S1 | Diluar Kendali

Sekeras apapun kamu berusaha untuk membersamainya, tidak akan pernah bersatu selama masih ada dua iman diantara kalian. Karena yang paling pedih adalah cinta segitiga, antara aku kamu dan Sang Maha Pencipta. Takdir bisa mengubah yang tidak cinta, menjadi cinta. Tapi cinta tidak bisa mengubah takdir, menjadi takdir.

"Sekarang jelasin sama saya, Arya! Apa pacar kamu itu gak tau kalo kamu Protestan?" tanya Defri begitu keduanya sampai di Rumah dinas.

"Iya, Def! Aisyah gak tau kalo saya non muslim, karena selama ini dia hanya tau kalau saya ini muslim," ucap Arya dengan lirih.

"Ini gak benar, Arya! Kamu sama saja menipu Aisyah! Gimana bisa dia gak tau kamu non muslim?! Sedangkan kamu bilang, dulu kalian ini satu sekolah!" geram Defri dengan sikap Arya.

"Karena selama ini yang dia tau, namaku Arya Wicaksana. Bukan Josephine Arya Wicaksana. Aku mencintai dia, Defri. Sangat mencintai dia. Sejak dulu, dan aku bahagia bisa bersamanya sekarang. Apakah semua itu salah?" tanya Arya menahan sesak dalam dadanya.

Defri menghela nafasnya panjang, "Salah, Arya! Apa kamu gak berfikir semua itu akan menyakiti Aisyah? Sekarang aku tanya, berapa persen kemungkinan kalian akan bersama?! Dan siapa yang akan mengalah? Kamu pikir Aisyah akan mau ikut agamamu? Atau kamu mau ikut agamanya?" berbagai pertanyaan yang Defri lontarkan membuat kepala Arya berdenyut nyeri.

"Aku akui, aku egois Def! Yang aku tau, saat ini aku hanya ingin membersamai Aisyah selama yang aku bisa. Walaupun mungkin nantinya kami akan berpisah, atau bahkan dia akan membenciku!" tegas Arya yang kekeh dengan pendiriannya.

"Kamu terlalu egois akan diri kamu, Arya. Kamu tidak pernah memikirkan luka sedalam apa yang akan dirasakan Aisyah, saat dia menaruh seluruh harapan dan ekspektasinya bersama kamu. Pikirkan kembali, apa kamu siap jika dia membencimu? Dan satu hal yang paling penting, apakah kamu siap melihat airmata yang mungkin akan dia keluarkan hanya untuk mempertahankan keegoisanmu!"

Defri pergi begitu saja setelah mengucapkan hal itu. Dia lebih memilih untuk menenangkan pikirannya yang tak habis pikir dengan pendirian sahabatnya itu. Defri pikir, Aisyah sudah mengetahui yang sebenarnya. Dan mereka menjalani hubungan yang terbuka, namun melihat sikap Arya yang seperti itu, Defri tidak bisa mendukung kembali hubungan keduanya. Apalagi hubungan itu akan membuat luka yang dalam untuk keduanya.

Dia berjalan kaki keluar dari Kodam dan berjalan hingga jalan Siliwangi. Hingga angkot kalapa-caheum lewat, dia naik begitu saja. Para penumpang didalam angkot saling berpandangan, mereka terpesona dengan tubuh Defri yang memang cukup atletis.

"Kiri, mang!" ucap Defri karena dia tak nyaman berada dalam angkot itu.

Tanpa dia sadari, dia berhenti tepat di depan Fotocopy Rindu. Dia akhirnya berjalan menuju SMPN 27 Bandung. Tempat dia pernah belajar selama beberapa bulan sebelum akhirnya dia pindah sekolah. Entah takdir, entah memang alur kisah dari Rindu Yuliana. Defri melihat Ashila yang sedang berdiri di depan gerbang SMPN 27 Bandung itu.

