Kamu bisa gunakan semua bantal dan tidur dimanapun kamu berada, jangan rewel lagi" Toby mengusirku dengan tangannya dan kembali menjatuhkan badannya dengan mata yang terpejam.
Tentu saja aku jengkel, tapi rasa jengkel ini lebih daripada dia mengusirku. Tapi apa itu.... Aku juga tidak tahu.
****
Aku menghentikan langkahku di ruang tengah, menatap bayanganku sendiri yang terpantul pada sekat ruang yang terpasang kaca dengan bayanganku di sana.
Rasa percaya diriku terkuliti perlahan.
Pendek, wajah standard, kulitku juga tidak sebening para pasangan Toby dalam setiap kesempatan. Grrr... Di pikir bagaimanapun, benar kata Toby mungkin sekarang aku sudah banjir hater di social media.
Dengan lesu aku menuju lemari Es dan meraih satu botol air mineral dingin.
"Sekacau itukah pikiran Toby hingga memilihku dengan sangat random? Ketika semua orang akan berusaha dengan sangat selektif soal pendamping hidupnya?"
" Saya tidak akan menikah "Ucap Toby dalam satu wawancaranya di salah satu mini concertnya di Tokyo sekitar tiga tahun lalu.
" Lalu kenapa kamu punya kriteria wanita idaman? "gumamku memandangi layar handphone, tentang penampilannya di jepang saat itu.
Pasti bayaran dia cukup mahal... Aku membatin sekali lagi dengan mata yang masih memmaku serta air segar yang mengalir perlahan di tenggorokanku.
****'
Pemilihan outfit dan cosfum panggung Toby selalu stand out dan cukup bernuansa seni kuat, meski minim acessories. Aku mengamati sleepwear yang aku pakai dengan kimono claasic satin yang satu paket.
Aku meraba bagian leher dan mulai memeriksa tag wash yang biasanya ada di sisi temgah bagian dalam. Yup... Ini adalah barang designer, padahal hanya untuk tidur.
Aku segera menyelesaikan satu botol air dingin ku dengan cepat. Dan menarik nafas dalam - dalam.
"Meski suatu saat Toby jadi baik, jangan pernah terpancing. Aku harus membencinya atau setidaknya tidak pernah berminat sedikitpun" Aku segera mengepalkan tanganku dengan penuh tekad.
Karena tidak akan ada alasan apapun untuk Toby memilihku. Yang kami miliki adalah visi menyelamatkan karir Toby dan mengembalikan hidupku kembali.
Meski semua tidak akan sama, terutama status kami yang akan jadi janda dan duda. Anyway, usiaku juga tidak muda, paling tidak aku jadi janda kaya.
Aku menguap sekali lagi, dan entah bagaimana aku sudah tidak sanggup menuju sofa dan berahir.. Zzz zzz....
*******
"Gempa...!!!!!"
Aku segera tersentak dan berlari menuju ruangan terbuka terdekat, tanpa menggunakan alas kaki.. Tentunya.
Tapi....
Aku menajamkan mataku ke arah langit yang sepertinya baru saja fajar. Dan....
Sepertinya tanah di kakiku juga baik - baik saja. Tidak ada gerakan yang cukup kencang seperti yang aku alami beberapa detik yang lalu.
Ha.. Ha... Ha..
Tawa Toby pecah, dengan mata yang menyipit dan badan yang terguncang.
Lucu...?
Toby menghentikan tawanya dan kini segera menghampiriku yang sedang berdiri dengan penub emosi di...
Tepi kolam renang..
"Aku hanya tak habis pikir betapa mudahnya kamu tertidur, bahkan di meja makan?"
"Sudah aku bilang aku tidak pernah kesulitan soal tidur, kapan dan di manapun" aku mendengus dan mulai merasakan dingin yang menyentuh tubuhku.
"Kamu punya anugrah yang luar biasa, tidak semua orang sepertimu"
"Dan anugrahku bisa jadi bencana kalau kamu terus mengagetkanku. Hmmmm... Aku minta uang tambahan untuk biaya transplantation jantung. Karena sepertinya aku akan segera menggantinya dalam waktu dekat" Keluhku dengan melempar bantal dalam Pelukanku ke arahnya.
Toby menangkap dengan mudah, dan segera melemparkaannya ke arah daybed yang terjejer di tepi kolam.
"Aku setuju.. Dan nggak keberatan" Toby kini hanya perjarak sekitar 30 centi meter. "Bahkan aku akan memberi tambahan untuk dokumentasi yang lebih bagus antara kita"
Aku mengerutkan keningku dan....
Byur.....
Aku dan Toby segera berada di dasar kolam dengan busana lengkap.
Yang benar saja...
Rasa dingin air perlahan berubah menjadi hangat, sandiwara apalgi ini? Tanpa menunggu aku langsung muncul kepermukaan begitupun Toby yang segera berada di sisiku.
"Berenanglah dengan cepat atau kamu merelakanku memeluk tubuhmu...?" Ancamnya dengan wajah penuh intimidasi.
"Ka..."
"Tidak ada bantahan, sekarang atau tidak.."
Aku membasuh wajahku yang belum benar - benar lepas dari kantuk... Ini masih fajar, yang benar saja...
Dan memang benar, dua photographer segera masuk dan menangkap aksi kejar - kejaran kami di kolam renang.
"Aku akan keluar lebih dulu dan mengambil handuk" saat kami ahirnya menepi.
Meski air kolam ini hangat tapi tetap saja sepasang bibirku serasa membeku dan mengangguk begitu saja.
"Sandra...? Apa kabar?"
Hmmm... Aku menoleh kepada asal suara yang menyapaku dengan lembut dan ramah. Dan pastinya bukan suara Toby.. Tapi..
"Jorge..?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments