tampak begitu lesu dan tidak bersemangat.
Lalu di mana Hayden - sang suami? Feli tidak mau perduli. Seingatnya, selepas pendeta menyelesaikan ritual pernikahan, Hayden sibuk dengan urusannya sendiri. Berbincang dengan beberapa teman dan rekan bisnisnya yang hadir di acara pernikahan.
Feli tidak ambil pusing jika semua orang menanyakan keberadaannya, karena begitu ia melihat Hayden berbincang, ia langsung pergi dari gedung pernikahan.
Toh, perkenalan secara resmi bahwa ia kini sudah menyandang setatus sebagai istri Hayden, sekaligus menantu keluarga Wilson, akan di umumkan secara resmi di acara resepsi nanti malam.
Feli sedikit terhenyak, kala tiba-tiba suara ketukan nyaring yang berasal dari arah luar pintu ruangan yang saat ini ia tempati, berhasil membuyarkan segala hal yang saat itu masih memenuhi benaknya, membuat Feli memokuskan atensinya ke arah pintu ruangan tersebut.
"Masuk." Feli berucap dengan suara lemahnya.
Pintu ruangan itu terbuka dan kembali tertutup saat Anna dan Jay, masuk.
Feli tersenyum lirih, sekilas. "Kalian datang? Bagaimana kalian bisa tahu, jika aku ada di sini?"
Jay dan Anna berjalan menghampiri Feli dan berdiri mengapit wanita cantik itu. Mereka menatap Feli dengan tatapan sendu, penuh kesedihan.
"Feli ...," lirih Anna seraya menyentuh lembut bahu Feli. "Apa kau baik-baik saja?"
Feli terkekeh seraya menyentuh punggung tangan Anna dengan lembut. "Kenapa semua orang menanyakan hal yang sama padaku?" Ia menoleh ke arah Jay dan Anna secara bergantian. "Apa aku harus menjawab pertanyaan itu dengan jujur?"
Anna terkekeh getir sekilas. "Tidak perlu. Itu hanya pertanyaan bodoh. Kau hanya perlu mengabaikannya saja."
Tidak bisa membayangkan apa yang sebenarnya saat ini tengah Feli rasakan, tapi yang pasti, Anna sangat yakin, jika sahabat cantiknya itu sedang dilanda keterkejutan.
"Kenapa kau pergi meninggalkan acara pernikahan begitu saja? Semua orang mencarimu." Jay menimpali.
Feli tertunduk, sesaat. "Aku tidak tahan terus-menerus berada di sana. Rasanya begitu menyesakan."
Anna mengusap lembut bahu Feli. "Apa kau sudah mencoba menghubungi Kakakmu lagi?"
Feli membuang napas kasar seraya mengangguk samar. "Sudah. Tapi nomornya tidak aktif."
"Aku penasaran, kenapa Jane menerima lamaran Hayden, jika dia lari dari pernikahannya begitu saja?" Anna kembali angkat suara, mengutarakan rasa bingung juga penasaran yang sudah begitu mengungkung dalam relung.
"Lupakan itu. Hayden dan Jane sepertinya sudah merencanakan semua ini dari awal. Pernikahan ini memang diadakan untukku dan Hayden."
Kening Anna dan Jay mengernyit, bersamaan dengan mata mereka yang sedikit menyipit. Mereka beradu tatap sekilas, sebelum secara bersamaan menatap Feli yang masih tertunduk dengan tatapan heran.
"Apa maksudmu? Kenapa kau berpikiran seperti itu?" Jay bertanya, menyuarakan rasa penasarannya juga, sebab sama sekali tidak bisa menangkap maksud utama dari celetukan tiba-tiba Feli.
Feli menengadahkan pandangan, ia menatap Jay sembari menunjukan raut wajah datar, tanpa ekspresi apapun yang tergambar. "Kau tidak mendengar janji suci pernikahan yang Kakakmu ucapkan? Dia jelas langsung menyebutkan namaku, bukan nama Jane. Itu artinya dari awal, Hayden sudah tahu, aku yang akan menjadi mempelai wanitanya."
