"Akhirnya. Aku bisa beristirahat." Felisha Kylie Jordan bergumam tatkala ia menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur.
Manik hazel gadis itu tertuju ke atas sana, menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan sendu untuk beberapa saat.
Tak lama kemudian, tiba-tiba raut wajahnya berubah, terlihat sedikit murung. Gadis itu memejamkan mata seraya menelan ludahnya dengan susah payah.
'Apa Hayden benar-benar akan menikah? Dengan siapa?'
Feli - begitu singkatnya putra kedua dari tuan Jordan itu biasa disapa, membuka matanya dengan pergerakan yang begitu cepat. Matanya membola, menunjukan kerterkejutan yang tengah dirasa.
"Hey! Felisha!" Ia bergumam keras seraya memukul kepalanya dengan telapak tangan yang mengepal. "Apa kau sudah gila?"
Feli membuang napas kasar seraya mendudukan diri di tepian tempat tidur. "Lupakan itu. Dia menikah ataupun tidak, itu bukan urusanmu."
Mulut, hati dan pikiran Feli memang sedang tidak berada di jalur yang sama.
Jujur saja, hati Feli saat ini sedang gundah gulana, sementara benaknya sibuk menerka.
Sudah seminggu ini ia mendengar kabar yang bisa dibilang cukup membuatnya merasa penasaran dan gelisah dalam satu waktu.
Betapa tidak, satu perusahaan tengah ramai memperbincangkan sebuah berita tentang seseorang yang dulu sekali, pernah mengisi hari-harinya.
Hayden Brent Wilson, mantan kekasih Feli, kabarnya akan melangsungkan pernikahannya dalam waktu dekat.
Hal itu sedikit banyak membuat Feli tidak nyaman. Meski telah sekuat tenaga menepis, relung hati terdalam Feli tidak bisa membohongi, bahwasannya ia masih memiliki rasa terhadap pria yang sudah lama lolos dari genggamannya itu.
Di sela pergolakan asa, tiba-tiba sebuah ketukan pelan menyita perhatian Feli. Ia yang saat itu tengah bergelut dengan permasalahan batin dan benaknya pun seketika menoleh ke arah pintu kamarnya yang sudah terbuka.
Gadis itu tersenyum lembut tatkala mendapati seorang wanita paruh baya tengah berdiri di ambang pintu kamarnya, sambil tersenyum, menatapnya.
"Ibu." Feli berucap seraya membangkitkan diri dari tempat tidur.
Ia berjalan ke arah Luciana - sang ibu yang masih berdiri di ambang pintu. Permukaan dahi gadis itu tiba-tiba mengernyit, bersamaan dengan matanya yang sedikit memicing, menatap Luciana, keheranan.
Bukan tanpa alasan, hal itu Feli lakukan karena merasa bingung. Setelah jaraknya dengan sang ibu terkikis, hampir habis, Feli menyadari, bahwa sang ibu menunjukkan raut wajah murung pun terlihat cemas dan bingung.
"Ibu. Ada apa?" Feli berucap seraya menengkup kedua bahu Luciana dengan sangat lembut.
Luciana tersenyum lirih. "Tidak ada. Apa Ibu menganggumu?"
"Tidak sama sekali. Apa Ibu membutuhkan sesuatu?"
Luciana mengangguk samar. "Bisa tolong telpon kakakmu? Tanyakan dia masih di mana. Katakan ada tamu yang ingin menemuinya."
"Tamu?" Feli benar-benar tidak mengerti, apa yang sebenarnya saat ini tengah terjadi, pasalnya baru kali ini ia melihat sang ibu tampak begitu cemas dan bingung saat membicarakan tamu yang mencari Jane.
"Baiklah. Aku akan menelpon kak Jane sekarang."
Luciana tersenyum lirih seraya mengusap lembut surai Feli secara perlahan pun lembut. "Setelah itu, susul Ibu ke ruang tamu, ya?"
Feli menatap bingung sang ibu dengan raut wajah datar, tanpa ekspresi, sampai sang ibu pergi meninggalkannya di sana, kembali sendiri.
Feli menggelengkan kepalanya dengan pergerakan yang cukup cepat, agar ia bisa membawa dirinya kembali tersadar dari rasa bingung pun terkaan-terkaan yang mulai mengungkung dalam benaknya.
Gadis itu mengindikan bahu sebelum akhirnya mengayunkan kaki, melangkah mendekati nakas yang berada di samping tempat tidur untuk mengambil ponselnya dari sana.
Feli tak membuang banyak waktu untuk segera melakukan permintaan sang Ibu, yakni menelpon Jane - sang kakak.
"Hallo?" Feli menyapa dengan keramah tamahannya yang luar biasa seraya menenggerkan benda pipih itu di daun telinga tatkala Jane menjawab panggilannya.
"Ada apa?" Berbanding terbalik dengan Feli. Jane justru berucap dengan nada ketus luar biasa, penuh ketidak sukaan.
"Kakak di mana? Ibu bilang, ada tamu yang mencari Kakak. Apa Kakak bisa pulang lebih cepat?"
Terdengar Jane mendesah malas di sebrang sambungan terlpon sana. "Aku hampir sampai."
"Ah, bai-"
Belum sempat Feli merampungkan perkataan, Jane dah memutuskan sambungan tersebut begitu saja.
Feli menurunkan ponselnya dari daun telinga. Ia tertunduk lesu seraya membuang napas kasar. "Selalu seperti itu."
Ia menggeleng kecewa seraya menyimpan kembali ponselnya ke atas nakas. Ia memutuskan untuk mengabaikan tingkah laku Jane yang bisa dibilang cukup menyebalkan, karena ia sudah sangat terbiasa.
Ia lebih memilih untuk segera melakukan permintaan sang ibu yang ke dua, yakni pergi ke ruang tamu untuk menyusulnya yang telah pergi lebih dulu.
"IBU! AKU SUDAH MENELpo-" Ucapan Feli memelan, sampai kemudian terhenti, begitu ia menginjakan kaki di ambang pembatas ruang tamu.
Sayangnya, bukan hanya perkataannya yang tak sempat rampung, tetapi juga dengan napasnya yang tiba-tiba tercekat untuk beberapa saat.
Feli seketika memaku dan membeku di tempatnya menghentikan langkah.
Jantung gadis itu berdebar begitu cepat tatkala netra teduhnya berhasil beradu tatap dengan netra dingin seorang pria yang sudah tertuju ke arahnya.
"Hayden, apa dia gadis yang ingin kau nikahi?" Seorang wanita paruh baya yang saat itu tengah duduk berdampingan dengan Hayden, angkat suara.
Namanya Emely. Emely Wilson. Beliau adalah ibunda dari The perfect duo, yakni Hayden dan Jayden.
Ya, kehadiran Hayden lah yang ternyata sudah mampu menghentikan dunia Feli untuk sesaat.
Gadis itu memaku di tempatnya berdiri tatkala ia menyadari, di sana lah Hayden dan keluarganya berada, duduk di sofa yang tertata di ruang tamu, bersama Luciana - sang ibunda.
Manik mata Hayden yang menunjukkan aura gelap dan dingin masih terkunci, beradu tatap dengan mata Feli yang sudah membola, menatapnya tidak percaya.
Betapa tidak. Gadis itu sebelumnya jelas sedang memikirkan Hayden. Kemudian tiba-tiba saja pria itu kini ada di hadapannya.
Benak Feli bahkan mendadak jadi buntu, membuat tubuhnya memaku cukup lama, tidak beralih sama sekali, di titik yang sama.
Hayden menyeringai ngeri penuh arti seraya membuang napas kasar dan mengalihkan pandangan, ke arah Emely. "Bukan Bu. Bukan dia."
"Aku pulang!" Suara Jane menggema begitu keheningan menghampiri ruang tamu setelah Hayden merampungkan pernyataan singkatnya.
Hayden tersenyum senang seraya menoleh ke arah Feli yang di mana tepatnya Jane memunculkan diri, di belakang gadis itu. "Itu dia."
Semua orang yang berada di sana seketika menoleh ke arah mana Hayden memokuskan atensi, yakni di mana Feli dan Jane berdiri saling berdampingan.
Hayden mengulum senyum senang tatkala netranya berhasil beradu pandang dengan netra Jane. "Babe, kau baru pulang?"
Feli seketika menoleh ke arah sang kakak dengan mata yang membola untuk kesekian kalinya. Ia merasa terkejut luar biasa.
Sementara Jane hanya tersenyum manis menanggapi pertanyaan sederhana Hayden.
Hayden menoleh ke arah ibu dan ayahnya sekilas. "Ayah, Ibu, dia adalah Jane. Wanita yang ingin dan akan aku nikahi."
Tbc ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Ning Ning
waow sepertinya ini rencana haiyeden untuk membuat peliy sakit hati
2023-03-05
0
Chybie Abi MoetZiy
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
2023-02-11
0