Grace telah menunggu kedatangan Ardian dengan perasaan was-was karena nomornya tak bisa di hubungi. Setelah terdengar suara motor, Ardian muncul di depan rumahnya. tanpa basa- basi Ardian segera mengajak Grace pergi.
“Sudah siap kan? Ayo!”
Namun sebelum Grace membonceng dirinya sebuah panggilan video masuk dari seseorang yang sangat spesial. Ardian mengangkat teleponnya, tampak Dista sedang bosan. Dan Ardian tak berada di sana saat ini.
Ardian
[Iya sayang, Ada apa? Kangen ya?]
Dista
[Ih kamu, hari ini Aku di izinkan Papa keluar, nanti kalau acara kamu sudah selesai, Aku tunggu kamu di rumah ya!]
Melihat jam di tangannya, Ia ingin segera menyelesaikan pekerjaannya yang ternyata menjadi beban baginya sekarang ini.
Ardian
[Oke sayang, Nanti Aku ke rumah ya! bye Sayang!]
Setelah menutup teleponnya Ardian pergi dengan Grace. Gadis itu mencoba mengeratkan pelukannya ke pinggang Ardian, mencoba untuk lebih dekat dengan pria tampan itu. Namun Ardian menepisnya.
“Di, nanti kalau Gue jatuh gimana?” sungut Grace.
“Gue bawa motor aman! Tenang aja.”
“Kan Lo jadi pacar Gue buat malam ini!” protes Grace lagi.
Skak!
Ardian tak bisa berkata apa-apa lagi. Ya itulah risiko yang harus Ardian terima, hanya untuk menemani gadis itu, dalam reuni sekolah. Sekedar berpegangan di atas motor saja tak di izinkan dan Ardian pun hanya bisa pasrah. Ketika gadis itu merapatkan dirinya dalam punggung lebar itu. Grace begitu mengagumi sosok Ardian, meskipun sangat muda tetapi pesonanya yang dingin begitu menusuk, tak mudah dilupakan.
Wangi bocah SMA itu juga menenangkan, membuat Grace yang tiga tahun lebih dewasa begitu tak berdaya. Bahkan Grace rela menghabiskan tabungannya hanya untuk membeli waktu siswa tampan yang Ia sangka seorang mahasiswa sebelumnya.
“Lo udah punya pacar Di?”
“Udah!”
“Tapi sekarang Lo pacar Gue!”
“Sampai jam sepuluh, setelah itu bukan lagi.”
Jawaban singkat dan ketus dari Ardian membuat Grace geleng-geleng kepala. Gadis itu menjadi penasaran, siapakah gadis beruntung yang bisa meluluhkan hati pria tampan dan dingin ini.
“Kalau Gue butuh bantuan Lo lagi, Lo masih mau kan?”
Ardian tak menjawab pertanyaan tak penting itu. menurutnya Grace sangat mengganggu, dan membuat Ardian tak ingin terlibat lagi dengannya. Setibanya di sebuah restauran mewah yang sudah di pesan untuk acara reuni sekolah, perasaan Ardian menjadi was-was. Pasalnya semua menatap kehadirannya dan Grace di sana.
Bahkan tatapan itu seperti sedang menguliti Ardian hidup-hidup. Grace bukanlah gadis manis dan menarik juga tak menggemaskan seperti Dista. Hanya karena Ia memiliki banyak uang, Ardian menerimanya. Tak di sangka gadis itu berusaha mencarinya lagi hanya untuk menemaninya dalam sebuah acara seperti ini.
“Wih lihat siapa yang datang?” terdengar kasak-kusuk teman-teman Grace. Gadis berambut pendek itu menautkan tangannya pada lengan Ardian. Menyandarkan kepalanya pada pria tampan 183 senti itu. membuat banyak pasang mata merasakan iri dibuatnya. Sedangkan Ardian, pria itu tengah jengah dan memasang ekspresi yang menyebalkan.
‘sabar-sabar.’ Batin Ardian.
Merasa bosan, karena tak ada yang menarik di sana, pria itu berjalan menjauh dari kerumunan para gadis. Tak disangka di tempat seluas itu, Ia benar-benar bertemu dengan teman sekelasnya, Rico.
“Bro!” sapa Ardian. Pria itu menepuk pundak kawannya dan menyunggingkan senyum, dan Rico pun menghampirinya sambil tertawa.
“Weits, Lo juga di sini Di? Mana cewek Lo?”
Rico celingukan mencari sosok cantik kekasih Ardian itu dengan kode. Ardian menggeleng, meminta Rico untuk menutup mulutnya. Di saat yang sama sosok gadis yang baru datang, membawa dua gelas minuman untuk Rico adalah Anggi.
‘Kacau, Di jakarta yang luas ini kenapa harus Anggi yang ada di sini.’
Ardian mengusap wajahnya kasar, dan berusaha se-netral mungkin untuk tak bicara banyak hal. Namun Anggi tetap mengenali sosok tampan itu.
“Ardi, Lo disini juga? Mana Dista?” Anggi melakukan hal yang sama seperti Rico. Belum sempat menjawab dan menjelaskan kepada Anggi, sosok Grace datang membawa pria itu untuk menemui teman-teman mereka.