Sebenarnya, Ashila diminta untuk berbelanja bahan kue. Entah kenapa saat melintas dijalan itu, dia ingin sekali mengenang masa-masa indahnya dulu. Sebelum mengenal pedihnya patah hati.

"Itu adalah kelas dimana saya selalu menggoda kamu dan teman kamu," ucap Defri tiba-tiba dan mengagetkan Ashila.

"Astagfirullahaladzim!" pekik Ashila terkaget.

Defri terkekeh, "Sejak dulu kamu gak banyak berubah. Masih bawel dan sering ngomel-ngomel."

Ucapan Defri membuat Ashila menoleh dan memperhatikan laki-laki itu.

Deg!

"Sudah ingat?" tanya Defri sambil terkekeh.

"Lu? Emm maksud gue.. Maksud aku, kamu...."

"Muhammad Defri Rizky, pernah menggoda Ashila Cecilia Damayanti hingga jatuh cinta pada teman baiknya," ucap Defri sambil memberikan sebelah tangannya.

Ashila menyambut tangan itu, "Kok bisa? Jadi Kak Defri ngenalin aku?" tanya Ashila.

"Waktu awal sih enggak, tapi akhirnya aku bisa mengenali kamu di pertemuan kedua kita. Jadi... Apa kabar, Cila?"

"Ba-baik, Kak!" jawab Ashila gugup.

"Rasanya jadi aneh ya, soalnya tadi pagi aja kamu masih galak sama saya. Sekarang kok udah aku kamu aja," ucap Defri membuat pipi Ashila merona menahan malu.

"Saya rasa, takdir yang mempertemukan kita lagi. Mungkinkah kita ini jodoh?" tanya Defri membuat Ashila menahan nafasnya.

Tak dipungkiri, dulu Ashila pernah menaruh hati pada Defri. Hanya saja yang Defri tuju bukanlah dirinya, melainkan sahabat baiknya. Andai saja dia menyadari sejak awal, dia tidak akan mati gaya seperti sekarang.

"Kok diam?" tanya Defri membuat Ashila terperanjat kaget.

"Maaf ya, Kak. Atas sikap aku yang mungkin bikin Kakak kesel. Cuman emang aku gak terbiasa untuk digoda seperti itu," ucap Ashila tak enak hati.

"Tak apa Cila. Tapi.. Boleh panggil Mas aja? Sekarang kita bertemu saat sudah dewasa, rasanya aneh dipanggil Kakak. Karena kita bukan adik Kakak," Defri terkekeh.

"Bo-boleh, Kak! Eh Mas!"

Cukup lama keduanya terdiam, hingga akhirnya Defri mengajak Ashila untuk mengobrol di salah satu cafe yang tidak cukup ramai.

"Dunia sempit sekali, bukan? Kita bahkan bertemu diluar kendali kita sebagai manusia. Bahkan yang Mas tak sangka adalah, kamu bersahabat dengan Aisyah juga perempuan yang dicintai Bang Riki," Defri mencoba membuka obrolan agar suasana tak canggung.

"Mas benar, pertemuan ini diluar kendali kita sebagai manusia. Sebenernya sejak awal, aku pun sempat merasa tak asing dengan wajah Mas Defri. Cuman ya aku tepis sejak awal, daripada aku salah orang," ucap Ashila terkekeh.

"Kita bertemu seperti ini, apa gak ada yang marah?" tanya Defri, dia ingin sekali mengetahui status Ashila saat ini.

"Paling Bu Halimah yang marah! Soalnya aku diminta dia buat beli bahan-bahan kue, persiapan untuk pesanan minggu depan. Oh ya, Mas! Bukannya tadi kamu bilang mau tengok Bang Riki? Gak jadi?"

Pertanyaan Ashila tak bisa Defri jawab, dia pun tak mungkin menceritakan perdebatan yang terjadi antara dirinya dan Arya. Dia mengalihkan pembicaraan, agar Ashila tak berfokus pada alasan kepergiannya tadi.

"Kamu mau beli bahan kue dimana? Boleh Mas antar? Kebetulan sampai sore nanti, Mas gak ada kegiatan," Defri meminta izin pada Ashila.

"Boleh kalau Mas gak keberatan," jawab Ashila.

Mereka pun akhirnya pergi bersama, sambil sesekali mengenang tempat yang pernah mereka singgahi bersama saat remaja. Canda tawa dan bahagia, itu yang keduanya rasakan. Bahkan Ashila melupakan rasa sakit yang selalu tertinggal dalam hatinya.

"Mas Defri, kenapa dulu pindah sekolah?" tanya Ashila yang masih penasaran.

"Karena dulu, Papa Mas kan pindah tugas. Jadi ya mau gak mau, Mas harus ikut. Namanya juga anak Tentara, harus berpindah-pindah," jawab Defri.

"Iya ya, Mas. Tapi aku gak pindah-pindah, meskipun Papa sempat dinas luar kota. Aku tinggal sama Nenek dan Kakek disini," ucap Ashila membuat Defri mengerenyitkan dahinya.

"Jadi.. Kamu anak kolong juga? Sama kaya Mas?" kaget Defri.

"Iyalaaahhh...! Mas emang gak tau ya?" tanya Ashila dan Defri menggelengkan kepalanya.

"Oh iya, lupa! Kan dulu Mas ngejarnya Ajeng, bukan aku!" ucapan Ashila membuat keduanya tertawa.

"Tapi.. Sebenernya, dulu Mas suka kamu. Cuman kamu kan galak, jadi Mas agak serem juga. Kalo sekarang Mas bilang suka sama kamu gimana? Kamu mau ngejalin hubungan sama Mas?" tanya Defri membuat jantung Ashila berdegup kencang.

Hatinya kembali terasa perih, dia kembali mengingat kepergian sang kekasih. Itulah yang membuat Ashila menolak, jika seorang berseragam seperti Defri mendekatinya.

"Cila.. Mas mau merencanakan banyak hal dengan kamu. Mas mau menjalin hubungan yang serius sama kamu. Jangan kira, Mas bicara seperti ini hanya untuk main-main. Enggak Cila.. Mas serius.."

"Mas.. Aku pernah merencanakan banyak hal, tapi semua gak sesuai dengan apa yang diimpikan. Semakin hari, aku semakin disadarkan oleh keadaan. Sehebat-hebatnya kita merangkai asa, pasti ada yang jauh lebih hebat, Allah paling Maha Kuasa."

"Karena itu, bukannya aku gak mau punya harapan untuk kedepannya, Mas. Sekarang aku sedang belajar banyak hal tentang sebuah penerimaan. Perihal hati yang mampu menerima segala rencana yang sudah Allah tetapkan. Karena bagi aku, setinggi apapun harapan yang aku langitkan tidak akan pernah sampai, jika Allah tidak menghadirkan restu."

"Bagi aku sekarang, restu itu ada di kedua orang tuaku. Kalau emang Mas serius dengan ucapan Mas. Datangi mereka dan buat mereka menerima kamu dengan baik, Mas. Dan berikan aku waktu untuk menyembuhkan semua luka yang ada."

Defri terdiam, dia masih mencerna semua hal yang telah dia ucapkan. Begitu pula jawaban yang Ashila berikan.

"Baiklah, kita ikuti semua alur yang sudah Allah ciptakan. Karena semua ini diluar kendali kita sebagai manusia. Insya Allah saat Mas siap, Mas akan segera menemui kedua orang tuamu," ucap Defri dengan tegas dan hal itu membuat Ashila mati-matian menahan airmatanya. (BUSET DEFRI GERCEP YAK 🤣)

Ashila dan Defri akhirnya menyelesaikan belanjaan pesanan Bu Halimah. Ashila mengantarkan Defri hingga depan gerbang Kodam. Meskipun terasa canggung, namun keduanya mencoba untuk terbiasa.

"Hati-hati dijalan, terimakasih sudah mengantarkan Mas sampai sini. Minggu depan, kalau kamu tidak acara, Mas mau ajak kamu nonton," ucap Defri.

"Oke, Mas! Minggu depan aku tunggu kabarnya, kalo gitu aku pamit, ya! Assalamu'alaikum," pamit Ashila.

"Walaikumsalam, calon makmum!"

Ashila tak menjawab, dia melajukan motornya dengan perasaan yang tak menentu. Dia tak ingin luka yang mati-matian dia sembuhkan, akan semakin dalam. Maka dari itu dia tak ingin menaruh harapan dan ekspektasi yang terlalu tinggi. Karena trauma yang diberikan laki-laki sebelum Defri yang hadir dalam hidupnya.

* * * * *

Semoga suka dengan ceritanya...

Jangan lupa loh buat Like, Komen, Vote dan Favorite 🥰🙏🥰

Dukung Author terus ya!

Salam Rindu, Author ❤

Terpopuler

Comments

Mika Saja

Mika Saja

sy penasaran reaksi Aisyah klo tau Arya berbeda,trauma kehilangan butuh waktu untuk melupakan rasa sakitnya.....semangat mba rindu🥰🥰

2023-02-03

0

Lili Suryani Yahya

Lili Suryani Yahya

Dalam bnget yaaaa Lukanya Cila🤔🤔🤔

2023-02-03

0

Tha Ardiansyah

Tha Ardiansyah

menyembuhkan luka trauma memang susah, meskipun sembuh lukanya akan tetap membekas

2023-02-03

0

lihat semua
Episodes
1 S1 | NOSTALGIA
2 S1 | Ternyata, Kamu..
3 S1 | Ada apa dengan Nabila
4 S1 | Masalalu yang Indah
5 S1 | Bertemu Kekasih
6 S1 | Hati yang terluka
7 S1 | Buaya Rawa
8 S1 | Itulah Perempuan
9 S1 | Cara Mencintai
10 S1 | Tak bisa mengakhiri
11 S1 | Membuat Kenangan
12 S1 | Putar Waktu
13 S1 | Diluar Kendali
14 S1 | Haruskah?
15 S1 | Permintaan Maaf
16 S1 | Cinta Segitiga
17 S1 | Sampai Kapan?
18 S1 | Wanita yang kau pilih
19 S1 | Menata Masa Depan
20 S1 | Sebuah Kebetulan
21 S1 | Kebahagiaan kecil
22 S1 | Tak terlupakan
23 S1 | Hilang Tanpa Bilang
24 S1 | Menerima Kenyataan
25 S1 | Ikhlas
26 S1 | Perlahan tapi pasti
27 S1 | Mengapa Cinta
28 S1 | Perjodohan
29 S1 | Quality Time
30 S1 | Orang Baru
31 S1 | Kembali Pulang
32 S1 | Kehilangan
33 S1 | Seseorang dari masalalu
34 S1 | Aku masa depanmu..
35 S1 | Pertahankan Rasa
36 S1 | Obrolan 2 Lelaki
37 S1 | Menata Kembali
38 S1 | Nasehat Ibu
39 S1 | Permintaan Sulit
40 S1 | LDR
41 S1 | Cinta Berkedok Loker
42 S1 | Keputusan Nabila
43 S1 | Permintaan seorang Ayah
44 S1 | Liburan dan..
45 S1 | Merindunya
46 S1 | Ini bukan halusinasi..
47 S1 | Inilah Takdir
48 S1 | Lamaran untuk Ashila
49 S1 | Mak Haji ngamuk!
50 S1 | Usai
51 S1 | Harus di Halalkan!
52 S1 | Kebahagiaan Aisyah
53 S1 | Rindu Setengah Mateng
54 S1 | Kedua Kalinya
55 S1 | Cinta Terakhirku
56 S1 | Seperti senja
57 S1 | Persiapan pernikahan Aisyah
58 S1 | Nabila Ditinggalkan
59 S1 | Arti Sebuah Penantian
60 S1 | Hari Bahagia Aisyah
61 S1 | Memupuk Rindu
62 S1 | Perpisahan Sementara
63 S1 | Rahasia Besar
64 S1 | Bukan Operasi Biasa
65 S1 | Saat Terkabulnya do'a
66 Permohonan Maaf
67 S1 | Pernikahan Ashila dan Defri
68 S1 | Masih Harus Berjuang
69 S1 | Kenyataan Menyakitkan
70 S1 | Untukmu, Aku Bertahan
71 S1 | Kemotherapi
72 S1 | Akad Nikah
Episodes

Updated 72 Episodes

1
S1 | NOSTALGIA
2
S1 | Ternyata, Kamu..
3
S1 | Ada apa dengan Nabila
4
S1 | Masalalu yang Indah
5
S1 | Bertemu Kekasih
6
S1 | Hati yang terluka
7
S1 | Buaya Rawa
8
S1 | Itulah Perempuan
9
S1 | Cara Mencintai
10
S1 | Tak bisa mengakhiri
11
S1 | Membuat Kenangan
12
S1 | Putar Waktu
13
S1 | Diluar Kendali
14
S1 | Haruskah?
15
S1 | Permintaan Maaf
16
S1 | Cinta Segitiga
17
S1 | Sampai Kapan?
18
S1 | Wanita yang kau pilih
19
S1 | Menata Masa Depan
20
S1 | Sebuah Kebetulan
21
S1 | Kebahagiaan kecil
22
S1 | Tak terlupakan
23
S1 | Hilang Tanpa Bilang
24
S1 | Menerima Kenyataan
25
S1 | Ikhlas
26
S1 | Perlahan tapi pasti
27
S1 | Mengapa Cinta
28
S1 | Perjodohan
29
S1 | Quality Time
30
S1 | Orang Baru
31
S1 | Kembali Pulang
32
S1 | Kehilangan
33
S1 | Seseorang dari masalalu
34
S1 | Aku masa depanmu..
35
S1 | Pertahankan Rasa
36
S1 | Obrolan 2 Lelaki
37
S1 | Menata Kembali
38
S1 | Nasehat Ibu
39
S1 | Permintaan Sulit
40
S1 | LDR
41
S1 | Cinta Berkedok Loker
42
S1 | Keputusan Nabila
43
S1 | Permintaan seorang Ayah
44
S1 | Liburan dan..
45
S1 | Merindunya
46
S1 | Ini bukan halusinasi..
47
S1 | Inilah Takdir
48
S1 | Lamaran untuk Ashila
49
S1 | Mak Haji ngamuk!
50
S1 | Usai
51
S1 | Harus di Halalkan!
52
S1 | Kebahagiaan Aisyah
53
S1 | Rindu Setengah Mateng
54
S1 | Kedua Kalinya
55
S1 | Cinta Terakhirku
56
S1 | Seperti senja
57
S1 | Persiapan pernikahan Aisyah
58
S1 | Nabila Ditinggalkan
59
S1 | Arti Sebuah Penantian
60
S1 | Hari Bahagia Aisyah
61
S1 | Memupuk Rindu
62
S1 | Perpisahan Sementara
63
S1 | Rahasia Besar
64
S1 | Bukan Operasi Biasa
65
S1 | Saat Terkabulnya do'a
66
Permohonan Maaf
67
S1 | Pernikahan Ashila dan Defri
68
S1 | Masih Harus Berjuang
69
S1 | Kenyataan Menyakitkan
70
S1 | Untukmu, Aku Bertahan
71
S1 | Kemotherapi
72
S1 | Akad Nikah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!