Pernikahan

Di sebuah vila mewah yang tidak terlalu besar dekat pegunungan menjadi tempat dilangsungkan acara sakral Abimayu dan Nayla.

Tamannya di penuhi bunga mawar dengan berbagai warna, aromanya menguar membuat tenang.

Tempat itu dipilih langsung oleh Abimayu, ia tidak mau ada awak media yang menyoroti pernikahan mereka. Dan hanya dihadiri oleh keluarga inti saja dan beberapa kerabat jauh.

Pengucapan janji suci dan pertukaran cincin pernikahan menjadi bukti bahwa mereka berdua sudah sah menjadi suaminya istri.

Beberapa orang terharu, terutama keluarga Nayla. Kedua orang tuannya menangis bahagia menyaksikan hari pernikahan dan sekaligus hari yang paling membahagiakan bagi mereka. Putri satu-satunya sudah melepaskan masa lajangnya, menandakan ia sudah besar dan mulai mandiri. Teringat masa-masa Nayla yang masih cengeng dan manja kepada mereka, kini berubah menjadi perempuan dewasa.

“Selamat sayang, semoga pernikahan kalian langgeng sampai maut memisahkan.” Doa Nila seraya memeluk anaknya.

“Papa percayakan anak papa satu-satunya pada mu Abimayu, sekarang dia adalah tanggung jawab mu.” Tekan Arsyad.

Sekarang kedua mempelai itu saling menyapa dengan para tamu satu persatu. Banyak dari mereka mendoakan, juga tak sedikit ada yang menghina. Baik Abimayu maupun Nayla tidak menghiraukan. Toh mulut, mulut mereka. Jadi bebas mau mengatakan apa pun selama masih pada kadar yang wajar. Dan lebih pada keduanya yang malas untuk berdebat.

Para tamu tiba-tiba riuh, perhatian mereka tertuju pada perempuan cantik yang tengah memasuki aula dengan menggunakan gaun mewah sedikit terbuka.

Abimayu menoleh ke sana, begitu pula dengan Nayla. Laki-laki yang sudah menjadi suaminya tampak berbinar melihat kedatangan Maya, matanya yang memindai tamu satu persatu sejak tadi ternyata mencari sosok perempuan itu.

“Kak Maya.” Ayu yang pertama kali menyapa, gadis itu tak kalah senangnya seperti Abimayu.

“Cih.” Nayla menaikkan salah satu sudut bibirnya, ia membawa kursi roda Abimayu menuju tamu lainnya untuk menyapa. Dan itu sangat bertolak balikan dengan keinginan Abimayu yang ingin menghampiri Maya.

“Hai.” Sapa Maya pada Nayla. Abimayu sebenarnya ingin membalas, tapi segera Maya memberikan kode agar tidak membalas sapaannya.

“Tentu saja, terima kasih atas doanya.” Nayla tersenyum pada tamu yang baru saja mereka sapa, mengabaikan Maya yang kini tengah menahan emosi.

“Hai, selamat untuk—“

“Mas Abi, itu sepupu mu ‘kan?” tanya Nayla pada Abimayu yang kini tengah terpaku, ada rasa aneh yang menyelinap di hatinya mendengar panggilan dari Nayla. Dan yang lebih parah, jantungnya tiba-tiba berdebar.

Maya mengepalkan tangannya, ia merasa marah. Entahlah ..., apa itu karena Nayla yang menghiraukannya atau panggilan perempuan itu pada Abimayu. Tapi jelas dugaan yang terakhir tidak mungkin, karena ia tidak mencintai pria itu, apalagi sekarang tengah lumpuh.

“Ayo kita menyapanya.”

Raut wajah Maya semakin kelam, Abimayu tidak memperhatikan karena pria itu masih terpaku dengan panggilan Nayla.

“Hai, Nay. Selamat atas pernikahan mu dengan Abimayu.” Yang di sapa malah celingak-celinguk.

Abimayu malah gemas melihatnya, “Nayla, ada yang menyapa mu.” Tegur Abimayu datar setelah dapat mengendalikan degup jantungnya.

“Oh ada yang menyapa, ku kira makhluk halus. Secara ... yang diundang hanya keluarga saja.” Mati-matian Maya menahan emosinya.

“Aku pengecualian, karena diundang khusus oleh Abimayu.” Geram Maya.

“Oh.”

Tidak ada tanggapan lebih, Nayla langsung meninggalkan Maya. Tentu juga dengan mendorong kursi roda suaminya.

Tak tahan dengan tingkah Nayla yang tampak berubah, Maya meraih gelas minuman pada salah satu pelayan dan kembali menghampiri Nayla yang tengah berbincang dengan sepupu Abimayu.

“Perempuan itu, kenapa jadi bertingkah berani seperti ini.” Maya jadi heran pada perubahan Nayla, dimana jati dirinya yang merupakan perempuan lugu selama ini?

