Keadaan yang Berubah

Untuk menghindari kecelakaan kedua orang tuanya, Nayla memikirkan segala cara untuk mengubah keadaan itu. Dan tidak ada cara lain selain melarang mereka untuk pergi.

Dan di sinilah dia, di ruang televisi bersama kedua orang tuanya. Arsyad dan Nila terlihat duduk saling berdempetan dengan mamanya yang menyimpan kepala di bahu sang papa. Sedang Nayla sendiri, memaku dagu melihat aksi mesra kedua orang tuanya yang tidak kenal umur. Mulutnya hampir berbusa, melarang keduanya untuk pergi. Namun, tidak didengarkan.

Malas berbicara tanpa di respon, Nayla merebut remote teve yang berada di dekat papanya lalu mematikan benda elektronik itu. Ia memisahkan kedua orang tuanya, merangsek duduk di tengah. Terlihat diapit oleh kedua orang tuanya.

"Sayang, itu tempat banyak... kenapa sempit-sempit di sini." Nila membelai rambut bergelombang anaknya.

"Iya, sana duduk di tempat mu. Jangan ganggu orang tua, kaya nggak ada kerjaan lain." Arsyad berusaha membangunkan anaknya, ia masih mau bersama sang istri sebelum hari padatnya kembali.

"Akhhh, Papa... nggak mau. Nay mau di sini." Nayla memberontak tidak mau bangun. "Siapa suruh cuekin Nay dari tadi." Sungut perempuan itu.

"Papa tidak bisa tidak pergi sayang, itu pertemuan penting. Dan mama juga harus ikut." Mamanya yang menjawab.

"Tidak, Mama sama Papa nggak boleh ke mana-mana. Lagi pula pernikahan Nay tinggal beberapa hari lagi," tegasnya. "Pertemuannya suruh orang lain saja yang menggantikan, atau batalkan sekalian. Papa tidak akan bangkrut seketika jika tidak menghadiri itu. Aku tidak mau Papa sama Mama ninggalin Nay." Suara Nayla tercekat di akhir, tak sanggup ia mengatakan itu. Perpisahan di kehidupan pertamanya sungguh menyakitkan, dan itu tidak boleh terulang kembali.

Kedua orang tuanya terdiam, saling menatap, dan berakhir pada anak semata wayangnya yang kini berkaca-kaca.

"Sebegitu tidak inginkah Papa dan Mama pergi?" Nayla mengangguk cepat, dengan mata memelas. "Padahal kemarin-kemarin kamu biasa aja kalau mau ditinggalkan." Nayla diam.

Itu kejadiannya beda Pah, kalian akan beda alam dengan ku! Ingin Nayla berteriak seperti itu, namun tertahan di tenggorokan. Lagi pula jika dijelaskan kedua orang tuanya tidak akan percaya.

"Baiklah, Papa sama Mama tidak akan pergi." Putus Arsyad kemudian. "Kamu benar, harta Papa dan Mama tidak akan habis bahkan sampai tujuh turunan pun." Lanjutannya bergurau, memperbaiki suasana hati anaknya.

"Benaran Pah, nggak jadi pergi?!" Papanya mengangguk, membuat Nayla bernapas lega.

"Yei, sayang kalian berdua." Ungkap Nayla tulus.

"Kami juga menyayangimu." Arsyad dan Nila memeluk anaknya, mereka bertiga pun saling berpelukan.

"Eh, bentar-bentar." Nayla melerai pelukan kedua orang tuanya, merasa ada yang menjulur dari hidungnya.

"Ada apa?" tanya Nila.

Nayla tanpa menjawab, meraih baju kaos papanya, lalu melap ingusnya.

"Ah Nay... jorok!" Arsyad refleks bangkit menghindar, tapi percuma saja karena cairan hijau nan kental itu sudah menempel di kaosnya.

Nila tertawa, menertawai suaminya lalu tingkah konyol anaknya. Ia ikut menghindar, takut bajunya juga dijadikan lap.

"Ei, ei... kalian mau ke mana? Ayo kita lanjut berpelukan." Teriakkan Nayla tidak dihiraukan oleh kedua orang tuanya.

*****

Dua hari berlalu.

Nayla tidak membiarkan orang tuanya ke mana-mana, bahkan Arsyad yang ingin pergi bekerja dilarang keras olehnya. Perdebatan ringan terjadi, itu karena Arsyad cepat mengalah.

Anaknya selalu menggunakan jurus memelas lalu mata berkaca-kaca, membuat tak tega melihatnya. Jadilah ia menuruti kemauan anak semata wayangnya.

Nayla tentu bukan tanpa sebab melakukan itu, karena bisa jadi papanya mengalami kecelakaan ketika hendak menuju kantor dan berakhir the end. Membayangkannya Nayla sudah ngeri sendiri.

