Di hari yang sama saat Ardian menyibukkan diri dengan kencan pertamanya. Seorang gadis remaja tengah pusing dengan pikirannya sendiri. Vania mencoba mengikuti saran dari Veli. Semalaman gadis berkaca mata itu tidak tidur.
Ia berkutat di depan laptopnya untuk mencari hadiah yang bisa membuat seorang pria terkesan. Banyak bermacam pilihan, mulai dari aksesoris, penunjang hobi, kendaraan juga hal-hal yang berbau romantis.
Setelah mendapat apa yang gadis itu mau, Vania memeriksa tabungannya. Ternyata masih belum cukup. Tiba-tiba ia menatap foto Veli yang berada di meja belajarnya. Vania memutuskan untuk meminjam tabungan kakaknya untuk membeli sebuah sepatu kets yang sepertinya cocok untuk Ardian.
“Buat Apa sih Van? Memangnya tabunganmu kemana?” tanya Veli.
Walaupun pada akhirnya Veli mentransfer sejumlah uang melalui rekening ponselnya, kakaknya perlu mengetahui kegunaan uang tersebut.
Vania hanya menyunggingkan senyumnya. Kawat giginya terpampang jelas di sana. Veli tahu, adiknya sedang dalam masa puber. Selama masih dalam tahap wajar, Veli hanya perlu mengawasinya.
Sore hari, gadis itu mengenakan pakaian tertutup rapat dengan skuter matiknya. Berkeliling ke perumahan tempat di mana Ardian tinggal. Sekali putaran, ia tak melihat penampakan seorangpun di sana. Hanya seorang bocah laki-laki bercelana biru dongker dengan wajah manis dan kulit glowing.
“Yah, jauh-jauh kemari Cuma ketemu bocah lucu itu, kira-kira Ardian kemana ya?” Vania celingukan di dekat pohon Mangga. Dengan hoodie berwarna coklat menutupi seluruh kepalanya. Hanya menampakan kedua matanya saja. Saking penasarannya ia terus bergeser mendekat ke arah halaman rumah, sampai tiba-tiba kakinya terperosok ke dalam got dengan air yang hitam.
Byurr
“Aduh!” pekik Vania.
Gadis itu meringis saat mengangkat kakinya. Betisnya mirip dengan tinta cumi yang hitam pekat.
“Yah, Mama!” gadis itu berjingkat menuju skuter matiknya yang ia parkir tidak terlalu jauh dari rumah Ardian. Gavin yang mendengar suara berisik segera berlari keluar rumah.
“Heh! Siapa Lo?” Gavin mengejar sosok ber-hoodie itu. Namun karena si pelaku mengendari motor, sosoknya tak terkejar. Adik dari Ardian mengumpat, karena depan rumahnya jadi bau akibat air got yang berceceran di jalan.
Jantung Vania berdebar, saat kepergok bocah SMP itu. Basah di kakinya tak seberapa, namun jika sampai dirinya tertangkap tengah mengawasi rumah Bu Imas apa jadinya nanti, pasti akan menjadi bahan olok-olokan lagi. Vania melajukan motonya cukup kencang, dan berhenti di sebuah pos satpam.
“Mampus gue, itu kan teman Ardian waktu itu yang ketemu di toko buku!” saat Vania memalingkan wajah, Boy nampak menghampirinya. Bukan mengenali jika dirinya Vania, tetapi karena area depan motornya menimbulkan bau tak sedap, menarik perhatian Boy.
“Buseett!! Ini motor bau selokan! Habis nyebur atau gimana nih?” tanya Boy, namun diacuhkan oleh gadis itu. Merasa diabaikan Boy berlalu, tetapi pandangannya tak berhenti menatap sosok mencurigakan itu.
“Sial, bukannya ketemu Ardian malah ketemu bocah konyol ini.” Vania yang terdengar mengumpat, segera melarikan diri sebelum Boy kembali lagi dan bertanya macam-macam. Dan tanpa gadis itu sadari, Boy mengekorinya dari belakang.
Siapa yang tidak menaruh curiga, jika sore hari dengan cuaca cukup panas, mengenakan hoodie tertutup rapat membuat rasa penasaran Boy semakin tinggi. Hingga saat skuter matik itu berhenti di sebuah rumah besar di ujung jalan.
“Oh, ada juga ya anak orang kaya yang anti mainstream, haha ...”
Boy ingat jika hari ini adalah kencan pertama Ardian dengan gadis itu, dan kawannya meminta bantuannya untuk stand by di lokasi tempat pesta diadakan. Ketika Boy sudah sampai di depan rumah Ardian, rupanya ada Abangnya di sana.
“Bang Vicky, Ardian ada?” tanya Boy santai. Kedua kakak beradik itu bersekolah di tempat yang sama. Dan prestasi keduanya memang tidak diragukan.
“Ada di dalam, lagi mandi! Kalian berdua mau kemana Boy?”
“Hehe ... Nggak kemana-mana Bang, adek Lo tuh yang mau kencan, eh!” Boy menutup mulutnya, karena dia baru saja mengatakan tentang kencan Ardian. Setelah bertemu dengan sahabatnya Boy pamit undur diri namun sebelumnya, Boy kembali mencium bau got yang sama dengan seseorang yang baru saja ia temuinya.