“Aku tak sabar menunggu keponakan dari kalian.” Lontar sepupu Abimayu blak-blakan. “Dan kau Nay, sepertinya yang akan lebih aktif nantinya.”

Nayla menanggapi dengan tawa canggung, tentu saja itu tidak akan terjadi, pernikahan mereka dilandaskan dengan tujuan masing-masing. Entahlah ke depannya akan menjadi seperti apa, tapi yang pasti Maya akan menerima akibatnya karena telah membiarkan ia menikahi Abimayu.

Sorot mata Nayla dapat melihat kedatangan Maya yang berjalan elegan bak model, Nayla juga melihat kedatangan pelayan yang menawarkan minuman.

Dalam jarak setengah meter, tiba-tiba saja Maya tersandung oleh kakinya sendiri. Dan minuman yang ia bawa tertumpah menuju Nayla.

“Ck, sudah ku duga.” Dengan cepat Nayla menggerakkan kursi roda Abimayu dan menghindar. Pelayan yang membawa minuman berwarna di atas nampan dibuatnya tersandung dan otomatis semua minuman itu tertumpah di atas kepala Maya bak bermandikan air kembang tujuh rupa.

“Arghhh ....” Teriak Maya histeris, niat berpura-pura terjatuh malah terjatuh beneran. Dan sialnya lagi, pelayan bodoh itu menumpahi minuman di atas kepalanya. Malu bukan main, tentu saja. Karena semua atensi tertuju padanya. Tak sedikit ada yang menertawakan. Abimayu ingin membantu, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.

“M-maaf, Nona. S-saya tidak sengaja, s-saya tersandung.” Ucap pelayan itu berniat membantu Maya berdiri.

“Lepas! Jangan sentuh aku dengan tangan kotor mu.” Teriak Maya angkuh, Nayla meringis melihat tangan pelayan itu ditepis oleh Maya dengan kuat.

“Maafkan aku,” ujarnya dalam hati. Sepertinya pelayan itu harus diberikan tip sebagai permohonan maafnya, Nayla menandai wajah sang pelayan.

“S-sekali lagi saya minta maaf, Nona.” Pelayan itu menunduk takut, lalu membersihkan kekacauan dan berlalu.

“Kak Maya ... kakak baik-baik saja.” Ayu datang membantu perempuan itu.

“Menurut mu?!” Ingin Maya mengatakan itu, namun tertahan di tenggorokan. Ia harus mempertahankan citra baiknya.

Maya dibantu Ayu meninggalkan aula pesta diiringi tawa tertahan dari para tamu. Kedua orang tua Abimayu yang juga melihat itu mencebik, tidak suka karena Maya mengacaukan acara pestanya. Mereka tidak ingin citra mereka turun, apalagi yang hadir adalah keluarga.

Setelah acara, Nayla dan Abimayu memasuki salah satu kamar vila yang sudah dikhususkan untuk mereka berdua. Kamar itu dihias layaknya kamar pengantin, banyak kelopak mawar merah yang ditabur bahkan di atas ranjang.

Nayla membersihkan dirinya terlebih dahulu, dan merasa sudah bersih ia mengenakan kimono dan keluar dari kamar mandi.

Sedikit terkejut mendapati Abimayu yang masih di atas kursi roda menatap ke arahnya. Dengan cepat ia mengendalikan dirinya, dan bertingkah biasa.

Hal yang sama dialami Abimayu, seumur-umur baru kali ini ia melihat pemandangan seperti ini, ia cepat mengalihkan pandangannya.

Tapi itu tidak bertahan lama, rasa terkejutnya bahkan lebih besar lagi. Tangan dingin mengusap pipinya membuat Abimayu menegang, ia melihat pemilik tangan itu. Dan mendapati sang empunya tersenyum lembut ke arahnya. Abimayu terpana.

“Mau aku membantu mu?”

“M-membantu apa?!”

“Membantu mu membersihkan diri.”

“Tidak usah, aku bisa sendiri.” Tolak Abimayu gelagapan, ia langsung memutuskan kontak fisik dengan Nayla menuju kamar mandi. Nayla tersenyum misterius melihat kepergian Abimayu.

“Sepertinya aku harus menjernihkan pikiran ku.” Gumam pria itu, ia kembali mengingat tujuannya menikahi Nayla.

*****

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Sky Blue

Sky Blue

D tungguon bget klanjutnnya ya kax😣😣😣🥺🥺🥺

2023-02-23

2

anray

anray

aku berharap abimayu bucin ke nay habis itu merasakan penyesalan yg mendarah daging

2023-02-21

2

Hermalinda Nova

Hermalinda Nova

buat dia jatuh cinta nay lalu hempaskan 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2023-02-21

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!