S1 | Menata Masa Depan

Tak apa jika sesekali kamu merasa terluka, terbakar, dan lelah. Namun, saat itu semua selesai, kamu harus kembali lagi pada peraduanmu, jangan biarkan kesempatan itu melewatimu begitu saja. Lupakan apa yang ada di masa lalumu, cukup jadikan pelajaran dan jangan berlarut di dalamnya. Ada masa depan yang menantimu di depan mata.

"Bil.. Bangun dong! Udah mau subuh nih!" Ashila bangun lebih dulu, dia membangunkan Nabila untuk melancarkan aksinya.

"Hmm.. Apa sih, Cil! Gue baru merem ini, udah lu bangunin aja!" kesal Nabila.

"Ehhh..! Udah cepet bangun! Gue pengen bikin sarapan buat kita semua," ucap Ashila membuat Nabila membuka matanya dengan paksa.

"Gilak lu ye! Udah balik tengah malem, sekarang gangguin gue cuman mau bikin sarapan! Liat dong jam di dinding, jam 3 pagi mah sahur bukan sarapan!" omel Nabila, membuat Ashila cemberut dan menghela nafas berat.

"Udah sana! Gue masih ngantuk Ashila binti Solihiiiinnn..!"

Nabila kembali memejamkan matanya, namun sikap Ashila yang seperti itu membuat Nabila tak tega. Dia kembali membuka selimutnya dan menoleh pada Ashila.

"Jadi apa mau lu?!" tanya Nabila membuat Ashila lompat kegirangan.

"Gue mau bikin sarapan special! Mmm.. Gue mau nyoba sedikit buat buka hati gue perlahan," lirih Ashila.

"Alhamdulilah.. Bismillah aja, Cil. Insya Allah kalo jodoh gak akan kemana, pasrahkan aja semuanya sama Allah ya!"

Nabila memeluk Ashila, lalu mereka bersiap ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Posisi dapur memang terhalang oleh ruang tengah, disanalah Riki dan Defri tertidur. Karena Arya dan dokter Andra di sofa ruang tamu.

'Yaa Allah, ampunilah dosaku. Karena terlalu mencintainya, hamba lupa untuk mencintai-Mu lebih dari cintanya. Mungkin ini adalah teguran darimu, hamba janya berharap agar dia selalu bahagia dalam hidupnya. Karena bagi hamba, kebahagiaannya sudah cukup,' lirih Riki dalam do'anya.

Deg!

Nabila dan Ashila terdiam, mereka bisa melihat dan mendengar dengan jelas do'a yang dipanjatkan oleh Riki. Cukup lama mereka terdiam dengan pikirannya masing-masing.

"Bil, kita kan mo ke dapur! Bukan ngintip si Abang!" Ashila menarik lengan Nabila.

Akhirnya mereka berdua berada di dapur. Ashila berniat akan membuatkan nasi goreng kuning kencur, menu sarapan yang selalu ada dirumah keluarga Ashila. Sedangkan Nabila membuatkan sambal tempe, makanan yang sejak dulu sangat di sukai oleh Riki.

"Ekhem!" Riki berdehem membuat keduanya terperanjat kaget.

"Astagfirullah!" pekik Nabila dan Ashila bersamaan.

"Hehehe, maaf! Tapi Abang boleh minta minum? Abang haus.." ucap Riki.

Nabila terdiam cukup lama, hingga Ashila menyenggol lengannya. "Itu minta minum! Malah di anggurin," omel Ashila.

Dengan sedikut gugup, Nabila menuangkan air putih kedalam gelas dan ditambahkan dengan sedikit air hangat.

"Kamu masih inget kebiasaan Abang," Riki menerima gelas dari Nabila dan ucapan Riki membuat Nabila kembali terdiam dan hanyut dalam pikirannya masing-masing.

Usai minum, Riki kembali ke ruang tengah dan memejamkan mata. Sedangkan Nabila dan Ashila kembali bergelut dengan masakan masing-masing. Pukul 4.30 pagi, adzan subuh berkumandang. Bu Halimah terbangun, dia mencium wangi masakan.

"Masya Allah, rajin bener! Mau ke sawah? Jam segini dah masak aja!" ledek Bu Halimah.

"Tau nih, Bu? Acil lagi kesambet jurig masak! Makanya dia semangat banget," Nabila menimpali ledekkan Bu Halimah.

"Katanya suruh cari jodoh! Pan ini bagian dari perjalanan mencari jodoh!" jawab Ashila dengan asal. Hingga membuat mereka terkekeh.

"Udah adzan ya? Sholat berjama'ah aja, soalnya kalo ke mesjid kesiangan!" ketiganya terdiam saat mendengar obrolan dokter Andra dan Riki.

Mereka pun bersiap untuk sholat berjama'ah, kecuali Aisyah yang belum juga keluar dari kamarnya. Padahal sudah berulang kali, Nabila dan Ashila membujuknya. Akhirnya mereka sholat subuh berjama'ah dan dokter Andra yang menjadi imamnya.

Bu Halimah menitikkan airmata saat mendengar lantunan merdu suara dokter Andra, ini adalah hal yang tidak pernah dia lakukan saat bersama mantan suaminya dulu. Rasa kagum dalam dirinya terhadap dokter Andra semakin dalam. Hanya saja, perempuan dengan trauma di masalalu ini memiliki ketakutan untuk menjalin hubungan baru.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Dokter Andra, Riki dan Defri melanjutkan dengan dzikir pagi. Begitupun ketiga perempuan yang menjadi imamnya.

Diruang tamu, Arya menatap pedih suasana itu. Begitu pun Aisyah yang baru saja keluar dari kamarnya. Tanpa sengaja, mata keduanya bertemu dan memancarkan kepedihan yang mendalam.

'Andai saja.. Kita tak berbeda..' batin Aisyah dan Arya.

Pagi itu, untuk pertama kalinya dalam hidup Bu Halimah merasakan kehangatan sebuah keluarga. Dimana meja makan ramai oleh anak-anak dan dokter Andra yang tengah bercanda tawa.

"Jadi Aluna sekarang TK ya?" tanya dokter Andra pada Aluna.

"Iya Om! Dede sekarang TK, sebentar lagi dede besar dan masuk SD kaya kakak. Tapi Dede gak mau sekolah, soalnya temen Dede nakal," gadis kecil itu mengungkapkan perasaannya.

"Lho kenapa gak mau sekolah? Memangnya Aluna gak punya cita-cita ya?" dokter Andra mengusap kepala gadis kecil itu dengan lembut. Sedangkan Bu Halimah hanya menyimak sambil menyiapkan piring.

"Punya dong! Dede mau jadi dokter, biar obatin Abah kalo sakit!"

"Hebat! Kaya Om dong, ya! Om kan dokter!" bangga dokter Andra. "Terus kenapa gak mau sekolah? Kalo jadi dokter itu harus sekolah dulu dong!"

Gadis kecil itu menunduk, dia terlihat seperti menahan airmatanya. "Dede malu, kata temen-temen, Dede gak punya Ayah. Soalnya temen-temen Dede dianter jemput sama Ayah, kalo Dede kan sama Pak Rahmat," akhirnya tangis gadis kecil itu pun pecah. Begitu pun dengan piring di tangan Bu Halimah yang terjatuh begitu saja ke lantai.

Ashila segera membersihkan pecahan piring itu, namun segera digantikan oleh Defri. "Biar Abang aja!"

"De Una! Bilang sama Kak Acil, siapa yang ngomong gitu?! Biar Kak Acil jewer telinganya sampe lepas!" kesal Ashila.

"Maafin Ibu ya, De. Ibu gak tau kalo Dede suka di ledekin temen-temen. Maaf ya, Nak!" Bu Halimah mencoba mengambil Aluna yang kini berada di gendongan dokter Andra. Namun gadis kecil itu menolak, dia semakin memeluk dokter Andra dengan erat.

"Om dokter, mau gak jadi Papa Una?" tanya gadis itu sambil menangis.

"Una! Udah dong! Kasian Ibu! Kok kamu gitu!" kesal Inara dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ssttt.. Udah.. Udah ya! Kasian Ibu, lho.. Liat Ibu jadi sedih," dokter Andra mengusap airmata di pipi Aluna dan mengusap kepala Inara dengan lembut.

"Sarapan pagi dulu! Setelah ini Om dokter mau ngobrol sama Ibu boleh?" tanya dokter Andra pada Alunda dan Inara. Kedua gadis kecil itu menganggukkan kepalanya.

Mereka sarapan dalam diam, karena kondisi semakin canggung. Pukul 07.00 pagi, Riki, Arya dan Defri harus kembali ke Kodam. Sedangkan ketiga gadis itu bersiap-siap untuk bekerja. Usai mereka pergi, dokter Andra mengajak Bu Halimah untuk bicara empat mata. Sedangkan Aluna dan Inara sudah diantarkan oleh Pak Rahmat, sopir keluarga Bu Halimah.

"Gimana mobil kamu? Masih suka mogok?" tanya dokter Andra berbasa basi.

"Mm.. Kayaknya sekarang enggak, kan tempo hari dibantu dokter buat service ke bengkel. Lagian saya gak begitu paham permobilan. Makanya mobil lebih sering dipake Pak Rahmat buat anter jemput anak-anak dan Emak sama Abah," jawab Bu Halimah.

"Jangan kaku begitu dong! Kita santai aja, enjoy ya, Neng Halimah!" ucap dokter Andra membuat pipi Bu Halimah memerah karena malu.

