Di ruangan gedung pencakar langit Arthama Company, suasana begitu menegangkan. Atasan mereka yang selalu tampak tenang dan humoris berubah mengerikan.
Tubuhnya yang tegap dengan sorot mata tajam mampu membuat mereka merasa terintimidasi hanya dengan tatapannya, apalagi kini kejahatan mereka dibongkar di tengah seluruh pegawai perusahaan.
Rasa malu menghinggapi, tapi lebih dominan rasa takut dan bersalahnya atas apa yang telah mereka lakukan.
Arsyad sang bos besar datang ke perusahaan dengan amarah. Bukan karena kerugian yang dialaminya, tapi karena pengkhianatan yang dilakukan para pegawainya yang sudah ia beri kepercayaan.
Beberapa jam yang lalu ia mendapati data-data penggelapan dana perusahaan, dan setelah ditelusuri data-data itu memang benar adanya.
Masalah dengan Barra atas perlakuannya terhadap sang putri, ia anggap sebagai masalah pribadi dan tidak mencampur baurkan dengan orang-orang yang Barra rekrut. Tetapi melihat pengkhianatan mereka yang sama dengan Barra membuat ia naik pitam, dan hari ini para pegawai itu di pecat serta berakhir di blacklist.
“T-tolong Tuan, jangan masukkan kami ke dalam daftar hitam. Bagaimana nasib kami selanjutnya jika semua perusahaan tidak mau lagi menerima kami,” ujar salah satu dari mereka menyesal, sedari tadi mereka sudah bersimpuh dan memohon. Dan itu semua dilihat oleh pegawai lainnya, bisik-bisik tak mengenakan mulai terdengar.
“Mereka pantas mendapat itu, terutama tuan Barra. Dia bertindak seperti atasan memarahi ku. Menyuruh tim kami membuat laporan dalam waktu tiga jam.”
Para pegawai yang melihat bagaimana Barra mendapatkan karma beserta orang-orangnya, merasa sangat puas dan dendam mereka terbalaskan.
“Tu-tuan kami mohon maaf, Tuan. Semua itu kami lakukan dengan keterpaksaan atas perintah tuan Barra.”
“Iya, Tuan. Maafkan kami, kami tidak akan mengulanginya dan akan bertanggung jawab atas apa yang kami perbuatan. Tolong jangan masukkan kami ke dalam daftar hitam.” Mereka tidak meminta agar tidak dipecat karena tentu menyadari seberapa besar kesalahannya, tapi setidaknya nama mereka tidak masuk ke dalam blacklist perusahaan.
Permohonan mereka seperti angin lalu saja, Arsyad tidak berniat menarik kembali ucapannya, apalagi mengubah keputusannya yang sudah bulat. Ia pun berbalik badan menuju ruangannya, setelah memperingati para pegawai lain untuk tidak berbuat ulah.
Orang-orang Barra menghela napas tertahan, menyesali perbuatan mereka yang mengikuti keinginan dan termakan omongan manis laki-laki itu. Hasil penggelapan dana perusahaan yang mereka lakukan sudah dihabiskan. Kini dana itu diminta untuk dikembalikan, kalau tidak mereka akan mendekam dipenjara dalam waktu yang cukup lama. Segala sumpah serapan serta nama di kebun binatang mereka layangan pada Barra.
Suasana perusahaan berbanding terbalik di kamar Nayla, perempuan itu kini tengah menikmati waktunya dengan menonton film kesukaannya juga beberapa cemilan yang telah ia siapkan.
Tawa dan senyum hambar terlihat dari bibirnya, sejujurnya ia hanya ingin mengalihkan pikirannya atas keputusan yang telah ia ambil. Baru saja perempuan itu memutuskan hubungan persahabatannya dengan Maya secara resmi. Awalnya berjalan dengan baik, perbincangan ringan terjadi, tapi akhirnya Maya malah memaki dirinya. Mengatakan segala hal yang membuat Nayla bimbang.
Apakah perlakuan buruk dari Maya selama ini adalah karena kesalahan dirinya sendiri? Pertanyaan itu terus terngiang-ngiang di benak Nayla. Ia kembali teringat dengan perkataan Maya di cafe tadi.
“Ck, sebenarnya aku tidak pernah menganggap kau sebagai sahabat ku. Tidak pernah!” Nayla tertegun kala itu, padahal ia sudah menganggap Maya lebih dari sahabat, menjadikannya sebagai saudara sendiri dengan tulus.
“Kau hanya menjadikan ku bahan perbandingan dengan segala kesempurnaan mu, menganggap ku sebagai seseorang yang selalu patut dikasihani.”
Setiap berjalan berdampingan dengan Nayla, orang-orang selalu membandingkan keduanya, mulai dari kasta, sikap, penampilan, dan masih banyak lainnya. Bahkan tak jarang ia mendapatkan cemoohan, mengatakan ia tak pantas bersanding dengan Nayla yang bagaikan langit dan bumi.
