Bocah Menyebalkan

Lengan Elnara melingkar di pinggang gagah Emir, mencengkeram kuat.  Sama halnya satu lengan Emir yang merangkul pundak mungil Elnara.  Wanita itu tengah membantu Emir belajar jalan di taman.  

Beginilah kegiatan Elnara, ia terpaksa harus memeluk tubuh gagah suaminya setiap kali membantu suaminya itu belajar berjalan.  Tubuhnya menjadi penopang tubuh Emir saat melangkahkan kaki.  Keduanya selalu berada di posisi sangat dekat, nyaris berpelukan.  

“Hati- hati!” pinta Elnara saat kaki Emir tersandung dan tubuh besar itu terhuyung hampir terjatuh.  Elnara menahan tubuh Emir dengan memeluknya erat.

Duh terpaksa harus begini.  Padahal Elnara tak menginginkan keadaan seperti itu.  

Emir menatap wajah Elnara yang jaraknya sangat dekat dengannya.  “Kamu sudah sarapan kan?”

“Sudah,” jawab Elnara polos.

“Kenapa tenagamu tidak ada?  Pagi- pagi sudah lemas begini.  Menahanku pun tidak bisa.”

“Kan ini udah dipegangin.  Lagian kamu nggak jatuh kan?”

“Hampir.  Peganginnya yang benar!  Kerahkan tenagamu!” titah Emir dengan suara lantang.

“Ya sudah, kita mulai lagi.”  Elnara kembali membantu Emir melangkah.

Bruk!

Baru saja Emir memperingatkan, dan kini ia sudah terjatuh.  Bahkan tubuh Elnara menimpa di atasnya.  Mereka sangat dekat sekali, bersitatap tanpa sepatah kata, hingga tanpa sadar Emir menikmati situasi itu.

“Ini tanganku kejepit!”  ungkap Elnara membuat Emir tersadar dari lamunan dan segera mengangkat punggungnya, mengijinkan lengan mungil itu ditarik keluar.

Pria itu bangkit duduk.

Elnara yang duduk di sisi Emir pun mengelus- elus lengannya yang sakit akibat tertimpa punggung Emir.  

“Kenapa kamu malah diam aja waktu terjatuh tadi?  Bukannya cepat bangun!” Elnara protes dengan suara lirih.

“Kamu itu lemah, pagi- pagi sudah tidak punya tenaga.  Bagaimana aku malah bisa jatuh begini?  Semua kesalahanmu, seharusnya kamu waspada.  Baru saja diingatkan, kamu sudah membuat aku terjatuh.  Badanku jadi sakt begini!” kesal Emir mengomeli Elnara yang tidak becus memegangi tubuhnya.  Itu karena Emir tengah membuang rasa malu, takut dikira sedang menikmati situasi tadi.

“Salah lagi.”  Elnara berbisik kecil.

“Pijiti saja kakiku dulu.  Ini sakit gara- gara kamu!” pinta Emir.

Elnara mematuhi perintah suaminya.  Ia memijiti kaki suaminya yang selonjoran di atas taman hijau. Sebelah rumah.

Memang di sini Elnara tidak pernah ada benar- benarnya, salah terus.  

“Maaf sudah membuatmu terjatuh,” lirih Elnara dengan terpaksa.  Mukanya cemberut.  Seharusnya ia tidak mengetakannya.  Tapi ia tidak mau Emir terus- terusan menyalahkannya.  

“Hm.”  Emir mengedarkan pandangan ke langit yang cerah, matahari bersinar tanpa penghalang.  “Aku bosan dan ingin keluar untuk menikmati dunia luar.”

“Bukannya ini udah di luar?”

Tatapan Emir menghunus ke wajah Elnara.

“Salah lagi?” polos Elnara.

“Maksudku keluar rumah yang agak jauh.”

“Sewaktu ke rehab kan juga sudah jauh dari rumah.”

“Terserah kamu sajalah, El.”  Emir malas berdebat. “Oh ya, kamu bisa ubah wajahmu supaya jangan cemberut begitu?  Menampilkan ekspresi seperti itu di hadapan suami adalah dosa besar.”

“Kalau bicara soal dosa, kita sama- sama bukan manusia yang nggak baik dan pasti punya dosa.”

“Kamu melawan dikasih tau olehku?”

“Bukan melawan, hanya menjawab.”  Elnara menunduk, tak mau menatap wajah Emir di depannya, yang pastinya menampilkan ekspresi tak enak. 

“Aku tahu kamu membenciku karena aku adalah orang yang menyebabkan ayahmu meninggal. Tapi ingat El, itu musibah.  Itu kecelakaan.  Bukan karena disengaja.”

“Aku tahu.  Tapi perbuatanmu yang menyelipkan surat damai diantara surat- surat rumah sakit itu sama saja menipuku.”

“Dengan menuntutku atau pun tidak, itu tidak akan mengembalikan keadaan seperti semula.  Memang seharusnya musibah itu diterima dengan lapang dada dan keikhlasan.”

“Pintar ya kamu kalau ngomong.”