Sejenak keduanya terdiam, "Aku duda beranak 3, Neng. Kehidupan rumah tanggaku hancur karena orang ketiga. Mantan istriku, diam-diam bermain dibelakangku. Lebih ngeri nya, dia berselingkuh dengan petugas kebersihan ditempatnya bekerja. Bukan aku merendahkan, hanya saja aku yang merasa di rendahkan," ucap dokter Andra membuat Bu Halimah menoleh.

"Kaget ya? Sudah aku bilang, kisah kita sama, Neng! Hehehe..."

"Aku tau bagaimana rasanya, Neng. Bahkan rasa sakit itu mungkin akam sulit disembuhkan. Tapi jika kita tidak mencobanya, bagaimana kita bisa menata masa depan, bukan? Sekarang aku tanya, apa prioritas kamu?" dokter Andra menatap Bu Halimah dengan dalam.

"Prioritasku saat ini, cuman anak-anak. Dan yang aku utamakan hanyalah anak-anak," jawab Bu Halimah lalu menunduk.

"Kalo gitu.. Wujudkan keinginan anakmu, Aluna.. Aku mau jadi Papa mereka, bukan karena hal itu yang utama.. Tapi.. Hatiku memilih kamu sejak pertemuan pertama kita," ucap dokter Andra sambil meraih tangan Bu Halimah.

Jantung Bu Halimah berdegup kencang, begitu pun dokter Andra. " Tapi dok.. Maksud aku mm.. Apa semua itu mungkin? Aku gak tau harus jawab apa," lirih Bu Halimah.

"Gak usah di jawab sekarang, Neng Halimah. Sholat istikharah saja dulu, Aa juga akan ikhtiar. Bagaimana kalo minggu ini, Aa ajak Neng dan anak-anak juga anak-anak Aa buat liburan. Kebetulan Aa akan ada acara seminar di Tegal. Anggap saja sebagai latihan untuk mendampingi Aa nantinya. Apa Neng Halimah bersedia?" tanya dokter Andra yang mulai mengubah nama panggilannya.

"Aku harus izin dulu sama Abah sama Emak.. Sama anak-anak juga..Insya Allah kalo diizinkan, aku bersedia dampingi A Andra," jawab Bu Halimah membuat dokter Andra melompat kegirangan.

"Alhamdulillah, Yaa Allah! Insya allah kita menata masa depan bersama ya Neng Halimah!"

* * * * * *

YANG RINDU PART NYA BU HALIMAH DAN DOKTER ANDRA, MONGGO KOMEN 😚😚

Semoga suka dengan ceritanya...

Jangan lupa loh buat Like, Komen, Vote dan Favorite 🥰🙏🥰

Dukung Author terus ya!

Salam Rindu, Author ❤

Terpopuler

Comments

Mika Saja

Mika Saja

🤭🤭🤭🤭🤭Bu Halimah SM pak dokter LG kasmaran

2023-02-10

0

Chelsea Aulia

Chelsea Aulia

Qta berjalan menatap masa depan jadikan masalalu sebuah pelajaran yg berharga,, simpan tutup dan kunci masalalu yg menyakitkan,,, kejar lewat jalur langit dokter andra,,, semangat 💪💪
Lanjuuuuutttttt terusssssz kk author Rindu,,, yg semangat 💪💪💪💪 jga up nya