“Gue pergi dulu Bro, Nggi!” pamit Ardian. Dirinya merasa hari ini akan menjadi hari yang sulit, terlebih bertemu dengan Anggi, bisa jadi kekasihnya akan segera tahu mengenai hal ini.
Grace dengan bangga, memperkenalkan Ardian. Namun saat diminta untuk foto berdua, Ardian menolak, karena tak ada kesepakatan dalam hal itu. Ardian semakin kesal saat Grace bertingkah manja di depan banyak orang. Sedangkan Grace merasa Ia telah cukup mengeluarkan banyak uang untuk pemuda itu, jadi perbuatan dirinya bisa di maklumi.
Waktu masih setengah jam lagi, membuat pria itu terus menatap jam tangannya. Ardian takut membuat kekasihnya menunggu terlalu lama, dan berakhir kecewa. Tiba-tiba sebuah chat masuk, dari Dista, dan setelah membukanya Ardian terkejut setengah mati.
Pria itu mencari tempat yang sunyi untuk menghubungi Dista, namun berulang kali juga panggilannya tak direspon. Tepat seperti dugaannya, jika hari ini adalah hari ter sial dalam hidupnya. Dista mengirim sebuah foto, dimana Ardian tengah bersama Grace dengan pose yang cukup mesra menurut gadis itu.
Dista
[Di,kamu nggak perlu kemari, selesaikan saja acara kamu sama kekasih barumu!]
Ardian bingung, ingin secepat kilat tiba di rumah Dista untuk menjelaskannya. Namun dirinya harus mengantarkan Grace terlebih dulu.
“Sial! Waktu pun seakan tak berpihak padanya, nyatanya menunggu jam sepuluh malam bagaikan menunggu peralihan musim. Berulang kali Ardian mengirim pesan, namun tak di baca oleh gadis itu. sampai akhirnya Ardian mengantarkan Grace pulang.
“Thanks ya Di, buat malam ini. Gue masih bisa menghubungi Lo kan?” Grace bersikap manja kepada pria itu dengan menahan Ardian untuk tidak melajukan motornya. Ardian yang sudah kepalang kesal, mengacuhkannya, karena perbuatan Gadis itu sebelumnya.
“Gue balik ya, thanks.”
Tanpa memikirkan keselamatannya, Ardian menuju rumah Dista tanpa berpikir lagi jam berapa sekarang. Ia hanya ingin menjelaskan apa yang terjadi, meskipun gadis itu akan cemburu, paling tidak kekasihnya tak akan marah seperti ini.
Ardian menghubungi Dista dan mengatakan sudah berada di depan rumah. Pria itu tahu, Dista belum tidur karena lampu kamarnya masih menyala. Tak berselang lama, seorang gadis ayu muncul dari dalam rumah, menampakan wajah kesalnya.
“Di, ini sudah malam, untuk apa kamu kemari? bukannya kamu sedang bersenang-senang?” meskipun marah, nyatanya Dista tak bisa berkata kasar. Meskipun kekesalannya sudah ingin Ia luapkan sejak tadi.
Ardian meraih tangan gadis itu, dan mengusapnya. Ia meminta maaf dengan apa yang terjadi hari ini. perasaan Ardian campur aduk mendapati gadis itu terus mengacuhkannya, menatapnya dengan tatapan kesal. Meski begitu Dista tetap terlihat menggemaskan, membuat Ardian tak ingin kehilangan gadis itu.
“Maaf Yang, Aku benar-benar menyesal untuk hari ini. Gadis itu bukan siapa-siapa. Please, jangan marah lagi ya! Aku akan cerita semuanya sama Kamu, Oke!”
“Tapi sekarang sudah larut, lebih baik kamu pulang saja!” pinta gadis itu.
“Besok Aku akan kemari lagi, Aku akan ceritakan semua yang ingin kamu tahu, Oke sayang! sekarang kamu masuk, Aku akan pulang. dan jangan acuhkan Aku lagi.” Gadis itu menyunggingkan senyumnya, karena Ardian tak mau melepaskan tangannya.
“Iya sudah, sekarang kamu pulang dan hati-hati di jalan, jangan lupa kabari Aku kalau sudah sampai rumah ya!”
Ardian tersenyum, pria itu menghampiri Dista dan mengecup puncak kepalanya.
“Thanks ya Yang, Kalau begitu Aku pulang dulu.”
...
Hahaha...
Vania
[Terus, terus gimana Kak? Kira-kira mereka berdua akan ribut terus putus nggak ya?]
Veli
[semoga aja ya! padahal Cewek yang dibawa crush Lo itu biasa aja. Tapi bisa-bisanya mereka mesra begitu di depan umum, pas gue tahu itu Cowok yang Lo taksir, langsung Gue ambil gambarnya.]
Vania
[Kan Kak Veli nggak tahu nomor ponsel pacarnya Ardian, dapat dari mana memangnya?]
Veli
[Dari kawan baik Lo itu, siapa lagi kalau bukan Maya]
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments