Bab 9. My First Kiss

Melewati jalanan ibukota yang padat dengan lalu lalang kendaraan. Nyatanya Ardian membawa bidadari tak bersayap dengan selamat tanpa kurang suatu apapun. Pelukan erat dari Dista kepada Ardian membuat keduanya terbawa suasana, hingga tak terasa mereka sudah tiba di lokasi tempat Anggi mengadakan pesta.

“Akhirnya sampai juga,” Dista turun dari motor itu. Kakinya kesemutan, karena menggantung terlalu lama pada pijakan kaki. Ardian menuntun gadis itu untuk duduk dan mengulurkan kakinya.

“Kamu tunggu sebentar ya, biar aliran darahnya lancar, pasti teman kamu juga nggak keberatan.” Ardian ingin memeriksa betis Dista, namun ia ingat jika ia tak boleh melakukan sentuhan fisik.

“Auw,” pekik Dista. Semakin ia menggerakkan kakinya, maka rasa sengatan listrik itu semakin menjadi. Refleks Ardian memijitnya, dan tatapan mereka beradu dengan jarak cukup dekat. Ardian sedikit mengangguk, seperti memberi kode, jika dirinya meminta ijin untuk menyentuhnya.

“Pelan-pelan ya Di!” lirih gadis itu. Hanya berlangsung lima menit, rasa nyeri itu berangsur hilang dan mereka kembali melanjutkan acaranya. Ardian menggandeng tangan gadis itu, dengan senyuman mautnya, Dista pun menurut.

“Kan aku pacar kamu, ayo!” ajak pria tampan itu yang telah menautkan tangan Dista. Ternyata Anggi sejak tadi sudah menunggu dirinya. Saat melihat pria yang Dista bawa, tatapan Anggi penuh dengan senyuman menggoda.

“Benar kan tebakan gue, kalau lo pasti cepat sold out! Apalagi sama anak Jakarta, siapa sih yang bisa menolak pesona gadis cantik kayak lo?” goda Anggi, yang tentu saja membuat Ardian tersenyum. Mereka berkenalan satu samal lain.

Dista bukanlah gadis penikmat pesta, Ia hanya berdiri ditepi infinity pool. Saat seorang pelayan tengah terburu-buru, tak sengaja lengannya menyenggol punggung Gadis itu, dan membuat Dista kehilangan keseimbangan.

Ardian yang sejak tadi menatap sekeliling, tak pernah melepaskan pengawasannya kepada gadis berkulit putih itu.

“Awas!” lengannya yang kokoh, menarik pinggang ramping milik Dista, hingga masuk ke dalam pelukan Ardian. Sontak Dista terkejut, menatap mata sendu milik kekasihnya. Perlahan, mereka menepi dan memilih untuk menghabiskan waktu dengan duduk berdua menikmati acara.

“Thanks ya Di, kalau kamu nggak cepat tanggap, pasti aku udah kecebur kolam.” Bibirnya mengerucut lucu.

“Kan sudah jadi tugas pacar kamu, Oh ya Dis mau dansa sama aku?” tanya Ardian. Namun gadis pemalu itu menolak, ia berkata tak bisa menari, terlebih di depan banyak orang. Namun Ardian tetap memintanya untuk turun ke lantai.

Anggi yang melihat teman masa sekolahnya di Bandung nampak menikmati pesta, Ia membuat sebuah kejutan untuk gadis yang baru pertama kali berkencan. Anggi mengenal baik siapa gadis cantik itu, gadis polos dan pemalu, yang untuk keluar rumah saja harus diberi waktu.

“Tess Tess, satu... dua... tiga...” suara MC (Master of Ceremony) yang meminta perhatian kepada para tamu undangan.

“Terima kasih atas kehadiran semuanya, yang sudah menyempatkan waktu untuk merayakan ulang tahu gue yang ke-19. Khusunya teman sekolah gue saat di Bandung dulu, ayo Dista kemari!”

Anggi mengundang Dista untuk naik ke atas stage. Gadis itu enggan, ia merasa tak nyaman dengan banyak tatapan pasang mata, yang sekarang terpusat kepadanya. Gadis dengan gaun merah kombinasi hitam membuat semua mata tertuju padanya.

Dista melambaikan tangannya ke arah Anggi dan mengatakan jika ia tidak bisa. Reaksi Anggi yang sedikit kecewa terlihat oleh Ardian.

“Ayo kita kesana, kamu nggak lihat wajah temanmu tampak sedih, em?” Ardian menggandengnya dan mengusap punggung tangan gadis itu. Dista yang merasa memiliki kekuatan dan keberanian akhirnya mengikuti saran Adian.

Semua bertepuk tangan saat menyaksikan sepasang kekasih yang paling menyolok di sana. Melihat temannya nampak akrab dengan pria di sampingnya, Anggi memberikan sebuah permainan.

“Selamat ya, kalian berdua adalah pasangan fenomenal malam ini. Kalian berdua pacaran atau hanya,______” tanya Anggi serius menatap keduanya bergantian.

“Iya Nggi, kita berdua pacaran.” Jawab Dista jujur.

“Nah kalau begitu gue akan membuat permainan lebih menarik. Semua yang membawa pasangannya bisa menunjukan kasih sayangnya pada malam ini, bagaimana? Setuju?!” teriak Anggi supaya suaranya terdengar di berbagai sudut, dan disambut persetujuan oleh semua yang hadir.

Dista dan Ardian saling tatap, tak ada yang mengetahui arti tatapan itu. Menurut Ardian, diam adalah tanda setuju. Bukannya begitu?