“Perasaan dari tadi hidung gue nyium bau got, Eh nggak tahunya dari sini awalnya. Ada jejak kakinya juga Di!" Teriak Boy.
Ardian tak memusingkan hal itu, karena Boy selalu bertindak berlebihan sesuai kata hatinya.
“Jangan lupa Boy, nanti malam Lo stand by di sana ya!” pinta Ardian. Vicky hanya mengamati tingkah dua bocah absurd itu. Cowok tampan yang sudah sangat wangi untuk kencannya dengan Dista, segera berpamitan kepada Abangnya, kalau dirinya akan pergi belajar kelompok, tetapi Abangnya tak mempercayainya.
Pukul 19.00 seorang gadis dengan skuter matik masih berkeliling untuk menyerahkan hadiah itu. Vania Bingung karena tak ada tanda-tanda ada kehidupan di sana. Vania masih berpikir, apakah memang siswa pintar tidak pernah keluar rumah, sama seperti apa yang dilakukan Ardian. Vania mungkin sudah menghabiskan beberapa liter bensin hanya untuk melihat crush-nya.
“Astaga, kalau ketahuan Veli bisa di-bully habis-habisan gue,” lirihnya.
Akhirnya gadis itu memilih pulang ke rumah dan akan kembali lagi nanti. Mungkin ini sudah ke empat kalinya Vania mengintai rumah Imas. Sedangkan Boy sedang duduk di seberang kafe tempat acara Anggi di gelar.
Boy terus tersenyum, melihat bagaimana Ardian dan cewek itu sangat romantis. Ia pun juga ingin memiliki pacar, tapi satu saja. karena Boy menyadari dirinya tak sepopuler Ardian.
“Wah ... gue aja yang lihat mereka baper, apa kabar hati cewek itu, haha ...,” tawa Boy. Sampai saat Boy melihat Ardian di protes oleh gadis itu. jarak mereka cukup dekat, Boy berharap Ardian akan mencium gadis itu.
“Ayo Di, pepet terus tinggal sedikit lagi, ayo!” Boy merasa lucu dengan tingkah keduanya. Dan akan terus mendukung hubungan mereka berdua. Sampai sebuah chat masuk ke ponsel Boy untuk ke tempat Dista dan Ardian berada.
Di mana saat Dista kebingungan mencari Ardian saat itu, dari sanalah Boy muncul membawa sebuah permen kapas dan balon warna-warni.
“Gimana cewek gue Boy?” Ardian membanggakan Dista di depan temannya. Tentu saja Boy memberikan kedua jempolnya untuk gadis itu.
“Cakep Bro, Gila bisa dapat cewe model begitu, gue doain segera jadian ya! jangan lupa pajak nanti!”
Haha...
“Bisa diatur, thanks Bro udah bantuin gue sampai kemari,” ucap Ardian, dan mereka berdua pun akhirnya berpisah. Dista yang sangat terkejut ketika mendapat permen kapas di tengah kota Jakarta yang sudah mulai langka, di sanalah ada kerja keras Boy. Seorang jomblo keren yang sedang membantu sahabatnya.
Berkat bantuan Boy juga acara kencan Dista dan Ardian berjalan lancar dan menyenangkan. Bahkan Ardian juga mendapatkan foto mereka berdua yang dikirimkan oleh Dista malam itu juga.
Baru saja Ardian memasukan motornya ke dalam rumah, sebuah kotak yang telah terbungkus rapi di atas pagar rumahnya. Rupanya sejak tadi Vania menunggu cowok idamannya di ujung gang. Hingga beberapa bagian kulitnya kemerahan akibat gigitan nyamuk.
“Duh deg-degan, semoga saja dia menerima pemberian dari gue! semangat!!” Vania pun segera pergi setelah target mengambil hadiah yang ia berikan. Gadis itu pulang dengan perasan bahagia, setelah seharian ia berusaha mati-matian untuk bisa bertemu dan melihat cowok yang hadir dalam mimpinya.
Di sisi lain, Ardian membuka kotak itu yang ternyata berisi sepasang sepatu kets. Melihat dari pesannya seperti yang dikatakan Boy, jika ada pengagum rahasia yang nekat datang ke rumahnya hanya untuk memberikan hadiah.
“Bang, bagus banget sepatunya buat Gavin ya?” Ardian menyerahkan kepada adiknya untuk mencobanya, dan ternyata terlalu besar. Gavin sangat menyesal dengan ukuran kakinya yang kurang besar, hingga mengopernya ke arah Vicky.
“Nih Bang cobain, siapa tahu muat?” Vicky menggeleng, memangnya itu punya siapa main tawar-tawarin aja,” omel Vicky. meskipun begitu si Sulung tetap saja diminta untuk mencobanya, dan ternyata kekecilan, begitu juga dengan Ardian.
“Kita semua nggak ada yang muat nih?” ucap Ardian kepada kedua saudaranya, dan mereka semua tertawa.
Anak kedua dari Imas mengingat sahabatnya, mungkin sepatu ini rejekinya Boy, besok akan di bawa ke sekolah dan menyerahkan kepadanya.
“Abang kasih Boy aja ya! daripada mubazir.”
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments