S1 | Cara Mencintai

Hidup adalah siklus pasang surut, berkembang dan bertumbuh hingga akhirnya tiada. Maka isilah hidup sebaik yang kamu bisa, sebermanfaat yang kamu mampu. Sebelum kehidupan itu pergi dan terlepas.

"Ekhem!" dokter Andra berdehem, membuat Riki tersentak kaget.

"Ada apa ya, dok? Ibu saya baik-baik aja kan?" tanya Riki membuat dokter Andra tersenyum.

"Aman kok! Ibu kamu hanya kaget saja, hasil EKG nya juga bagus. Tinggal nunggu obat, setelah itu boleh pulang," jawab dokter Andra membuat perasaan Riki sangat lega. Untungnya, selama beberapa hari kedepan Riki belum mendapatkan tugas yang berarti sehingga dengan tepat waktu membawa Ibunya ke Rumah Sakit.

"Lalu ada apa, dok?" tanya Riki lagi, sebab dia merasa aneh saat melihat dokter Andra yang senyum-senyum sendiri.

"Tadi kamu minta nomornya Bu Halimah?" tanya dokter Andra dan Riki menganggukkan kepalanya.

"Boleh saya minta?" tanya dokter Andra lagi.

Riki menggelengkan kepalanya, "Maaf dok! Saya tidak bisa memberikan nomor ponsel orang lain tanpa seizin yang bersangkutan karena itu melanggar hak privasi beliau!" jawab Riki dengan tegas, membuat dokter Andra susah payah menelan ludahnya.

"Baiklah kalau begitu! Tapi... Saya rasa, saya punya banyak informasi mengenai Bila!" ucap dokter Andra yang kali ini membuat rasa penasaran dalam diri Riki membludak.

"Gini ya, dok! Saya benar-benar tidak bisa memberikan nomor ponsel Bu Halimah tanpa seizin beliau. Tapi kalau dokter mau, besok saya akan ke tempat kost Nabila. Barangkali dokter mau ikut menemani, sambil memeriksa kondisi Nabila!" ucap Riki.

"Oke! Saya ikut kamu besok! Sambil menunggu obat Ibu kamu selesai, mari kita ngobrol di ruangan saya!" dengan semangat dokter Andra menarik lengan Riki menuju ruangannya.

'Sambil menyelam minum air,' batin dokter Andra.

Kini keduanya sudah duduk saling berhadapan, keduanya berwajah sangat tegang seolah akan membahas sesuatu yang sangat amat penting.

"Jadi... Kamu ini siapanya Bila?" tanya dokter Andra. "Karena sebelum saya memberikan semua informasi ini, saya harus tau dulu siapa kamu sebenarnya. Karena selama 5 tahun Bila bekerja dengan saya, sekalipun saya belum pernah melihat kamu."

Riki menghela nafasnya dengan berat, "Dulu saya dan Ila sangat dekat. Dia adik kelas saya, saat itu Ila kelas 1 dan saya kelas 3. Saya bercita-cita untuk menjadi seorang TNI, selain itu adalah keinginan terakhir almarhum Ayah saya. Ila selalu menemani saya, latihan renang dan latihan fisik seperti berlari dan lainnya. Bodohnya saya, usai lulus sekolah dan diterima di Akmil, saya pergi begitu saja tanpa pamit. Kebahagiaan saya terlalu belebihan hingga tidak memiliki waktu untuk berpamitan. Karena saya sibuk mempersiapkan segala sesuatunya."

"Wah, tega sekali.. Ibaratkan semuanya layu sebelum berkembang. Bila pasti sangat kecewa dan itu bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilupakan," ucap dokter Andra membuat Riki menunduk lesu.

"Maka dari itu, dok! Saya ingin meluruskan semuanya, saya tidak ingin kesalahpahaman ini terus berlanjut. Dan saya tidak mau terus hidup dalam rasa bersalah dan dengan segala cinta yang terpendam ini. Selama Akmil, saat IB saya selalu memanfaatkan waktu untuk pulang. Tapi setiap kali saya ingin menemuinya, selalu saja ada halangan," Riki menjelaskan semuanya pada dokter Andra.

"Tapi menurut saya, semua itu percuma, Bro! Bila sudah tunangan.."

DEG!

Nyeri. Itulah yang dirasakan oleh hati Riki. Walaupun sejak lama dia sudah mempersiapkan diri jika mendengar hal ini, tapi tetap saja menyakitkan.

"Tak apa, dok! Kata orang, cinta bukan hanya memberi tapi juga menerima. Tapi cinta saya untuk Ila, hanya memberi tanpa menerima. Karena itulah cara saya mencintai Ila. Bagi saya, cukup mencintainya dan menyimpannya jauh di lubuk hati saya yang paling dalam. Karena yang saya utamakan hanyalah kebahagiaannya, bukan mempertahankan ego cinta saya," ucapan Riki membuat dokter Andra melongo tak percaya.

"Tapi, Bro!" dokter Andra hendak menyanggahnya tapi tak jadi karena mendengar ucapan Riki.

"Saya tidak peduli bagaimana pandangan dokter ataupun orang lain terhadap saya. Karena inilah cara saya mencintainya," ucap Riki.

"Hmm.. Saya paham! Tapi menurut saya, cara mencintai yang lebih baik adalah dengan memperjuangkan. Karena pada dasarnya wanita itu bersifat menunggu dan ingin dikejar. Bukankah sebelum janur kuning melengkung, semua hal bisa terjadi?" tanya dokter Andra.

Riki hanya terdiam dan berusaha mencerna segalanya. Karena hati dan pikirannya sedang tidak sejalan. Akhirnya obrolan itu diakhiri dengan bertukar nomor ponsel. Riki pun harus kembali bertugas dan mengantarkan sang Ibu pulang.

* * *

Ashila dan Aisyah baru pulang pukul 7 malam, karena jalanan cukup macet. Dan keduanya bergegas menuju kamar Nabila, karena mendapat pesan di grup jika Nabila sakit.

"Bil, lu kenapa?" tanya Aisyah khawatir.

"Ck! Oneng emang lu ye, Ais. Jelas-jelas si Mak haji bilang kalo ni anak GERD nya kumat! Kualat ama gue sih lu, Bil! Pake kaga sarapan segala," omel Ashila.

Sedangkan yang diomeli hanya diam dan melamun. Nabila hanya tersenyum sambil menahan airmata, hal itu membuat Ashila dan Aisyah saling pandang. Mereka tidak mengerti dengan situasi yang terjadi.

"Ini anak dua! Mandi sana! Pulang-pulang bukannya mandi, malah ngelayap ke kamar orang!" omel Bu Halimah sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Buset dah, kelilipan lu Mak haji?" tanya Ashila dengan polosnya.

Aisyah yang mengerti, segera menarik lengan Ashila untuk keluar. Dia tau jika Bu Halimah butuh waktu untuk bicara berdua dengan Nabila. Mereka hanya akan mendengarkan dari luar, karena Bu Halimah sengaja tidak menutup pintu dengan rapat.

"Kenapa sih si Bibil?" bisik Ashila.

"Diem dan dengerin aja!" omel Aisyah.

Bu Halimah mengusap pelan lengan Nabila dan gadis itu langsung berhambur memeluk Bu Halimah.

"Bibil harus gimana, Bu? Setiap abis ketemu dia, hati Bibil sakit, Bu. Entah apa penyebabnya," lirih Nabila.

"Bibil sayang.. Dengerin Ibu, Nak. Rasa sakit itu karena rasa cinta kamu sama dia terlalu dalam, mungkin saja ada hal yang belum kalian selesaikan. Maka dari itu, menurut Ibu sebaiknya kalian bertemu dan bicarakan semuanya baik-baik," ucap Bu Halimah menasehati.

"Gak ada yang harus diselesaikan, Bu. Karena sejak dulu, semuanya gak pernah dimulai. Lagi pula, Bibil harus menghargai perasaan A Farhan, bukan?" tanya Nabila dengan lirih.

"Setiap hubungan yang berkaitan dengan perasaan, harus diselesaikan, Bibil. Pernah memulai ataupun tidak, karena pada kenyataannya sejak dulu perasaan itu sudah kalian tanam terlalu dalam. Dan soal Nak Farhan, jangan pernah menjadikan dia sebagai pengobat lukamu, Bil. Karena mungkin, tanpa kamu tau, Nak Farhan juga baru pulih dari lukanya. Selesaikan dan bicarakan baik-baik dengan Nak Riki, baru kamu akan tau harus bersikap seperti apa dan bagaimana."

Nabila terdiam, "Ibu tau darimana namanya Riki?"

"Tadi dia minta izin sama Ibu untuk bicara sama kamu. Tapi Ibu gak izinkan, karena Ibu tau kalo kamu sedang tidak baik-baik saja, Bil. Jadi besok siang dia akan kesini. Bicaralah baik-baik, untuk memulai kehidupan yang baru, kamu harus menyelesaikan semua masalalu kamu, Bil. Jangan sampai, masalalu kamu menjadi penghalang langkah kamu dan Nak Farhan dimasa depan."

Nabila menganggukkan kepalanya, dia tau jika Bu Halimah tidak akan pernah memberikan saran yang salah. Sedangkan Aisyah dan Ashila saling menatap saat mendengarkan pembicaraan itu.

"Jadi bener, laki-laki itu yang diceritain si Bibil tempo hari!" ucap Ashila tak percaya.

"Itulah takdlir, Cil! Kita gak tau akan seperti apa kehidupan kita kedepannya, bahkan 2 menit kedepan pun kita gak pernah tau apa yang akan terjadi. Kita do'akan aja yang terbaik buat Bibil," Aisyah menarik nafas panjang.

Bagaimanakah pertemuan Nabila dan Riki esok hari?

* * * * *

Semoga suka dengan ceritanya...

Jangan lupa loh buat Like, Komen, Vote dan Favorite 🥰🙏🥰

Dukung Author terus ya!

Salam Rindu, Author ❤

Terpopuler

Comments

Lili Suryani Yahya

Lili Suryani Yahya

Always tnggu Mba

2023-01-29

0

Ismi Aristianka

Ismi Aristianka

selalu dibuat penasaran deh sama kisah iniii

2023-01-28

0

lihat semua
Episodes
1 S1 | NOSTALGIA
2 S1 | Ternyata, Kamu..
3 S1 | Ada apa dengan Nabila
4 S1 | Masalalu yang Indah
5 S1 | Bertemu Kekasih
6 S1 | Hati yang terluka
7 S1 | Buaya Rawa
8 S1 | Itulah Perempuan
9 S1 | Cara Mencintai
10 S1 | Tak bisa mengakhiri
11 S1 | Membuat Kenangan
12 S1 | Putar Waktu
13 S1 | Diluar Kendali
14 S1 | Haruskah?
15 S1 | Permintaan Maaf
16 S1 | Cinta Segitiga
17 S1 | Sampai Kapan?
18 S1 | Wanita yang kau pilih
19 S1 | Menata Masa Depan
20 S1 | Sebuah Kebetulan
21 S1 | Kebahagiaan kecil
22 S1 | Tak terlupakan
23 S1 | Hilang Tanpa Bilang
24 S1 | Menerima Kenyataan
25 S1 | Ikhlas
26 S1 | Perlahan tapi pasti
27 S1 | Mengapa Cinta
28 S1 | Perjodohan
29 S1 | Quality Time
30 S1 | Orang Baru
31 S1 | Kembali Pulang
32 S1 | Kehilangan
33 S1 | Seseorang dari masalalu
34 S1 | Aku masa depanmu..
35 S1 | Pertahankan Rasa
36 S1 | Obrolan 2 Lelaki
37 S1 | Menata Kembali
38 S1 | Nasehat Ibu
39 S1 | Permintaan Sulit
40 S1 | LDR
41 S1 | Cinta Berkedok Loker
42 S1 | Keputusan Nabila
43 S1 | Permintaan seorang Ayah
44 S1 | Liburan dan..
45 S1 | Merindunya
46 S1 | Ini bukan halusinasi..
47 S1 | Inilah Takdir
48 S1 | Lamaran untuk Ashila
49 S1 | Mak Haji ngamuk!
50 S1 | Usai
51 S1 | Harus di Halalkan!
52 S1 | Kebahagiaan Aisyah
53 S1 | Rindu Setengah Mateng
54 S1 | Kedua Kalinya
55 S1 | Cinta Terakhirku
56 S1 | Seperti senja
57 S1 | Persiapan pernikahan Aisyah
58 S1 | Nabila Ditinggalkan
59 S1 | Arti Sebuah Penantian
60 S1 | Hari Bahagia Aisyah
61 S1 | Memupuk Rindu
62 S1 | Perpisahan Sementara
63 S1 | Rahasia Besar
64 S1 | Bukan Operasi Biasa
65 S1 | Saat Terkabulnya do'a
66 Permohonan Maaf
67 S1 | Pernikahan Ashila dan Defri
68 S1 | Masih Harus Berjuang
69 S1 | Kenyataan Menyakitkan
70 S1 | Untukmu, Aku Bertahan
71 S1 | Kemotherapi
72 S1 | Akad Nikah
Episodes

Updated 72 Episodes

1
S1 | NOSTALGIA
2
S1 | Ternyata, Kamu..
3
S1 | Ada apa dengan Nabila
4
S1 | Masalalu yang Indah
5
S1 | Bertemu Kekasih
6
S1 | Hati yang terluka
7
S1 | Buaya Rawa
8
S1 | Itulah Perempuan
9
S1 | Cara Mencintai
10
S1 | Tak bisa mengakhiri
11
S1 | Membuat Kenangan
12
S1 | Putar Waktu
13
S1 | Diluar Kendali
14
S1 | Haruskah?
15
S1 | Permintaan Maaf
16
S1 | Cinta Segitiga
17
S1 | Sampai Kapan?
18
S1 | Wanita yang kau pilih
19
S1 | Menata Masa Depan
20
S1 | Sebuah Kebetulan
21
S1 | Kebahagiaan kecil
22
S1 | Tak terlupakan
23
S1 | Hilang Tanpa Bilang
24
S1 | Menerima Kenyataan
25
S1 | Ikhlas
26
S1 | Perlahan tapi pasti
27
S1 | Mengapa Cinta
28
S1 | Perjodohan
29
S1 | Quality Time
30
S1 | Orang Baru
31
S1 | Kembali Pulang
32
S1 | Kehilangan
33
S1 | Seseorang dari masalalu
34
S1 | Aku masa depanmu..
35
S1 | Pertahankan Rasa
36
S1 | Obrolan 2 Lelaki
37
S1 | Menata Kembali
38
S1 | Nasehat Ibu
39
S1 | Permintaan Sulit
40
S1 | LDR
41
S1 | Cinta Berkedok Loker
42
S1 | Keputusan Nabila
43
S1 | Permintaan seorang Ayah
44
S1 | Liburan dan..
45
S1 | Merindunya
46
S1 | Ini bukan halusinasi..
47
S1 | Inilah Takdir
48
S1 | Lamaran untuk Ashila
49
S1 | Mak Haji ngamuk!
50
S1 | Usai
51
S1 | Harus di Halalkan!
52
S1 | Kebahagiaan Aisyah
53
S1 | Rindu Setengah Mateng
54
S1 | Kedua Kalinya
55
S1 | Cinta Terakhirku
56
S1 | Seperti senja
57
S1 | Persiapan pernikahan Aisyah
58
S1 | Nabila Ditinggalkan
59
S1 | Arti Sebuah Penantian
60
S1 | Hari Bahagia Aisyah
61
S1 | Memupuk Rindu
62
S1 | Perpisahan Sementara
63
S1 | Rahasia Besar
64
S1 | Bukan Operasi Biasa
65
S1 | Saat Terkabulnya do'a
66
Permohonan Maaf
67
S1 | Pernikahan Ashila dan Defri
68
S1 | Masih Harus Berjuang
69
S1 | Kenyataan Menyakitkan
70
S1 | Untukmu, Aku Bertahan
71
S1 | Kemotherapi
72
S1 | Akad Nikah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!