"Nona...."

"Astaga Lis, kau mengagetkan ku." Lamunan Nayla tentang kecelakaan kedua orang tuannya hari ini di masa lalu seketika tersadarkan oleh Elis.

"Maaf, Nona. Saya hanya ingin menyampaikan kalau orang-orang yang direkrut oleh tuan Barra bersama-sama melakukan penggelapan dana perusahaan." Beritahu Elis, ia sudah mendapatkan bukti yang akurat disertai dengan data-data.

Mata Nayla membola, "Benarkah, siapa saja?"

Elis memberikan data-data itu dalam dokumen yang sudah di print, Nayla memeriksanya dengan baik.

"Sepertinya papa terlalu mempercayai Barra sampai hal sebesar ini terabaikan." Gumam Nayla.

"Dan Anda juga, Nona." Timpal Elis, ia bisa melihat ketidaktulusan Barra pada Nayla dan keluarga ini. Tetapi tidak ada yang mau mendengarkannya, lagi pula ia tidak memiliki bukti saat itu.

"Ya maaf, aku mengabaikan nasehatmu dulu. Sepertinya mataku terlalu ditutupi oleh cinta." Jawab Nayla. "Tapi tidak lagi untuk sekarang."

Nayla memeriksa lagi dokumen itu dengan seksama, sembari mendengarkan Elis yang menyampaikan beberapa hal informasi yang diminta Nayla kemarin.

"Oh ya, Nona. Informasi mengenai Abimayu saya belum dapatkan, bisa Anda sebutkan nama lengkapnya, karena banyak sekali yang bernama Abimayu."

Iya juga, Abimayu siapa?

Nayla sendiri juga tidak tahu, yang jelas orang itu adalah kekasih Maya. Ia sempat melihat keduanya berjalan bermesraan dan Maya bergelayut manja pada lengan lelaki yang entah siapa Nayla tidak tahu. Hanya mendengar namanya dari Barra.

Dan ketika keheningan itu terjadi, televisi yang sengaja dinyalakan di dalam kamar Nayla dengan volume kecil menyebut nama itu. Nayla menyambar remote teve, lalu membesarkan volumenya. Elis juga mengalihkan pandangannya pada televisi.

"Breaking news seorang pengusaha muda terkemuka, Abimayu Bhaskara direktur utama Bhaskara Compeny mengalami kecelakaan di jalan—" Penyiar itu menyiarkan beritanya langsung di lokasi.

"Itu jalan yang seharusnya tuan dan nyonya lewati." Ucap pelan Elis, menutup mulutnya. Sekaku apapun Elis ia masih memiliki ekspresi lain, apalagi ketika melihat kecelakaan hebat yang terpampang di layar.

Nayla tidak lagi mendengarkan berita itu, ia sudah berlari keluar dari kamar untuk mencari kedua orang tuanya.

"Mah, Pah...." Panggilnya dengan sedikit berteriak.

"Ada apa?" Mamanya datang tergesa-gesa, baru saja dari dapur.

Tanpa menjawab, Nayla langsung berhamburan memeluk mamanya dengan mata yang memerah.

"Papa mana? Nggak pergi ke mana-mana kan?" Nayla melerai pelukan.

Takkk...

"Kamu ini kenapa berteriak, Papa sampai meninggalkan rapat."

Arsyad memukul kepala anaknya dari belakang, teriakkan nya sampai terdengar dilantai dua ruang kerjanya. Rapatnya yang sedang berlangsung lewat video conference, ia tinggalkan begitu saja. Dan turun tergesa-gesa, mengira terjadi sesuatu.

"Pah, sakit." Anak itu berbalik, mengaduh sakit.

"Mana Papa bisa ke mana-mana jika kunci pagar kamu sembunyikan." Semprot Arsyad.

Anaknya tampak mengingat sesuatu, dengan wajah polos di sunggukkan.

"Eh iya juga ya... hehehe...." Ia pun tertawa menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Nila dan Arsyad memutar bola mata jengah. Anak siapa ini, kenapa kepribadiannya jauh sekali dengan mereka berdua. Keduanya pun meninggalkan Nayla yang masih dongok.

Nayla sendiri masuk ke kamarnya, laki-laki yang mengalami kecelakaan itu adalah laki-laki yang ia cari. Orang yang disebut oleh Barra, yang berjalan bersama Maya. Ia mengenali wajahnya di kehidupan sebelumnya.

*****

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Shenaylin..😌😌

Shenaylin..😌😌

😂😂😂😂😂

2024-08-19

0

ria aja

ria aja

next

2023-04-17

1

A R

A R

napa bkn duo penghianat aja yg kecelakaan

2023-01-30

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!