Bab 4. Amnesia

"Aduh gawat! Gue nggak salah lihat kan?" jantung Vania berdebar, melihat cowok tampan yang ia temui di toko buku sebelumnya, kenapa tiba-tiba datang ke rumahnya.

gadis yang berusaha kabur itu berhasil bersembunyi di balik dinding rumahnya yang tinggi. Meskipun penasaran, namun ada rasa senang dalam hatinya.

Ternyata ia dengan mudahnya di pertemukan lagi oleh kesempatan.

'apa iya yang namanya jodoh, hehe...'

"siapa Van? Kok nggak disuruh masuk?"

Mama Anne tiba-tiba keluar karena mendengar keributan. Dan Vania tak menjawab pertanyaan itu.

Tentu saja Ardian merasa jengkel, bukannya segera di terima, malah main kabur ke dalam rumah. Merasa waktunya terbuang percuma. Jika bukan ibunya yang menyuruh, pasti ia enggan melakukannya.

Nyaris mendekati pintu, tiba-tiba Ardian melihat seseorang yang menarik perhatiannya. Melintas dengan skuter matik warna pink dan membuat jantungnya pun berdesir.

'siapa dia?' batin Ardian.

"Dek, kamu yang antar ke dalam ya! Nanti abang kasih duit buat beli pulsa, gimana?" tawar Ardian. netranya tak berhenti menatap kemana arah skuter matik itu melaju.

Adiknya menimbang, karena abang keduanya terkenal tanggung kalau bagi-bagi duit.

"Go-cap gimana?" pinta Gavin.

Tanpa pikir panjang Ardian pun mengiyakan. Ia menyuruh adiknya untuk bergegas, karena dia berniat mengejar gadis misterius itu.

...

"Huh.. Untung aja itu cowok itu nggak lihat muka gue, bisa illfeel kayaknya."

Saat sedang membayangkan wajah Ardian, suara bocah laki-laki mengejutkannya.

"Kak, ini pesanan Bu Anne," tegur Gavin membuat Vania terkejut. Bocah SMP itu merasa heran, karena pemilik rumah malah bersembunyi saat melihat abangnya. namun Gavin tak ambil pusing.

Diinn!!

Ardian membunyikan klakson, kode untuk adiknya agar segera kembali. Gavin berlari setelah menghitung uangnya, tak sabar ingin mengungkap apa yang ia lihat.

"Cepetan Dek!"

kakak beradik itu melajukan motor mengikuti kemana gadis skuter itu berhenti.

"Bang, jangan ngebut! memangnya lagi ngejar siapa? Lo tahu nggak bang, kenapa cewek tadi kabur lihat abang?"

Ardian pun tak peduli dengan ocehan adiknya. Karena selain gosip tak ada lagi yang menarik buatnya.

"Bang?" Gavin menepuk pundak Ardian yang lamat-lamat memandang gadis berparas ayu. Namun hanya sekilas, karena sosok misterius itu berlalu begitu saja.

"Heh, Ayo kita pulang?! sudah ditunggu ibu."

...

Keesokan paginya, Ardian diminta untuk sarapan bersama ayah dan kedua saudara laki-lakinya. Ibunya berpesan jangan lupa berdoa sebelum memulai aktivitas.

"Selamat berjuang!" ayah, ibu dan dua saudara Ardian memberi dukungan. Dan bocah tampan itu tersenyum simpul.

"Huh... Tarik napas, hembuskan!" Lirih Vania yang masih mematut di depan cermin. dia semakin gugup karena semalam mendapat mimpi sempurna dalam tidurnya, jika dia akan bertemu lagi dengan cowok idamannya.

"Oke, Van! Sekarang lo sudah menjadi lebih manusiawi meskipun hanya sedikit, hehe..." kegugupan Vania tak dapat di sembunyikan, akibat pertemuan secara tak sengaja semalam, semua mata pelajaran yang ia pelajari seakan menguar lenyap tak bersisa.

"Vania bego, masa lemah gara-gara cowok!" umpatnya.

Kini hari yang dinantikan telah tiba. Lomba cerdas cermat antar sekolah SMA se-Jakarta diadakan. Vania dan tim nya masih bersiap dengan guru pendampingnya.

"Ingat, kalian harus fokus! Sekolah kita kali ini melawan juara bertahan dari tahun ke tahun. Vania, Ibu percaya sama kemampuanmu, kita harus membawa kemenangan untuk sekolah kita mengerti!"

"Si-siap bu!"

Jawab gadis itu terbata-bata saking gugupnya. Dari arah luar, suara penonton semakin gaduh karena lawan untuk sekolah Vania sudah hadir.

"Heh cupu, lo harus menang! Kali ini gue dukung lo, demi sekolah kita." lontaran kalimat yang membuat Vania semakin tertekan. Dan saat MC memperkenalkan para peserta, jantung Vania nyaris berhenti saat netranya menatap pria putih glowing yang menyilaukan pandangannya.

'cowok itu lagi, di- dia...? Mampus, otak gue langsung nge-blank saat melihat cowok itu.'

Semua bertepuk tangan, hanya Vania yang masih mematung menatap lawannya tak berkedip. Hingga suara bel menyadarkan lamunannya. Dan pertanyaanpun di mulai.

Vania sudah menghabiskan setengah botol air mineral, bahkan saat lomba sedang berlangsung. entah ada apa dengan dirinya, semua tatapan penonton dan juri tertuju kepadanya.

Babak pertama nilai keduanya seri, antara sekolah Vania juga Ardian. Membuat seisi ruangan terasa panas karena persaingan ketat dari babak pertama di mulai.

"Babak kedua, poin ganda!" ucap MC yang membuat semua peserta nampak tegang. Hanya Ardian yang terus mengulas senyum, karena melihat sosok gadis yang mampu menggetarkan hatinya.

Lain hal dengan Ardian, Vania malah dibuat sebaliknya. Hingga tatapan keduanya bertemu, dan....

"Nama penyakit, yang disebabkan karena kekurangan sel darah merah, disebut?"

Teett!!!

"Amnesia," Vania menjawab.

"Salah!!"

Sayang sekali, jawaban Vania kurang tepat, hanya karena tatapan sepersekian detik membuat konsentrasi gadis itu buyar. Membuat sekolah lawan merebut pertanyaan tersebut.

"Ya, SMA 10?"

"Anemia!" Jawaban Ardian, mantab.

"Ya, Benar!! Poin ganda untuk lawan. Satu pertanyaan lagi, maka akan dipastikan SMA 10 akan memimpin lagi untuk kejuaraan berikutnya."

Gara-gara jawaban Vania, semua penonton menertawakan gadis cupu itu. Terlebih Veli yang tak bisa menahan tawannya.

"Ampun, adek gue!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!