Ketika semua orang sedang menantikan sepasang Romeo dan Juliet yang tengah mematung, dengan sigap dan tanpa aba-aba Ardian menarik pinggang gadis itu, dan satu tangannya menarik tengkuknya hingga tak ada lagi jarak diantara keduanya.

Cuupphh...

Bibir mereka bertemu, Ardian mencium bibir Dista perlahan dan lembut, namun cukup intens. Gadis itupun terhanyut hingga menutup matanya. Jemari Dista mencengkram pinggang Ardian. Anggi sampai terbelalak menutup mulutnya dengan tangannya.

Setelah menyadari Dista terengah kehabisan nafas, pria itu melepaskannya perlahan. Ternyata semua adalah ulah Anggi. Dista menyadari jika hanya mereka berdua yang melakukannya. Setelah para tamu bertepuk tangan dan bersorak memberi selamat saat menyaksikan mereka berdua.

Dista merasa malu, Ia meninggalkan pesta dan berjalan dengan langkah cepat. Namun Ardian menahannya.

“Sorry Dista, aku...” ucapan Ardian terpotong, karena Dista merengek.

“Di, aku mau pulang sekarang.”

Pria itu mencoba menenangkannya, Ardian tahu jika Dista pasti merasa malu. Anggi juga keterlaluan, bisa-bisanya membuat permainan seperti itu. Namun, Ardian tak sanggup lagi menahan perasaannya kepada gadis itu. Sedangkan keduanya diketahui sedang dalam fase masa puber yang tinggi.

“Iya, kita pulang. Kamu nggak pamit dulu sama teman kamu itu?” Dista menggeleng. Matanya berembun dan Ardian segera mengelapnya. Ardian membuat lelucon-lelucon lucu untuk menghibur gadis itu, dan nyatanya berhasil.

Sebuah jaket pria, Ardian letakan untuk menutupi bahu gadis cantik yang terasa manis. Ya, Ardian merasakan manis pada bibir menggoda milik gadis itu. Seakan bersorak, jika ciuman pertamanya jatuh pada gadis yang tepat.

“Di, aku mau protes!” Dista berdiri menghadap pria tampan yang sedang duduk. Melihat hal lucu itu, Ardian berpikir jika Dista akan membahas kejadian tadi. Benar saja, gadis itu sepertinya marah besar, karena dirinya mengecup bibirnya cukup lama.

“Kenapa sayang?” lirih Ardian.

Dista membelalak sempurna, mendengar panggilan mesra dari Ardian. Kedua tangan gadis itu dilipat ke dada, bibirnya mengerucut.

“Sayang? padahal baru kemarin kamu mengajukan syarat untuk tidak melakukan sentuhan fisik, dan aku sudah menyetujuinya, tapi kenapa tadi kamu mencium ku di depan banyak orang Di?” sesal Dista.

Pria itu juga bingung untuk menjawabnya, kenapa dirinya tidak bisa mengendalikan diri. Perasaannya tidak bisa dibohongi, jika setiap malam Ardian selalu menantikan perjumpaan dengan gadis pindahan dari Bandung itu.

“Sayang, sorry kalau kamu marah! Aku pikir kejadiannya tidak akan seperti itu, aku sudah bilang kan kalau aku akan memastikan menjadi pacarmu yang sempurna. Tak akan ada seorangpun yang tahu, jika aku,_____”

Dista menutup bibir Ardian dengan jarinya. Jangan lanjutkan lagi Di, aku sudah cukup malu karena ciuman pertamaku sudah kamu ambil. Jangan ingatkan aku tentang status kita oke!” dalam hati gadis itu menjerit, kenapa dirinya diam saja, seakan larut dan hanyut dalam buaian Ardian. Dista akui, Ardian menawan, mempesona juga sangat sopan terhadapnya, tetapi tentang first kiss nya?

Ardian menghilang saat Dista berbalik badan dan mencarinya. Gadis itu kelimpungan mencari kesana kemari, mengedarkan pandangan ke segala arah namun tak juga ia temukan.

“Ardian...!”

“Di, kamu dima-na?” Dista menatap seorang pria membawa beberapa balon warna-warni juga dengan permen kapas yang besar berbentuk love. Ardian menyerahkannya kepada gadis itu yang tampak tersenyum kecil.

Pria itu mencuil sedikit bagian permen kapasnya, namun dilarang oleh gadis itu. Dista mengambil ponselnya dan menyerahkannya kepada pria itu.

“Di, Gimana kalau kita ambil foto dulu?” pinta Dista, entah dari mana Ardian tahu jika dirinya sangat menyukai makanan manis seperti ini. Ardian sudah bersiap, namun Dista memintanya untuk berfoto bersamanya. Seakan lupa dengan kemarahannya, mereka berdua mengambil beberapa gaya yang manis.

Entah mimpi apa semalam, keduanya sama-sama mendapat ciuman pertama dari seseorang yang diharapkan. Ardian masih belum bisa membaca pikiran gadis itu, namun ia akan terus berusaha untuk mendapatkan perhatian juga cintanya.

Setibanya di rumah, Ardian bergegas untuk masuk. Namun samar terdengar suara berisik di halaman rumahnya. Baru beberapa menit berpaling, tiba-tiba terdapat sebuah kotak di atas pagar luar. Ardian menanyakan kepada kedua saudaranya, namun tak ada yang mengetahui, hingga ia membawa kotak itu masuk ke dalam rumah tanpa membukanya.

“Semoga saja dia menerima pemberian dari gue! semangat!!”

...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!