“Memberikan aku segala sesuatu yang seolah aku tidak bisa mendapatkannya sendiri ..., menolak pemberian ku karena itu barang murahan!” Cerca Maya menggebu.
Nayla terlihat mengernyit, sama sekali tidak bermaksud seperti itu. Ia memberikan sesuatu pada Maya karena perempuan itu sendiri yang menginginkannya, memberikan ia gambaran yang jelas agar ia memenuhinya. Bahkan bisa dibilang saat itu ia dimanfaatkan, tapi pikiran itu sama sekali tak terbesit dalam benak Nayla. Dan perempuan itu menolak pemberian Maya karena tak ingin sahabatnya membuang uangnya dengan hal yang percuma. Itu saja, tidak ada yang lain. Apalagi seperti yang Maya katakan barusan.
“Sayang kenapa melamun?” Nila tiba-tiba membuyarkan lamunan putrinya itu.
“Mama, kapan masuk?” tanya Nayla langsung masuk dalam pelukan ibunya.
Entahlah, perasaannya tidak menentu sekarang. Tapi yang pasti ia membutuhkan pelukan dari ibunya.
Nila yang merasa putrinya tengah bersedih karena dikhianati oleh mantan calon suami serta sahabat terdekatnya, hanya bisa mengusap kepalanya lembut.
“Sabar ya sayang, mungkin dia memang bukan orang yang tepat buatmu. Kadang kala dalam hidup ini kita memang akan menemui orang yang salah, bisa jadi sekali, atau bahkan berulang kali. Sampai nanti kamu benar-benar menemukan orang yang tepat menurut mu. Jadi tak usah terlalu dipikirkan, masalah jodoh sudah ditentukan oleh Yang Kuasa.”
Dengusan napas Nayla terdengar lain, siapa juga yang memikirkan batu bara itu. Ia juga tak lagi memikirkan Maya, sang mantan sahabat. Ingatan kejadian di kehidupan sebelumnya membuat ia kembali pada tujuan awalnya, membuat mereka merasakan apa yang ia rasanya. Apalagi motif Maya yang ingin mencelakai kedua orang tuanya sudah sangat jelas.
Nayla mengepalkan tangan dibalik pelukan ibunya. Ia menerka, kalau sekarang pasti Abimayu sudah mendapatkan bukti scandal pengkhianatan kekasihnya itu. Entah bagaimana reaksi lelaki itu.
Abimayu sendiri baru saja keluar dari rumah sakit, kini ia menuju kediamannya bersama sang adik juga kekasihnya Maya.
Maya mendorong kursi roda Abimayu dengan telaten setelah mereka memasuki mansion mewah keluarga Bhaskara, para pelayan menyambut mereka dengan suka cita. Mengucapkan syukur karena tuan mereka diberikan keselamatan setelah kecelakaan maut.
“Sekarang istirahatlah dengan baik, aku akan kembali ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaanku dan setelah itu kembali ke sini.” Ujar Maya dengan lembut setelah menaikkan Abimayu ke atas ranjang, penyesalan tergambar jelas di raut wajahnya karena tidak bisa menemani sang kekasih.
“Seharusnya kau tak perlu repot-repot menjemput ku pulang.” Abimayu membelai wajah Maya dengan lembut, dibalas kecupan hanya dari perempuan itu.
“Mm-mm... tak ada kata repot untuk kekasih ku.” Maya menggeleng, dan kembali mengecup hangat telapak tangan Abimayu.
“Love you.”
“Love you too,” balas Maya, lalu ia pun pamit kembali ke kantor.
Setelah kepergian Maya, seorang pelayan mengetuk pintu kamar Abimayu. Dan pemilik kamar itu mempersilakan masuk.
“Maaf, Tuan. Ada kiriman untuk Anda.” Pelayan itu menyodorkan map coklat pada Abimayu.
“Dari siapa?”
“Maaf, Tuan. Pengirim tidak menyertakan nama.”
Setelah mengatakan itu, pelayan keluar atas perintah. Menyisakan Abimayu dengan map coklat yang entah isinya apa.
Abimayu perlahan membuka map coklat itu, dan seketika tatapannya menjadi dingin melihat isinya.
*****
Akhirnya bisa up lagi, maaf beberapa hari sudah hilang.... Semoga kakak-kakak masih setiap membaca, dan terima kasih atas dukungannya❤
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
ria aja
syukur deh abimayu dpt kriman dr nay jiga
2023-04-17
2
Nazra Rufqa
Kayaknya Maya irinya selangit deh, hadeuhhh🤦♀️
2023-02-16
2
anray
tetep ditungguin dong upnya dan tengkiyu 😘😘😘
semoga abimayu percaya dengan bukti perselingkuhan maya,,
2023-02-16
5