2023-02-10

0

Tha Ardiansyah

Tha Ardiansyah

Diiihhh ...neng Halimah malu-malu meong

2023-02-10

0

lihat semua
Episodes
1 S1 | NOSTALGIA
2 S1 | Ternyata, Kamu..
3 S1 | Ada apa dengan Nabila
4 S1 | Masalalu yang Indah
5 S1 | Bertemu Kekasih
6 S1 | Hati yang terluka
7 S1 | Buaya Rawa
8 S1 | Itulah Perempuan
9 S1 | Cara Mencintai
10 S1 | Tak bisa mengakhiri
11 S1 | Membuat Kenangan
12 S1 | Putar Waktu
13 S1 | Diluar Kendali
14 S1 | Haruskah?
15 S1 | Permintaan Maaf
16 S1 | Cinta Segitiga
17 S1 | Sampai Kapan?
18 S1 | Wanita yang kau pilih
19 S1 | Menata Masa Depan
20 S1 | Sebuah Kebetulan
21 S1 | Kebahagiaan kecil
22 S1 | Tak terlupakan
23 S1 | Hilang Tanpa Bilang
24 S1 | Menerima Kenyataan
25 S1 | Ikhlas
26 S1 | Perlahan tapi pasti
27 S1 | Mengapa Cinta
28 S1 | Perjodohan
29 S1 | Quality Time
30 S1 | Orang Baru
31 S1 | Kembali Pulang
32 S1 | Kehilangan
33 S1 | Seseorang dari masalalu
34 S1 | Aku masa depanmu..
35 S1 | Pertahankan Rasa
36 S1 | Obrolan 2 Lelaki
37 S1 | Menata Kembali
38 S1 | Nasehat Ibu
39 S1 | Permintaan Sulit
40 S1 | LDR
41 S1 | Cinta Berkedok Loker
42 S1 | Keputusan Nabila
43 S1 | Permintaan seorang Ayah
44 S1 | Liburan dan..
45 S1 | Merindunya
46 S1 | Ini bukan halusinasi..
47 S1 | Inilah Takdir
48 S1 | Lamaran untuk Ashila
49 S1 | Mak Haji ngamuk!
50 S1 | Usai
51 S1 | Harus di Halalkan!
52 S1 | Kebahagiaan Aisyah
53 S1 | Rindu Setengah Mateng
54 S1 | Kedua Kalinya
55 S1 | Cinta Terakhirku
56 S1 | Seperti senja
57 S1 | Persiapan pernikahan Aisyah
58 S1 | Nabila Ditinggalkan
59 S1 | Arti Sebuah Penantian
60 S1 | Hari Bahagia Aisyah
61 S1 | Memupuk Rindu
62 S1 | Perpisahan Sementara
63 S1 | Rahasia Besar
64 S1 | Bukan Operasi Biasa
65 S1 | Saat Terkabulnya do'a
66 Permohonan Maaf
67 S1 | Pernikahan Ashila dan Defri
68 S1 | Masih Harus Berjuang
69 S1 | Kenyataan Menyakitkan
70 S1 | Untukmu, Aku Bertahan
71 S1 | Kemotherapi
72 S1 | Akad Nikah
Episodes

Updated 72 Episodes

1
S1 | NOSTALGIA
2
S1 | Ternyata, Kamu..
3
S1 | Ada apa dengan Nabila
4
S1 | Masalalu yang Indah
5
S1 | Bertemu Kekasih
6
S1 | Hati yang terluka
7
S1 | Buaya Rawa
8
S1 | Itulah Perempuan
9
S1 | Cara Mencintai
10
S1 | Tak bisa mengakhiri
11
S1 | Membuat Kenangan
12
S1 | Putar Waktu
13
S1 | Diluar Kendali
14
S1 | Haruskah?
15
S1 | Permintaan Maaf
16
S1 | Cinta Segitiga
17
S1 | Sampai Kapan?
18
S1 | Wanita yang kau pilih
19
S1 | Menata Masa Depan
20
S1 | Sebuah Kebetulan
21
S1 | Kebahagiaan kecil
22
S1 | Tak terlupakan
23
S1 | Hilang Tanpa Bilang
24
S1 | Menerima Kenyataan
25
S1 | Ikhlas
26
S1 | Perlahan tapi pasti
27
S1 | Mengapa Cinta
28
S1 | Perjodohan
29
S1 | Quality Time
30
S1 | Orang Baru
31
S1 | Kembali Pulang
32
S1 | Kehilangan
33
S1 | Seseorang dari masalalu
34
S1 | Aku masa depanmu..
35
S1 | Pertahankan Rasa
36
S1 | Obrolan 2 Lelaki
37
S1 | Menata Kembali
38
S1 | Nasehat Ibu
39
S1 | Permintaan Sulit
40
S1 | LDR
41
S1 | Cinta Berkedok Loker
42
S1 | Keputusan Nabila
43
S1 | Permintaan seorang Ayah
44
S1 | Liburan dan..
45
S1 | Merindunya
46
S1 | Ini bukan halusinasi..
47
S1 | Inilah Takdir
48
S1 | Lamaran untuk Ashila
49
S1 | Mak Haji ngamuk!
50
S1 | Usai
51
S1 | Harus di Halalkan!
52
S1 | Kebahagiaan Aisyah
53
S1 | Rindu Setengah Mateng
54
S1 | Kedua Kalinya
55
S1 | Cinta Terakhirku
56
S1 | Seperti senja
57
S1 | Persiapan pernikahan Aisyah
58
S1 | Nabila Ditinggalkan
59
S1 | Arti Sebuah Penantian
60
S1 | Hari Bahagia Aisyah
61
S1 | Memupuk Rindu
62
S1 | Perpisahan Sementara
63
S1 | Rahasia Besar
64
S1 | Bukan Operasi Biasa
65
S1 | Saat Terkabulnya do'a
66
Permohonan Maaf
67
S1 | Pernikahan Ashila dan Defri
68
S1 | Masih Harus Berjuang
69
S1 | Kenyataan Menyakitkan
70
S1 | Untukmu, Aku Bertahan
71
S1 | Kemotherapi
72
S1 | Akad Nikah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!