Merasa Terhormat

“Ini kartumu.”  Emir menyerahkan kartu pada Cindy yang berdiri di sisinya.  Tak lain kartu yang digunakan untuk membuka pintu kamar hotel.

Kamar mereka bersebelahan.  Emir sengaja memesan kamar bersebelahan.

Cindy menggesek kartu di pintu, lalu masuk ke kamar yang dipesan untuknya sambil menarik koper.  Tak lama ia keluar lagi.  

“Papa, aku nggak mau di kamar itu sendirian.”  Cindy menghambur mendekati Emir yang tengah mengeluarkan kartu dari kantongnya.  Pria itu lalu menggesekkan kartunya ke pintu hingga pintu terbuka.

Cindy menggelayuti lengan Emir.  “Aku mau sama papa aja.”

Elnara yang memegangi kursi roda pun menatap Cindy jengah.  Bisa- bisanya merengek begitu pada Emir?  Dia sudah besar dan mustahil akan tidur bersama dengan ayah dan ibunya.  Dasar aneh!

“Kembalilah ke kamarmu!” titah Emir.

Elnara mendorong kursi roda memasuki kamar.

“Aku nggak mau.  Aku mau di sini!”  Cindy ngeloyor masuk, mendahului Emir dan Elnara.  Ia melempar tubuhnya ke king size yang ukurannya sangat lebar.  Kakinya jumpalitan sesuka hatinya.

Dih!  Malah dia yang keenakan tiduran di situ.  Elnara geleng- geleng kepala.

Emir tidak melarang, membiarkan putrinya melakukan apa saja kemauannya. 

“Aku minta kasur tambahan ya!” pinta Elnara.

“Oh.  Pesan saja!” ucap Emir.

Huh, padahal itu adalah kode Elnara supaya Emir mengusir Cindy dari kamar itu, tapi Emir tidak peka, malah mengiyakan permintaan Elnara.

Akhirnya Elnara menggunakan intercom dan memesan bed tambahan.  Elnara meminta pelayan menaruh bed tambahan di sudut kamar luas itu.  ia duduk di kasur leseh yang memang ukurannya cukup tinggi, empuk lagi.

“Bantu aku turun dari kursi roda!” pinta Emir.

“Mau turun kemana?” tanya Elnara.

“Ke bed yang itu.”  Emir menunjuk bed yang digeletakkan di lantai bawah.  

Elnara mengangkat alis.  “Itu kan bed untukku.”

“So, kamu melarang aku di situ?”

“Bukan.  Maksudku, bed nya hanya muat untuk satu orang, kalau untuk berdua pasti kesempitan.”

“Kalau tidak mau sempit, kamu bisa tidur di atas.”  Emir menunjuk kasur yang ditiduri oleh Cindy.”

“Aku pesan bed ini karena aku nggak mau tidur seranjang sama Cindy.”

“Aku juga nggak mau tidur seranjang sama kamu!” bantah Cindy cepat.

Elnara tidak menyahut.  Ia membantu Emir turun dari kursi roda dan mendudukkannya ke bed bawah.  Ia pun duduk di sisi Emir yang berbaring di bed itu.  terpaksa ia malah bersempit- sempitan begini dengan Emir di bed bawah, sedangkan kasur atas yang lebar itu digunakan oleh Cindy.  Lagian kenapa bocah tengil itu diijinkan tidur di kamar ini disaat dia sudah dipesankan kamar?  Bahkan sekarang malah menguasai kasur.  Emir memang tidak bisa tegas.  Anak tidak santun itu dengan enaknya berbuat sesuka hati.  Sungguh menyebalkan!

Elnara memainkan hp di posisi duduk, tubuhnya nyender di dinding.  sesekali melirik Emir yang sudah terpejam.  Sedangkan Cindy tampak menelungkup di kasur atas sambil mainan android, sesekali tertawa cekikikan.

Ketika Elnara bangkit berdiri hendak ke kamar mandi, Cindy dengan cepat melempar hp dan menghambur melewati Elnara.

“Aku mau ke kamar mandi,” celetuk Cindy sambil menatap Elnara dengan tajam, lalu memalingkan wajah culas.  Ia memasuki kamar kecil dan menutup pintu dengan kuat.

Hentakan pintu membuat Emir terkejut dan membuka mata.

Elnara kembali duduk ke posisi semula.  “Tuh, anakmu membanting pintu.”

Emir hanya diam saja.

“Apa kamu nggak bisa memberi tahukan anakmu supaya lebih menghormati mamanya?  Aku seperti kucing di hadapannya,” ucap Elnara dengan wajah sedih bercampur kesal.

“Kamu belum tidur?” Emir mengalihkan pembicaraan.

“Aku mau makan.  Lapar.  Tadi sore nggak makan.  Cuma kamu dan Cindy yang makan bukan?”  Elnara mengambil kantong plastik di atas meja berisi nasi kotak yang dia beli di jalan, bekal untuk makan malam.  

Alangkah kaget saat melihat kotak makanan sudah habis.  Kosong.  Cindy melahapnya sampai habis.  Bahkan butiran nasi tercecer di atas kasur.  Bukti akurat bahwa bocah itu menyantap habis nasi milik Elnara.

