Bab 5. Sebuah Kesempatan

Sorak sorai para penonton memberi dukungan kepada Ardian. Setiap jawaban benar yang pria tampan itu berikan, akan mendapat tepukan tangan meriah. Lain halnya jika Vania yang menjawab. Siswa sekolahnya sendiri pun lebih mendukung lawannya dari pada gadis cupu itu.

“Miris sekali nasib gue,” ungkap Vania.

“Apaan sih, masa si cupu jawab pertanyaan begitu aja salah! Malu banget gue,” ejek teman satu kelasnya. Ditambah dengan lontaran kalimat menohok yang lain, yang lebih pedas dari teman-temannya.

Veli pun juga menyayangkan, kenapa adiknya bisa dengan mudah menjawab pertanyaan tanpa berpikir lebih dulu. Meskipun sedih, Veli tetap saja tak bisa menahan tawa akibat ulah konyol adiknya.

Sedangkan Vania hanya mengusap wajahnya yang basah akibat cucuran keringat dingin. Sejak tadi gadis yang sudah di make over habis-habisan oleh kakaknya, tak berani menatap Ardian. Trik yang digunakan idola sekolah itu cukup manjur untuk menjatuhkan mental lawan, namun menjadi tak berguna jika rivalnya adalah laki-laki.

“Gila nggak sih, itu siswa sekolah sebelah langganan menang. Sudah cakep, cerdas, keren, wangi, duh beruntung banget sih yang bisa jadi pacarnya,” puji para siswi dari sekolah Vania.

Ardian tidak berpuas diri, karena dirinya memang menguasai pertanyaannya. Terlebih, secara tak sengaja, netranya menatap seorang gadis berambut curly yang mencuri perhatiannya. Hingga sejak lomba dimulai, pria dingin dan misterius itu terus mengumbar senyum. Membuat para penonton meleleh dibuatnya.

“Pertanyaan terakhir, silakan direbut! Jangan lupa untuk menekan bel terlebih dahulu, mengerti ya!”

Saat MC membacakan soal yang belum selesai dibacakan, tangan Vania terburu-buru menekan bel. Padahal ia sendiri belum mengetahui pertanyaannya. Hingga gadis itu mendapatkan sorakan dari banyak penonton.

“Huuu.... payah, payah!”

Gadis dengan behel itu hanya dapat menampilkan senyumnya lebar-lebar. Saat melihat Ardian melempar senyum kepadanya.

“Sebutkan lambang dari pramuka? Silakan tekan bel nya!”

Teeettt!!

“Buah kelapa!” Jawaban Vania baru saja memicu keributan. Bukannya mendapat tepuk tangan, lagi-lagi Vania harus menerima ejekan. Entah apa yang gadis itu pikirkan, bahkan rekan tim nya pun harus siap menanggung malu bersamanya.

“Buah kelapa nenek lo! Teriak salah satu penonton, yang tak habis pikir dengan kemampuan pesertanya. Bahkan anak SD pun tahu jawabannya yang benar. Tak banyak yang kecewa dengan kekalahan sekolah gadis cupu itu, karena sejak awal semua penonton dan siswa-siswi yang hadir memenuhi ruangan itu adalah pendukung dari sekolah Ardian.

Setelah mengumumkan SMA 10 menjadi juara bertahan, semua perhatian kini tertuju pada sosok siswa tampan yang nampak bersinar. Hanya sebuah simpul yang Ardian tunjukan. Sekali lagi tatapannya tidak lepas pada gadis berpakaian kasual di luar ruangan.

“Woy bro! selamat ya, Lo berhasil lagi menang lomba. Eh bro, lo lihat nggak lawan sekolah tadi yang jawabannya belepotan?” Boy memperhatikan tatapan sahabatnya itu. Ardian menggeleng, ia hendak berlari menghampiri gadis itu, namun lagi-lagi kesempatan tak berpihak kepadanya.

“Yah, pergi kan!” tukas Ardian, ada sorot kecewa saat melihat sebuah jazz merah berlalu keluar halaman tempat ia mengikuti lomba.

Boy pun mengajak Ardian untuk segera berfoto dengan kepala sekolah, guru dan teman-teman sekolahnya yang datang menyaksikannya. Karena hadiahnya akan dibawa pihak sekolah, kedua siswa tampan itu memilih pergi untuk menenangkan diri.

“Boy, gimana kalau kita ke kafe dekat kampus A!” Ardian memberi usul, sebelum mereka berdua mengendarai motor milik Boy, karena Ardian menggunakan mobil sekolah saat berangkat ke lokasi perlombaan.

