Toby meraih pinggangku dengan cepat... Ini buksn kisah romantis yang membuatku mengalihkan pandamganku yang panik pada wajahnya yang tampan. Tapi.... Pinggul kami yang tak berjarak adalah masalah yang utama..
Aaarmmmm!! Aku menutup mulutku segera dengam tangan tanpa peduli kemungkinan aku jatuh.
Toby menahan punggungku dengan segera.
Sepasang mata kami bertemu dengan jarak yang tidak jauh. Aku menelan ludah kasar dengan kefekatan yang semakin intens di bagian pusat kami.
Sejenak Toby mengernyitkan dahinya. "Aaaah..." Sepertinya dia menyadari sesuatu "Apakah kamu sudah mulai merasa beruntung? Kita bisa mencobanya saat kamu mau"
Aku segera memekik dan mendorongnya dengan sisa tenaga. Tapi yang ada kami malah jatuh bersama.
Hmmmm!!!
Yup aku tidak sanggup berteriak, bukan karena kami berciuman. Tapi, karena dada bidang toby kini menimpa wajahku. Dadanya begitu keras dan kokoh hingga aku jadi sulit bernafas. Aku berusaha mengusir tubuh Toby dari atas tubuhku. Dan sepertinya toby juga berinisiatif hal yang sama.
"Kamu nisa pindah ke apartment ku mulai besok" Toby mendengus meski wajahnya cukup tenang "dimanapun kamu tinggal pasti para wartawan sudah menantimu" Toby mulai berdiri kembali ketempatnya semula.
Aku masih membeku dari ketegangan beberapa waktu lalu.
"Aku tidak mengijinkanmu untuk selingkuh.." Lirihnya yang mulai mengangkat kembali gelas minumannya.
"Sejak kapan aku harus meminta ijinmu... Aku manusia bebas" Aku membenarkan dress yang kupakai dari sedikit berantakan saat jatuh.
"dari tadi... Sejak kita bertemu" Toby mengamatiku sejenak "jangan belanja baju sendiri lain kali, aku lebih menyukai penampulanmu yang ini" Toby berdiri mengusap kepalaku yang memang lebih pendek darinya.
"Mandilah dan tetaplah di kamar, aku akan membahas beberapa hal dengan managerku" mata kami bertemu sesaat "jangan berfikir untuk kabur, kamu sudah menjadi bagian dari kehidupanku.." Toby mengarahkan ke lima jarinya kehadapanku dan perlahan dia mengepalkannya dengan penuh tenaga.
"ini ancaman bukan?" batinku, "mimpi apa aku semalam hingga bernasib seperti ini.
Aku hanya diam dan memilih mata lurus kedepan. Aku tidak ingin Toby tahu aku sedang... Resah, sedih, marah.. Entahlah.
Tubuh Toby menghilang seiring pintu yang tertutup.
Ah... Aku segera meneguk Welcoming drink yang sedari tadi di nikmati oleh Toby. Perpaduan nanas dan markisah. Uhf...
******
"Dari semua perempuan yang aku pilihkan.. Kenapa kamu memilih dia?" Albert berteriak lepas.
"Tidak ada alasan" Jawab Yoby dingin seperti biasa.
"Rache, stevany, Laura... Atau putri duta besar.. Ah siapa namanya..."
"Tidak!!?" potong Toby. "Aku sudah memilih"
"kamu tidak sedang mabuk?"
"kita sudah melakukan konferensi pers" Toby memilih menjawab semaunya "Siap kan saja pernikahan"
Toby dan Albert saling menatap tidak puas.
"kecil sederhana dan tertutup" Toby menekankan kalimatnya "kalau bisa di kampungnya..." Toby memberi jeda sedikit "Atau kampungku"
Albert menyadari dia tidak bisa berkutik dengan kenyataan yang ada. Calon sudah di tentukan, pernikahan sudah di umumkan. Mengganti calonnya saat ini juga hal yang buruk untuk citra Toby.
"Dia pendek, biasa dan dari kalangan biasa apa yang memikatmu? Aku penasaran"
Toby menarik nafasnya dalam - dalam. Dan dia tahu dia tidak punya jawaban. Karena wanita yang dia pilih bukan karena selera, tapi hanya kebetulan dia muncul saat otaknya sedang gila.
"Bukankah aku tidak butuh kriteria? Aku hanya butuh menikah bukan?" sahut Toby kasar. "Karena kesalahanmu, aku yang membayarnya" Toby mengingatkan Albert akan kesalahannya yang membuatnya harus menikah sesegera mungkin.
"Semakin kontroversi, srmakin bagus bukan?" lanjut Toby.
Albert hanya diam dan menunduk.
"Siapkan juga tempat tinggal yang baik untuk Sandra. Jangan lupa persiapan pernikahannya.
Toby keluar dari kamar hotel Albert dan kembali ke kamar di mana Sandra masih sulit menerima kenyataan.
****
" Aku belum mau menikah "keluhku sendiri sambil menutup wajah dan menghentakkan kakiku.
" Denganku? "
" Dengan siapapun "
" Bagus..!! Berarti kamu tidak punya pacar "
Aku membuka telapak Tanganku menyadati bahwa toby sudan berada di hadapanku.
" Aku berfikir akan sulit menanggapi pacarmu yang mungkin membuat masalah"
"Kamu uang masalah!!! Seenaknya saja memutuskan menikah" Aku mulai berdifi dan berani menantangnya. "jangan - jangan kamu pengagum rahasia ku?"
Toby muka mengerutkan kedua alisnya, dan perlahan senyum merekah dibibirnya.
"ide bagus, ingat itu cerita kita" toby menatap kelangit - langit "Aku seorang musisi, tenti saja suara menjadi unsur yang cukup berpengaruh padaku. Dan aku menyukai jenis suaramu" toby tersenyum lebar seraya menjentikkan jemarinya.
"Hey... Aku sedang marah, bukan memberi ide" Aku mulai berteriak meski Toby sama sekali tidak peduli dengan itu.
"Apakah kamu sudah mandi?"
Aku otomatis mengangguk.
"Tapi kenapa bajumu masih sama?"
"Grrrr... Kamu ingat kamu menculikku, aku bahkan meninggalkan tasku di kantor"
"Ahh.. Ada sepasang baju tidur dilemari setiap hotel bintang lima nona.. Ckck.. Kamu sungguh orang kampung" Toby mengejekku dengan jelas.
Dan sekali lagi aku hanya mendengus menahan marah yang sepertinya tak pernah mempan ketika aku lontarkan padanya.
"Aku mandi dulu... Gantilah bajumu dan segera tidur. Kira ada jadwal pagi besok"
"kita??"
Toby hanya melaluiku begifu saja, dia fak pefuli dengan pekikan protesku.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Pichaacha
typonya banyak banget... semangat author semoga lebih teliti lg kedepannya
2024-06-06
0