Nayla keluar dari kamar setelah membersihkan diri dan berpakaian lengkap, mobil juga sudah disiapkan oleh pelayan.
Perempuan itu berjalan menuju pintu keluar, barang bawaannya hanya sedikit berupa barang-barang penting saja.
Baik di kehidupannya yang sebelum dengan yang sekarang keduanya sama saja, tidak pernah memenuhi harapan dan bayangan mengenai wedding dream yang ia impikan.
Nayla menghela napas, sama sekali tidak memenuhi. Apalagi sekarang ia hanya sendiri menuju rumah mertua, tanpa ada yang mengantar. Cih, ia seperti telah mencetak rekor di sepanjang sejarah. Mengingat itu, Nayla jadi ingin mengumpat pada Abimayu.
"Kau sudah bangun rupanya." Suara Abimayu mengalihkan fokus Nayla, laki-laki itu berada di ambang pintu masuk dengan kursi rodanya. "Maaf, aku tidak tega membangunkan mu tadi ... tidurmu sangat nyenyak."
Nayla terkesima, bukan karena kata-kata manis yang terucap dari mulut pria yang sudah menjadi suaminya itu. Tapi karena pria itu yang sudah ada di hadapannya, bukankah dia pergi karena ada pekerjaan penting. Sudahlah, tidak usah peduli.
"Iya, maaf. Aku kesiangan." Balas Nayla menampik kemarahannya, bagaimana pun ia tetap fokus pada tujuannya.
"Kita sarapan dulu baru pulang," Abimayu langsung menuju ruang makan vila itu, Nayla mengekor dan berinisiatif mendorong kursi roda Abimayu. Laki-laki itu membiarkan saja.
Di atas meja sudah tersedia sandwich, Nayla mengambilkan untuk Abimayu berserta menuankan air minumnya. Baru ia pun mengambil makanannya sendiri. Keduanya makan dalam diam.
Waktu menunjukkan pukul 11 lewat, kini dua insan yang di satukan oleh ikatan pernikahan itu memutuskan untuk kembali ke ibu kota menuju kediaman Abimayu.
Suasana begitu sunyi, hanya deru mobil yang terdengar. Baik Nayla dan Abimayu sama-sama berkelana dengan pikiran mereka masing-masing.
Pernikahan yang diawali dengan tujuan masing-masing, entah akan menjadi seperti apa. Tapi yang jelas keduanya akan menjadikan ikatan ini untuk mencapai tujuan mereka masing-masing.
Nayla tersentak pada lamunannya, tangan kekar yang tak lain milik Abimayu menyentuh bahunya.
"Ayo ke sini, kenapa berjauhan sekali." Ujar pria itu menarik Nayla ke dalam pelukannya. Ia sudah memutuskan untuk melakoni peran ini dengan sebaik mungkin agar semuanya juga cepat berakhir. "Nanti orang akan mengira kalau aku tidak memperlakukan istriku dengan baik."
"Ho'ooo ... pria ini bertindak cepat sekali, entah sugesti seperti apa yang sudah Maya berikan. Baiklah, aku akan meladeni mu." Ujar Nayla dalam hati.
"Maaf." Singkat Nayla, membenamkan kepalanya pada dada bidang pria itu lalu balas memeluknya.
Degupan jantung Abimayu terpacu dua kali lipat dari biasanya, ia tiba-tiba tegang dan gugup dalam waktu bersamaan. Nayla mendengar dengan jelas detakan jantung Abimayu, karena pendengarannya tepat pada dada pria itu. Di dalam pelukan, diam-diam ia menyunggingkan senyum atas reaksi tubuh Abimayu.
"Istirahatlah lagi, perjalanan kita masih jauh." Pungkas pria itu berusaha mengambil alih kendali dirinya, tapi usahanya gagal karena jarak yang begitu dekat membuat ia mampu membaui harum sampo yang Nayla gunakan.
"Dengan senang hati." Nayla semakin mencari posisi yang nyaman, sekedarnya ia harus tetap menikmati kesempatan kedua dari hidupnya dalam berbagai kondisi. Pergerakan itu sungguh meresahkan bagi Abimayu, tapi pria itu tetap bungkam.
Supir tersenyum, melihat interaksi majikannya. Dalam hati ia berdoa, semoga perempuan ini bisa memberikan warna pada kehidupan tuannya dan mereka berdua langgeng sampai maut memisahkan.
Jujur saja, ia sangat senang karena tuannya menikahi perempuan lain dan bukan Maya. Bukannya berprasangka buruk, perempuan yang bernama Maya itu tidak terlihat tulus. Apalagi ketika datang ke mansion selalu bertingkah sok kuasa jika tidak ada Abimayu maupun Ayu. Mereka pernah ingin melapor, tapi tak jadi karena takut kembali berimbas pada mereka sendiri. Terlebih pekerjaan di masa sekarang sulit untuk didapatkan, jadi cari aman saja. Pikir mereka.
"Huft ... semoga saja perempuan itu tidak datang lagi ke rumah besar." Batin supir, berdoa sungguh-sungguh.
Doanya tidak terkabulkan, nyatanya Maya sudah berdiri menunggu kedatangan mereka di teras rumah bersama Ayu. Keduanya berbincang sangat akrab, sesekali tertawa.
Mobil berhenti di sana, Nayla turun terlebih dahulu untuk membantu Abimayu berpindah pada kursi rodanya.