“Aku mau keluar!” pamit Elnara.

“Kemana?” tanya Emir.

“Mau makan.”

“Bukannya kamu sudah beli nasi kotak tadi?”

“Nasinya habis dimakan sama Cindy.”

Emir tak dapat berkata- kata lagi.  Namun saat Elnara berada di pintu, kemudian pria itu berkata, “Aku pesankan di restoran hotel ini saja ya.  Nanti mereka akan antar ke kamar.”

“Aku sekalian mau cari wc.  Tadi mau ke kamar kecil tapi Cindy buru- buru menyerobot masuk, sampai sekarang dia belum keluar.”  Elnara menunjuk pintu karma mandi yang sampai detik ini masih dalam keadaan tertutup.

Lagi- lagi Emir tak dapat berkata- kata.

Tuh kan, Emir hanya bisa diam.  Semua hal yang berurusan dengan Cindy pasti membuatnya bungkam.  Apa salahnya sih Cindy dimarahin?  Atau dinasihatin?  Jadi perilakunya itu tidak semena- mena.  Elara bahkan sama sekali tidak dihargai di sana.  

Dengan menu ayam kakap, tanpa nasi, Elnara duduk sendirian di meja restoran hotel, tepatnya di lantai satu samping bagian resepsionis.  Perutnya sudah sangat lapar sejak tadi dan chef memasak ayam kakap sangat lama sekali, membuatnya harus menahan lapar hampir empat puluh menit lamanya.

Usai makan, Elnara kembali ke kamar.  Tepat saat ia memasuki pintu kamar, ia mendengar suara lantang dan tegas Emir yang baru kali ini ia dengar.  Emir sedang berbicara dengan seseorang.  Posisi pintu yang terhalang kamar mandi, membuat penghuni kamar tidak mengetahui kedatangan Elnara.

“Kamu harus menjaga sikap, sebab sikap dan perilakumu sudah semakin tidak wajar terhadap mamamu.  Dia itu mamamu!  Dan kamu harus bisa menerima itu.  Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, papa sudah memilih dia untuk mendampingi hidup papa!” tegas Emir.

Elnara mengintip sebentar, menyaksikan Cindy yang berdiri dengan kepala menunduk di hadapan Emir yang tengah terduduk di sisi bed.  Elnara menyenderkan punggung ke dinding, memberi waktu untuk Emir menyelesaikan pembicaraannya.

“Jika kamu tidak bisa menghargai mamamu, sama halnya kamu tidak mau menghargai papamu.  Sebab mamamu itu adalah pilihan papa.  Maka dengan atau tanpa rasa sukamu, pilihan papa tidak akan berubah!  Paham?” tegas Emir lagi.

Cindy mengangguk.

“Tidur sana!” titah Emir.

Cindy naik ke kasur.

Di sinilah Elnara merasa dihargai oleh Emir, pria itu tak mau menunjukkan empatinya di hadapan Elnara, namun sembunyi- sembunyi melindungi Elnara. Senyum Elnara pun mengembang.

Beberapa menit kemudian, saat betis Elnara sudah mulai pegal berdiri di balik dinding, akhirnya ia pun muncul.  Berpura- pura tidak mendengar pembicaraan antara Emir dan Cindy tadi.

Tak lama Cindy bangkt lagi, ia kembali ke kamar kecil.  Sepertinya ia beser gara- gara tadi kebanyakan minum es.

Bruk!

“Aaaa!” Suara terjatuh diiringi teriakan dari kamar mandi membuat Elnara kaget, sekilas ia sempat bersitatap dengan Emir.  Elnara bergegas menuju kamar mandi, terkejut melihat tubuh Cindy dalam posisi melentang sambil memegangi bokongnya akibat terpeleset.

“Cindy!”  Elnara meraih lengan Cindy, berusaha membantu untuk bangun.  Pandangannya mengedar ke lantai, melihat cairan licin yang berserak di sana.  “Ini kan sabun.”

Oh… Elnara baru paham sekarang.  Botol sabun dalam keadaan tersusun rapi di tempatnya, namun cairannya bisa berserakan di lantai.  Seandainya botol dalam keadaan tergeletak di lantai, dipastikan cairan tersebut memang tumpah.  Tapi ini posisinya berbeda.  Ada unsur kesengajaan yang membuat cairan itu tercecer di lantai.

“Kamu serakkan cairan sabun ke lantai, mengira aku akan ke kamar kecil dan terpeleset.  Tapi kamu malah lupa dengan cairan yang kamu serakkan ini dan akhirnya malah kamu yang celaka.  Benar begitu kan?” ucap elnara ketika membantu Cindy bangkit.

Cindy hanya menatap tajam dengan raut sebal.

“Bisa sendiri kan?  Aku tutup pintunya.  O ya, jangan lupa lantainya disiram supaya nggak kepeleset lagi.”  Elnara tersenyum dan menutup pintu.

***

Bersambung

Terpopuler

Comments

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

Cindy dan akhirnya jatuh sendiri, usil sih sama Elnara

2025-03-04

0

Mia

Mia

hadehhh Cindy, gayamu mau nyelakain mama El, kena sendiri kann...

2023-04-30

0

sari

sari

senjata makan tuan

2023-02-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!