Feli kembali menundukan pandangan, menatap gaun pengantin indah yang masih melekat di tubuhnya dengan tatapan sendu. "Gaun pengantin ini memperkuat dugaanku," imbuhnya.
Sama sekali tidak menaruh rasa curiga baik pada Jane ataupun Hayden sebelumnya, tepatnya pada saat mantan kekasih sekaligus calon kakak ipar yang kini malah sudah resmi menjadi suaminya memintanya memilih gaun pengantin juga, kini alasan dibalik permintaan rancu itu akhirnya terjawab sudah, dapat dimengerti oleh benak Feli.
Mendengar penuturan Feli, mata Anna seketika membola, menatap sahabat cantiknya itu dengan keterkejutan luar biasa, sekaligus tidak percaya. "Apa maksudmu?"
Feli membuang napas kasar. Ia menoleh ke arah Jay dan Anna secara bergantian, lantas tersenyum lirih, sekilas. "Kau ingat, kemarin aku tidak datang ke kantor untuk membantu Jane?"
Anna mengangguk antusias. Sementara Jay hanya diam, memperhatikan. Pria tampan itu tertegun dan memaku sejak Feli mulai menjelaskan segalanya.
"Hayden memaksaku untuk memilih dan mencoba gaun pengantin untuk Jane, tapi Jane tidak memilih gaun yang aku pilihkan." Feli membuang napas jengah. "Inilah gaunnya. Gaun pengantin yang aku pilih kemarin." Ia terkekeh getir sekilas. "Dia kurang ajar bukan? Bajingan! Brengsek! Dia menipuku sejak awal. Mereka mempermainkanku dengan rencana pernikahan ini."
...***...
"Jadi kau sejak awal sudah tahu, bahwa yang menjadi mempelai wanita adalah Felisha? Putriku?!" Luciana bertanya pada Liam untuk kesekian kalinya dengan nada penuh kemarahan.
Luciana dan Liam saat ini tengah berada salah satu kamar hotel. Sudah sejak lima menit yang lalu mereka berdebat.
Ah tidak. Lebih tepatnya sejak nama Feli berhasil Hayden lontarkan di atas altar, disebut dalam janji pernikahan, Luciana sudah benar-benar marah.
Ia ingin sekali bertanya pada Liam yang tampak tenang, seolah mengetahui hal tersebut akan terjadi dari awal.
Liam yang berdiri di hadapan Luciana yang tengah duduk di tepian tempat tidur hanya bisa membuang napas kasar. "Apa kau tidak mengenali putrimu, hanya dengan melihat bagaimana ia berjalan dan bersikap? Itulah sebabnya dari awal aku memintamu untuk mengecek keadaan Jane di ruang tunggu mempelai wanita."
Luciana menatap Liam dengan tatapan tajam, penuh kemarahan yang siap menghujam. "Sejak kapan kau tahu? Dan kenapa kau tidak memberitahuku?"
Liam memutar bola matanya jengah. "Sejak Feli menggandeng tanganku untuk berjalan menghampiri Hayden. Aku tidak bisa memberitahumu, karena aku tahu, kau pasti akan menghentikan acara pernikahan itu."
Kedua telapak tangan Luciana mengepal, meremat gemas selimut yang ia duduki. "Apa kau pikir, Feli akan merasa bahagia sekarang? Setelah pernikahan ini lancar dilaksanakan?"
Kening Liam mengernyit, keheranan. "Apa maksudmu? Kenapa kau bertanya seperti itu? Bukankah jawabannya sudah pasti? Feli dan Hayden masih saling mencintai. Mereka pasti akan bisa membuat satu sama lain bahagia."
"Bodoh!" Luciana memekik tidak terima. "Tidak bisakah kau melihat, Hayden sangat membenci Feli sejak ia melihat, Feli bersama pria lain di kamarnya?"
Sudut bibir sebelah kiri Liam menukik tajam, mengulas seringaian ngeri, penuh arti. "Itu tugasmu, untuk menjelaskan segalanya."
Tbc ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Ning Ning
masih misterius
2023-03-25
0