"Abi, akhirnya kamu pulang." Obrolan seru antara Maya dan Ayu terhenti, Maya dengan antusiasnya menghampiri Abimayu. Sedangkan laki-laki itu menatapnya dengan dingin, tatapan yang terlihat lain dari biasanya.
"Kenapa kau datang ke sini?!" Ketus Abimayu, membuat Maya dan lainnya tersentak.
"K-kenapa? aku 'kan sering datang ke sini," cicit Maya, rasa antusiasnya hilang seketika.
"Aku sudah mengingatkan mu untuk tidak datang lagi ke sini, hubungan kita sudah berakhir." Nada berat dan dingin itu seperti menembus ulu hati Maya. Raut wajahnya tidak menyangka Abimayu bisa mengatakan seperti itu padanya.
"T-tapi kenapa? bukankah kita sudah berbaikan? kau bahkan mengundang ku di pesta pernikahan mu."
"Ya, aku mengundang mu karena aku ingin kau melihat pernikahan ku yang bahagia." Jawab Abimayu sarkas. Maya menunduk baru mengetahui maksudnya.
"Sekarang pergi dari sini, aku tidak ingin melihat mu lagi—"
"Apa maksud kakak, kenapa tiba-tiba aneh begini?!" potong Ayu, tidak terima dengan semua perkataan kakaknya. Apalagi dengan kalimat pengusiran itu. "Kasian kak Maya yang sudah sejak tadi menunggu mu." Abimayu tidak menanggapi.
"Apa karena perempuan ini kakak berubah, dan hubungan kalian merenggang?" Ayu menunjuk Nayla dengan kilatan marah.
"Hah, aku? apa maksudnya coba." Nayla membatin, menautkan alis. Bukan sambutan meriah penuh suka cita, Nayla malah mendapatkan sambutan sebaliknya.
"Jaga ucapan mu Ayu, dia kakak ipar mu, istri ku!" nada Abimayu naik satu oktaf, terdengar membentak.
"K-kakak berani membentak ku sekarang." Mata perempuan remaja labil itu kini berkaca-kaca, seumur-umur baru kali ini ia mendapatkan perlakuan seperti itu dari kakaknya. Dan ini semua karena perempuan itu, semenjak ia dinyatakan masuk dalam keluarganya, nasib buruk selalu menghampiri. Kakaknya bertengkar dengan Maya, Rizky marah padanya, dan sekarang kakaknya yang selalu bersikap lembut padanya berubah membentak dirinya.
"Abi, tolong jangan marah pada Ayu—"
"Diam! tidak seharusnya dia menunjuk kakak iparnya."
Mendengar semua kesalahan ditumpahkan pada dirinya, dan perempuan itu yang dibela. Ayu berlari masuk dengan rasa sakit dari kakaknya, dan kemarahan bertubi-tubi untuk Nayla.
"Ini semua salah ku, tolong perlakuan Ayu dengan baik." Suara penyesalan dari Maya terdengar, dan rasa ibanya pada Ayu yang telah membelanya.
"Pergi dari sini, dan jangan pernah datang lagi." Abimayu masuk tanpa menunggu orang lain mendorong kursi rodanya, ia melakukannya sendiri.
"Puas kamu! Ini semua gara-gara kamu yang merusak hubungan kami." Maya menyenggol bahu Nayla yang masih terdiam dengan kuat. Perempuan itu melengos meninggal kediaman Bhaskara.
"Heh Sulastri! Seharusnya kau berkaca, ini semua kesalahan mu, jangan menumpahkan pada orang lain." Balas Nayla membuat langkah Maya berhenti. "Puas dan tidak puasnya, kau bisa menjawab sendiri. Dan heh, jangan lupa beli cermin untuk berkaca!" Maya tidak mendengar lagi, ia melenggang tidak peduli.
"Apa yang terjadi?" tanya seorang perempuan yang berpakaian serba hitam, ia baru saja datang dengan membawa beberapa koper milik Nayla. Tadi ia sempat berpapasan dengan Maya yang wajahnya masam.
Nayla tidak langsung menjawab, ia masih melihat kepergian Maya sang mantan sahabat.
Keluar dari pagar besi itu, Maya tersenyum penuh arti. Abimayu sangat totalitas dalam berakting, perempuan polos itu pasti akan percaya dengan mudah apa yang sudah dilihatnya tadi. Tidak akan pernah menyangka kalau semua itu hanya rekayasa yang telah ia susun.
Ya, dengan begitu Nayla akan berpikir mereka tidak memiliki hubungan lagi. Abimayu akan mudah mendekatinya dan mendapatkan hati perempuan itu.
Maya tersenyum akan rencananya sendiri, ia pun mengambil ponsel dan mengirimkan pesan teks pada Abimayu.
"Sayang, jangan lupa minta maaf pada Ayu." Pesan Maya terkirim dengan cepat pada Abimayu yang tengah berada di ruang kerjanya.
*****
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Nanik Lestari
Nayla lumayan lemot
2023-10-30
1
𝖕𝖚𝖙𝖗𝖎❀∂я
nyesel baru tau rasa tuh abi..
2023-02-26
1
anray
kebalik sulastri,, jangan sampai jatuh cinta dulu ke abi,nay,, biar dia yg ngejar kamu sampai nyungsep² jika semua sudah berakhir dengan sulastri 😤😤😡😡
2023-02-26
2