“Nih! ganti baju dulu dong!” Boy melemparkan sebuah kaos oblong hitam polos untuk sahabatnya yang telah menang lomba. Mereka berdua kini bersiap memecah jalanan Jakarta dan menuju sebuah kafe hits khas anak muda.

Triing!!

Baru juga sampai halaman parkir. Sebuah notifikasi masuk ke dalam ponsel milik Ardian. Boy yang kepo, berniat untuk mengintip apa yang nampak menarik bagi sahabatnya. Namun Ardian hanya menampakan senyumnya yang mengejek.

“Lo masih kecil, nggak boleh lihat yang beginian!”

Ardian tersenyum saat dirinya mendapat pemberitahuan dari aplikasi situs kencan. Banyak sekali permintaan kaum hawa yang memintanya untuk menjadi pacar sementara mereka. Alih-alih diterima, bahkan Ardian harus menyeleksi satu persatu dari mereka, dan tidak sedikit yang mendapat penolakan.

Saat melihat foto calon klien yang terakhir, Ardian menepuk punggung Boy dengan cukup keras.

Bugh!!

“Sakit bego!” oceh Boy sembari mengusap punggungnya. Tatapannya menyorot tajam pada ponsel milik Ardian, meskipun hanya sekilas nyatanya Boy mampu melihat seorang gadis berparas ayu yang tidak asing bagi dirinya.

“Kayak kenal, siapa ya?”

Hahaha...

“Sorry bro, gue reflek saking senangnya!” jari-jari panjang milik Ardian segera mengetikan pesan dan menyetujui permintaan “Klien istimewa” nya.

Dalam aplikasi situs kencan itu, semua data bersifat pribadi. Hanya klien yang terpilih yang dapat berinteraksi untuk melakukan komunikasi lebih lanjut. Ardian segera mengajak gadis itu untuk bertemu nanti malam.

Mungkin terlalu cepat, tetapi kesempatan langka ini tak akan ia sia-siakan. Setelah mendapat nomor ponsel gadis itu, Ardian menyimpannya dengan nama yang sangat spesial dan tak menunggu lama Ardian menghubungi gadis itu terlebih dulu.

Ardian

[Halo, Aku Ardiansyah. Kamu bisa memanggilku Ardian atau apa saja sesukamu. Bagaimana jika nanti malam kita bertemu, lokasi aku serahkan sama kamu.]

[Love]

[Halo, Aku Distanika. Panggil saja Dista. Aku baru saja pindah dari Bandung, jadi aku nggak paham dengan banyak tempat yang asik buat nongkrong di sini. Kamu ada ide?]

Jantung Ardian berdesir hebat saat suara mendayu itu masuk ke telinganya. Wajah ayu milik gadis itu langsung terlintas dalam pikirannya. Ia benar-benar ingin waktu berhenti saat ini. Namun ia tetap harus menjaga imagenya sebagai pria yang tidak mudah digapai.

Dalam hati Ardian, pantas saja jika ia belum pernah bertemu dengan gadis itu sebelumnya. Ardian pun menawarkan diri untuk menjemputnya di rumah, namun gadis itu keberatan. Setelah memilih jalan tengah, akhirnya mereka berdua sepakat untuk bertemu di tempat Ardian dan Boy saat ini berada. Boy yang melihat wajah sahabatnya merona saat menghubungi seseorang diseberang sana, hanya geleng-geleng kepala.

Ardian

[Oke Dis, nanti aku kirimkan lokasinya ya!]

Love

[Oke Di, aku tunggu ya!]

Setelah sambungan mereka terputus, reaksi Ardian benar-benar di luar kendali. Pria tampan itu terus tertawa, bahkan saat tak ada hal lucu di sana.

“Lo sepertinya demam bro! atau lebih tepatnya lo stres kali ya karena banyak belajar, haha...”

Mendengar ledekan bocah jangkung itu, Ardian hanya menyunggingkan senyum jahilnya sambil terus mengejek Boy.

“Nanti malam gue mau nge-date, haha... lo jomblo, diam aja!” mata besar milik Boy membelalak. Tak percaya jika Ardian yang terkenal dingin dengan mudahnya berganti pacar seperti ganti pakaian.

“Ganti lagi? anak mana kali ini?”

“Yang ini super spesial, tunggu kabar dari gue!”

...

Terpopuler

Comments

aww ... dista🤭🙈

2023-03-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!