Glek... Aku menelan salivaku kasar.
"Untungnya kamu tidak terlalu buruk" desisnya.
Uh... Entah mengapa aku jadi merasa lega. Tunggu...
"Pernikahan kita pasti menjadi promosi besar untuk perusahaanmu, bolos saja, menagerku akan mengurusnya"
Mataku melebar seketika. "Menikah????"
Tenggorokan, jantungku dan nafasku membeku seketika. Kami baru saja bertemu, dan kami menikah?
Drrrrrrt.... Getaran handphoneku menyela keterkejutanku.
"Dia tidak bisa melakukan pekerjaan hari ini, aku tidak bisa membiarkan penampilannya yang compang camping tersorot media lebih banyak lagi?" Toby mengangkat telphonku seenaknya.
"Itu produserku?"
Toby mengangguk pasti, "dan dia bilang terimakasih" Toby mengembalikan handphoneku ke saku kanan cardiganku.
Uhf.... Aku sungguh stress dan segera meneguk gelas kertas untuk kopi yang masih dalam genggamanku. Namun tentu saja hanya beberapa tetes tersisa.
"Aaaaaaargh....!!!!" aku berteriak lantang. Sebenarnya aku ingin bilang "tolong aku di culik?"
Tapi itu tidak mungkin, tidak ada penculikan yang terang - terangan seperti ini. Meski ini sebenarnya masuk dalam kategori penculikan, mengingat aku sungguh tidak menyetujui situasinya.
****
Toby menyodorkan sekaleng kopi instan ke hadapanku.
" Kamu ingin kopi bukan?"
Aku mengerjap, seolah ingin menangis tapi aku segera menahan. Menghadapi makhluk kurang ajar seperti dia haruslah kuat dan tidak boleh lemah.
"aku memperlakukanmu dengan baik, jangan membuat drama seakan kamu sedang aku siksa" Lanjutnya yang menyodorkan lebih dekat lagi kaleng kopi instan itu ke arahku.
"Beritanya sudah muncul di beberapa media online" Pria ber T shirt putih yang sedari tadi duduk di samping supir ahirnya angkat bicara. "Ini!!?" sebuah tablet kini berpindah tangan ke arah jemari Toby.
"mereka memang photographer yang handal, pose nya dan anglenya cukup bagus"
Kriiiiiing.. suara nyaring handphone Toby dengan ringtone classic segera menyeruak.
"Aku belum pernah melihat wanita itu" ucap seseorang di seberang sana yang sepertinya geram.
"Aku juga" Jawab Toby santai dengan suara beratnya.
"Apa..??" suara di seberang meninggi hampir tujuh oktav.
" tidak ada yang tuli di antara kita"
Panggilanpun terputus.
Toby tanpa expresi yang berarti segera mengetik sederet pesan di handphonenya. Sebelum ahirnya mendaratkan sepasang mata tajamnya kepadaku yangasih bingung atas apa yang sedang aku saksikan, dan alami.
"XS...?" Tanyanya.
"Ha...?? "
"Ukuran bajumu?"
Aku hanya mengangguk begitu saja dengan bodohnya.
"Hubungi team stylist, siapkan ruangan untuknya dengan fashion ukuran XS" pintanya pada lelaki yang ber kaos putih. "Kita akan melakukan konferensi pers.."
Jantung dan mataku seakan mau keluar secara bersamaan. Tapi yang ada aku malah muntah....
Terdengar dengungan kesal dari Toby, yang entah mengapa membuatku merasa lega. Setidaknya alu membalaskan kekesalanku meski hanya 0.0001%
*******
" Hmmm.... "seorang pria kemayu dengan lentik mengetuk ngetukkan jemarinya di pipi." Kamu yakin dengan pilihanmu? "
" Sudah terjadi "jawab toby dengan jemari yang semakin erat melingkar di lenganku.
Pasti kalian bertanya kenapa aku tidak lari saja? hal itu pertanyaan yang sama terjadi padaku. Tapi pikiranku sungguh sulit bergikir dan memgambil keputusan.
" Aku banyak bekerja keras untuknya" Keluh lelaki itu yang segera meraih tanganku yang lain, yang masij menggenggam kaleng minuman kopi meski isinya telah habis aku teguk.
"Kamu tegang...?" tanyanya sangat naif. Tentu saja aku tegang.
Toby!!!! Sebuah teriakan segera mendekat seiring suara langkah yang perlahan melambat.
Toby hanya menoleh sesaat dan kembali pada posisi semula termasuk tangannya yang belum melepas tanganku yang lain.
" Case Close!!" ucapnya datar tanpa merubah pandangannya "Atur pernikahanku pada jadwal yang memungkinkan, dan jangan sampai ada cela"
Pria itu yang rupanya datang dengan berlari masih sibuk menata nafasnya "Apa maksudmu, kita belum mensepakati solusi ini"
"Aku sudah" jawab Toby matap.
"Aku belum.." suaraku masih tercekat tapi setidaknya keluar.
Semua mata langsung mengarah padaku. Dan itu adalah kesalahan ku .
Tanpa ragu Toby sekali lagi meraih wajahku dengan tangannya yang tersisa dan menciumku. Meski kali ini rasanya lebih tulus, tapi aku merasa sedih, seakan semua masa depanku runtuh.
"Dia sudah setuju!" jawab Toby sepihak seiring dengan isak yang muncul dariku.
"Kalian lihat? Dia sedang terharu, karena ahirnya aku mengumumkan hubungan kami" lanjut Toby tanpa memperdulikan arti tangisanku sebenarnya.
Suasanapun langsung mencair, setiap orang sibuk dengan segala keperluan konferensi Pers yang sepertinya sudah di depan mata.
****
1...2...3
Action...!!!
Aku memasuki area konferensi pers. Kelihatan cahaya menyerang ruang pandangku bertubi - tubi.
Samar - samar Toby tersenyum manis menatapku yang sedikit kesulitan menajamkan pandangan.
Sekilas sepertinya matanya menyipit sebelum ahirnya. "Santai saja" bisik...
Santai..??? Harusnya aku sekarang sedang di ruang siaran sendiri menikmati kopiku dan membawakan topik selamat pagi. Dengan memutar lagu ballad popular sepanjang masa.
Tapi... Ehem... Aku berdehem sejenak dan mengisyaratkan Toby untuk lebih mendekat padaku. Dan tanpa ragu dia segera mengiyakan.
"Keparat!!!" umpatku lirih. Toby hanya menyeringai pelan dan kembali menatap lurus kedepan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments