Tak banyak yang dibicarakan dalam pertemuan Abimayu dan Nayla yang bisa dibilang kencan pertama mereka. Walaupun begitu, pria itu sudah menyampaikan keputusan bahwa mereka akan melangsungkan pernikahan secepatnya.
Saat itu Nayla mengangguk dan menyetujui saja semua keputusan Abimayu yang sepihak. Juga dengan pernikahan mereka nanti yang dilakukan secara tertutup dan sederhana.
"Anda akan tetap melanjutkan pernikahan ini, Nona?" Elis bertanya tak percaya, pasalnya beberapa hari lalu mereka sudah sama-sama melihat dan mendengarkan percakapan Abimayu dan Maya di taman kota.
Elis yang menjadi pengawal pribadi Nayla tentu saja mengikuti dimana pun nona nya pergi, dan di taman kota itu ia bertemu dengan bawahannya yang ia perintahkan untuk mengawasi pergerakan Maya. Nayla tentu tidak melepaskan perempuan itu walaupun hubungan mereka sudah berakhir. Maya menjadi orang pertama yang harus diwaspadai dan masuk ke dalam daftar hitamnya.
"Ya, kenapa Lis." Nayla tampak tenang menanggapi.
"Tapi Nona, calon suami Anda ... lagi ... secara terang-terangan mengkhianati Anda. Dan dia juga bekerja sama dengan Maya, bagaimana jika Anda masuk ke dalam perangkap mereka. Lagi pula ini sangat berisiko untuk keselamatan." Ucap Elis terbata, tidak enak mengatakan kalau nona nya selalu mendapatkan lelaki yang salah.
Nayla menghela napas, "Kau tenang saja Lis, aku akan baik-baik saja. Aku 'kan sudah belajar ilmu bela diri, bahkan kau sudah melihat kemampuan ku."
Belajar dari masa lalu, Nayla mulai memperkuat diri. Ia mempelajari ilmu bela diri pada Elis dan juga beberapa guru yang pengawalnya itu rekomendasikan.
"Tapi tetap saja, kenapa harus masuk perangkat mere—" Elis tidak memahami jalan pikiran Nayla.
"Aku tidak masuk perangkap Elis, tapi aku berpura-pura masuk perangkap mereka." Sela Nayla. "Kita harus berbaur pada mereka agar bisa mengetahui segala pergerakannya, lagi pula aku tidak bisa diam saja menunggu ditikam."
"Kenapa tidak kita saja yang menikam mereka, langsung di musnahkan saja." Elis terdengar menggebu.
"Oh, ayolah Elis ... kau tidak ingin bermain-main."
Perkataan Nayla langsung meruntuhkan segudang rencana Elis yang berniat memusnahkan mereka dengan cara ... mereka yang seolah mengakhiri nyawanya sendiri.
"Humm!"
Nayla terkekeh mendengar dengusan Elis, otak pengawalnya memang hanya ada kata memusnahkan.
"Tidak seru jika kita tidak bermain-main, apalagi aku sudah mendapatkan pengkhianatan berulang kali." Nayla terdiam sejenak. "Akan ku pastikan rencana Maya dan Abimayu kembali pada mereka!" ucapnya datar.
*****
Indra dan Widya mendarat ke Indonesia, perkataan anaknya beberapa hari yang lalu berhasil membuat mereka kembali ke tanah kelahiran.
Sebenarnya masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan Indra, juga pertemuan antar sosialita dari Widya membuat mereka tidak punya waktu dan selalu menunda kepulangan.
Ucapan dengan nada keseriusan serta paksaan dari Abimayu membuat mereka mau tidak mau tetap harus pulang, lagi pula mereka belum melihat keadaan anak laki-laki mereka yang kecelakaan berakhir cacat.
"Mah, Pah ...." Ayu menjemput kedua orang tuannya di bandara, dan langsung berhambur memeluk keduanya.
Indra dan Widya membalas pelukan anak mereka singkat, tidak ingin terlalu membuang waktu di tempat itu.
"Kakak mu benar akan menikah? papa sama mama sampai harus meninggalkan pekerjaan karena desakkan nya." Widya berucap sambil berjalan menghampiri mobil yang akan membawa mereka menuju kediaman.
Ayu menunduk, mengira mamanya akan menanyakan kabar kakaknya yang kecelakaan terlebih dahulu. Atau minimal menanyakan kabar dirinya yang berada bersama mereka, tapi malah masalah pernikahan itu yang ditanyakan.
Mengenai pernikahan, Ayu sangat menyayangkan keputusan kakaknya yang memilih menikahi orang lain ketimbang kekasih yang sangat tulus padanya yaitu Maya. Keputusan itu juga membuat temannya Rizky Febian, adik dari Maya marah padanya. Rasa tak sukanya muncul pada calon istri kakaknya, perempuan yang bahkan wajahnya belum pernah ia lihat.
"Iya." Jawab Ayu lesu, rasa antusiasnya yang membuncah sejak kemarin mendengar kepulangan orang tuannya sirna dalam beberapa menit.
Mereka masuk dalam satu mobil menuju kediaman Bhaskara, tidak ada percakapan karena Indri dan Widya sibuk dengan smartphone masing-masing. Ayu melirik kedua orang tuannya, lalu kembali menghela napas.
Tiba di kediaman, Indra dan Widya di sambut oleh Abimayu di depan teras menggunakan kursi rodanya. Hari ini laki-laki itu sengaja tidak berangkat kerja demi menyambut kedua orang tuannya, semua pekerjaan ia alihkan sementara pada asisten Alex.
"Mah, Pah, selamat datang kembali." Sambut Abimayu terdengar datar, tapi dalam hati ia sedikit senang dengan kedatangan kedua orang tuannya yang sudah lama tak pula.
Pernikahan yang dilakukannya dengan kebohongan ini setidaknya memiliki hikmah, kedua orang tuannya memiliki alasan untuk pulang.
"Oh, Abi .... Bagaimana dengan kaki mu? apa baik-baik saja." Sedikit nada khawatir dalam suara Widya.
"Aku baik-baik saja."
Mereka masuk ke dalam rumah bersama-sama, Ayu mendorong kursi roda kakaknya. Para pelayan membantu membawakan barang-barang Indra dan Widya yang tak terlalu banyak.
"Papa akan mencarikan dokter terbaik untuk merawat mu." Suara Indra terdengar.
"Iya, jangan sampai kelumpuhan mu menjadi bahan pembicaraan dan menjadi kekurangan mu di masa depan." Timpal Widya sangat setuju dengan perkataan suami, berita kelumpuhan anaknya saja sudah menjadi perbincangan hangat di kalangan sosialita. Sedikit tidaknya ada yang mencemooh mengenai kelumpuhan anaknya, membuat citra baik tanpa celah yang sedari lama ia bangun hilang begitu saja. Untung saja mulut mereka bisa ditutupi dengan barang-barang branded membuat citranya tidak terlalu buruk.
Baik Abimayu atau pun Ayu tidak merespon lagi. Membiarkan kedua orang tuannya asik berbicara masalah mereka masing-masing.
"Oh ya, mama membelikan hadiah untuk kalian berdua. Ada di bag itu, ambil saja." Ujar Widya berlalu ke dalam kamar berniat untuk istirahat, Ayu mengangguk singkat.
"Papa harap pernikahan mu di langsungkan dengan cepat, waktu papa dan mama singkat, ini saja banyak pekerjaan yang terbengkalai." Indra pun menyusul istrinya ke dalam kamar, meninggalkan kedua anaknya di ruang tamu yang masih ingin bersama keduanya.
Abimayu mengusap kepala Ayu, adiknya tampak murung. Dan perasaan Ayu sekarang bisa ia rasakan juga.
"Pergilah melihat hadiah yang dibawakan mama, pasti sangat bagus dan menarik." Laki-laki di atas kursi roda itu berusaha mengalihkan raut suram di wajah Ayu.
"Tidak, aku akan ke kamar saja untuk istirahat. Kakak bisa melihatnya terlebih dahulu." Ayu berusaha memberikan senyum, lalu berlalu ke kamarnya juga.
Abimayu menatap punggung mungil itu yang semakin lama menghilang, selalu saja begini ketika kedua orang tuannya pulang. Tetapi mereka berdua juga selalu saja berharap kedua orang tuanya mau menghabiskan waktu bersama mereka, dan ujung-ujungnya rasa kecewa selalu mereka rasakan.
"Huft!" Abimayu menghela napas gusar, ia meraih ponsel pintarnya. Lalu melakukan panggilan dengan inisial 'My Love'.
"Hallo." Suara Maya menggema, secercah senyuman terbit di bibir Abimayu. Suara yang terdengar begitu menenangkan, suara yang beberapa tahun ini selalu memberikan semangat. Suara dari perempuan yang selama ini selalu memberikan kebahagiaan yang tidak pernah ia dapatkan dari yang namanya keluarga.
*****
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Hasan
buset katanya CEO tp kok bego amat ya😑😑
2023-04-29
5
anray
gregeten ma abimayu,jadi cowok kok begonya naudzubilah
2023-02-21
3
Nazra Rufqa
Semoga saja Nayla tidak masuk jebakan Maya
2023-02-20
2