Emir mengusap pucuk kepala Elnara, membuat wanita itu terkesiap dan sontak mengangkat wajah untuk menatap suaminya.  Kok, ia malah diusap- usap begitu?  Bukannya dimarahin karena sudah terus- terusan menjawab sejak tadi.

“Kamu sama saja lari dari tanggung jawab.  Bahkan memberikan uang santunan pun tidak,” ungkap Elnara.  “Tidak ada iktikad baik untuk menyantuni keluarga korban.”

“Baiklah, sebelumnya perlu kamu tahu, ini bukan maksudku mengaitkan antara kesalahan ibumu dengan musibah itu.  tapi kamu harus tahu bahwa ibumu memiliki hutang banyak sekali kepadaku.  Aku menganggapnya lunas setelah kau menikahiku.  Bagiku tabu jika keluarga istri berhutang pada suami.  Buruk sekali itu.”

“Lalu menurutmu santunan itu hangus karena hutang ibuku?  Itu adalah dua hal yang berbeda.”

“Benar.  Tapi bagiku santunan itu bisa diberikan melalui apa pun.  Seperti menghapus hutang.  Mengangkat derajat dengan menjadikanmu istri, menafkahi dan membiayai hidupmu, juga keluargamu.”

“Membiayai keluargaku?”

“Ya.  Usaha telur itik itu aku buka untuk ibumu, supaya dia bisa menafkahi kehidupannya.”

Elnara tertegun.  Dia hanya bisa meresapi ucapan Emir. Apa pun alasannya, mau tidak mau ia memang harus berdamai dengan situasi.  Nyatanya Emir adalah suaminya.  Dan ia tetap harus bakti pada suami apa pun keadaannya.

Tarikan napas berat pun keluar dari mulut Elnara.

“Hei hei… kalian sedang apa?”  Yona yang sudah tampil modis itu muncul.  Ia tersenyum menatap Elnara yang tengah memijiti kaki Emir.  “Emir, jangan sering- sering menyuruh Elnara memijiti kakimu, nanti jemarinya jadi jempol semua loh.”

Emir hanya mengangkat alis.  

“Bagaimana kalau kalian itu refreshing supaya otak tidak suntuk.  Emir selama ini di rumah terus dan butuh kesegaran.  Mama sudah menyiapkan semuanya untuk kalian berbulan madu.  Bagaimana?” Yona tersenyum lebar.

Bulan madu?  Kulit wajah Elnara sontak memerah.  Menyinggung soal bulan madu, mukanya jadi memanas seketika.

“Okey.  Itu ide bagus.  Aku baru saja mengatakan pada Elnara bahwa aku ingin kesegaran.  Mama tahu apa yang aku mau,” jawab Emir rileks.

“Nah, gitu dong.  Mama suka jika begini.  Kapan kalian bisa berkemas?”

“Sekarang juga bisa.”

“Itu keren.  Baiklah.  Cepat berkemas.  Supir akan membawa kalian berkeliling.”  Yona bersemangat sekali.

Elnara terpekur.  Ya ampun, bagaimana bisa ia menjalani kebersamaan dengan Emir dengan sebutan bulan madu?  Jangan sampai yang namanya bulan madu itu terjadi.  Elnara sampai detik ini masih merasa kurang nyaman hingga seperti ada benteng tebal yang menghalangi hatinya untuk menerima Emir. 

Tak ada yang bisa dilakukan elnara kecuali menuruti Emir, termasuk mengemas keperluan yang dibawa untuk kegiatan yang katanya akan berlangsung selama beberapa hari.

Supir menyetir mobil milik Emir menuju ke Bandung.  Sepanjang perjalanan, Emir kebanyakan tidur, sehingga tak ada obrolan penting yang dibahas.  Elnara pun disibukkan dengan hape.  Dan yang membuat Elnara tak nyaman adalah kepala Emir yang terus- terusan nyender di pundaknya.

Emir hanya akan bangun saat berhenti makan. 

Tepat saat mobil yang dinaiki oleh mereka sampai di tempat yang dituju, Elnara yang tengah mendorong kursi roda Emir pun kaget saat mendengar supir berteriak.

“Ada apa, Pak?” tanya Elnara.

“Ini, ya Gusti.”  Supir mengelus dada melihat ke bagasi.

Elnara yang penasaran pun mendekati bagasi.  Ia tak kalah kaget melihat Cindy yang terbaring di sana, diantara tumpukan koper.  Nasi dan kepingan roti berceceran di lantai bagasi.  Juga di sekitaran mulut bocah itu.  bocah itu melompat keluar.

“Ayo, let’s go!”  Cindy berseru dan berlari duluan memasuki hotel.  Bocah itu sembunyi- sembunyi mengikuti Emir.  

Huh!  Benar- benar bocah menyebalkan.  Apa asiknya refreshing dikintilin dia?  Dunia malah jadi seperti neraka.  Gumam Elnara.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Imas Ratnasari

Imas Ratnasari

haaaa.. nanti Cindy berubah baik dan suka pada, Elnara. 😄😄

2024-01-13

0

Chacha

Chacha

😭😭😭😭😭

2023-06-08

0

sari

sari

perusak kesenangan
wkkkkkkwkkkk
Cyndi 2

2023-02-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!