S1 | Permintaan Maaf

'Belajar peka dan memahami keadaan, bahwa yang ditakdirkan Allah dalam hidupmu adalah suatu kebaikan untukmu, termasuk kehilangan. Dan kehilangan yang paling baik adalah kehilangan yang membuat dirimu semakin menemukan Allah.'

Ucapan terakhir dari almarhum Ayahnya masih terngiang di telinga Bu Halimah. Sudah dua tahun dia bercerai, tak lama setelah itu Sang Ayah berpulang ke rahmatullah. Bu Halimah terus mencoba tegar dan tetap bertahan, walaupun jiwa nya telah mati. Yang dia lihat hanyalah Inara dan Aluna, dua anak perempuan yang masih membutuhkannya. Namun ucapan dokter Andra sedikit mengusik hatinya, Bu Halimah berpikir jika dia pun salah karena sudah berucap seperti itu.

"Allah.. boleh aku istirahat sebentar? Aku lelah dengan semua orang, aku lelah dengan keadaan, bahkan aku lelah dengan diriku sendiri. Aku tidak menyerah, aku hanya lelah dan rasanya aku butuh waktu untuk tenang. Aku tidak akan berlari, aku hanya butuh waktu untuk diriku sendiri tanpa harus memikirkan ini itu yang selama ini cukup menguras energi," lirih Bu Halimah.

Aisyah dan Ashila merasa canggung dengan keadaan seperti ini. Tak disangka jika emosi Bu Halimah akan meledak hanya karena urusan percintaan Nabila yang seharusnya memang tak menjadi beban pikirannya. Hanya saja, bagi Bu Halimah, Nabila, Aisyah dan Ashila adalah anak-anak yang harus ia jaga dan ia dampingi.

"Bil.. Are you okay?" tanya Ashila menghampiri Nabila yang masih terdiam di rooftop.

"Gue capek, Cil! Akhir-akhir ini rasanya beban hidup gue terasa jauh lebih berat. Semenjak Bang Riki balik lagi ke hidup gue, rasanya kaya gue berperang dengan diri gue sendiri. Dulu gue fine-fine aja dengan sikap A Farhan yang emang selalu memfokuskan diri untuk kerjaan. Tapi gue juga butuh perhatian dan kasih sayangnya," lirih Nabila.

"Bil.. Gue enggak membenarkan itu semua, apapun itu alasannya.. Sekarang lu punya A Farhan sebagai tunangan lu, dan saran gue.. Bener kata dokter Andra, lu harus sholat istikharah biar lu gak salah pilih. Karena berumah tangga itu beda sama pacaran, Bil. Rumah tangga itu ibadah yang akan lu jalani seumur hidup. Sekarang gue tanya deh, gimana perasaan lu sebenernya ke A Farhan?" tanya Aisyah yang sedikit kesal dengan sikap Nabila.

Nabila menghela nafasnya, "Dulu, sebelum A Farhan hadir di hidup gue, rasanya semuanya semu. A Farhan datang menawarkan cinta dan kasih sayang, dan yang paling penting adalah di buat gue nyaman dengan semua sikapnya ke gue. Tapi setelah tunangan, sikap dia jauh 180 derajat ke gue. Awalnya dia perhatian banget dan selalu menjadikan gue prioritasnya. Tapi sekarang? Kalian tau sendiri, gue bukan prioritasnya dia."

"Lu sadar gak sih sama apa yang lu omongin? Dari kacamata gue, A Farhan itu lagi berjuang! Dia lagi memperjuangkan buat segera nikahin lu, Bil. Jangan hanya karena kedatangan masa lalu, itu semua bikin lu nutup mata dengan apa yang udah A Farhan lakuin buat lu!" kesal Aisyah.

"Buset! Ngapa jadi pada ribut gini sih?" bentak Ashila. "Ais, gue tau lu care sama hubungan si Bibil sama A Farhan! Tapi lu juga gak bisa maksain kehendak lu! Sekarang gue tanya, kalo hal itu yang terjadi sama diri lu, apa yang bakalan lu lakuin?"

"Contohnya! Kalo si Arya tiba-tiba ninggalin lu dan dia balik lagi setelah lu punya penggantinya, lu bakalan kaya gimana?" tanya Ashila membuat Aisyah terdiam.

"Lu juga harus tegas, Bil! Mau item ya item, mau putih ya putih! Jangan jadi abu-abu dan bikin semua orang pening! Belajarlah jadi perempuan yang tegas dan tegar! Libatkan Allah dalam setiap keputusan lu! Karena yang terbaik buat lu, belum tentu terbaik menurut Allah. Gue gak mau ya ada perdebatan tentang hal kaya gini lagi!" kesal Ashila dan meninggalkan keduanya.

Bukan apa-apa, Ashila tidak bisa diam saja ketika semua orang sibuk memperdebatkan urusan orang lain. Memang Nabila sahabatnya, tapi mereka seharusnya tidak mencampuri urusan Nabila sedalam itu. Seketika hatinya kembali berdeyut nyeri, setiap kehilangan yang dia alami memang meninggalkan trauma yang begitu dalam. Tapi sejak saat itu, dia belajar untuk menjadi perempuan yang kuat dan tegar.

Pagi harinya, Alunara kost dilanda keheningan. Bu Halimah dan Aisyah memang memasak sarapan pagi seperti biasanya. Namun keadaan menjadi canggung, karena tak ada percakapan seperti biasanya diantara mereka.

"Tunggu, Bil!" ucap Bu Halimah saat melihat Nabila bangkit dari duduknya.

"Kenapa, Bu?" tanya Nabila dengan pelan.

Bu Halimah memeluk tubuh Nabila dengan erat, "Maafin Ibu ya, Bil. Ibu salah karena udah terlalu banyak ikut campur masalah hidup kamu. Maafin Ibu.. Ib cuman gak mau, kalian merasakan sakit seperti apa yang Ibu rasakan."

"Bibil yang minta maaf sama Ibu. Maaf kalo ucapan Bibil melukai hati Ibu, tapi demi Allah.. Bibil gak bermaksud untuk melukai hati Ibu," Nabila membalas pelukan Bu Halimah.

"Tapi.. Ibu salah sama dokter Andra. Bibil paham, tapi dokter Andra enggak, Bu!" Nabila menggenggam erat tangan Bu Halimah.

"Ibu tau. Makanya hari ini, Ibu siapin sarapan lebih. Ibu mau temui dokter Andra buat minta maaf. Kira-kira jam berapa dia luang?" tanya Bu Halimah membuat Nabila kembali memeluknya.

"Nanti Bibil hubungi Ibu kalo dokter Andra udah luang, ya?" Bu Halimah menganggukkan kepalanya.

"Gitu dong berpelukan kek teletabis! Daripada kemaren saling teriak kek di wahana kereta misteri," celetuk Ashila membuat Bu Halimah membawa Aisyah dan Ashila kedalam pelukannya.

"Bagi Ibu, kalian adalah harta berharga yang dititipkan. Jadi Ibu wajib mejaga kalian dengan baik, tolong mengerti itu ya anak-anak!"

"Iya Mak Haji!" jawab mereka serempak.

Ashila, Aisyah dan Nabila pun berpamitan untuk pergi bekerja. Sesampainya di Rumah Sakit, Nabila melihat jika Riki baru akan pulang setelah dirawat beberapa hari. Didampingi oleh Arya yang mendorong kursi rodanya, namun Nabila tak mengenali Arya karena dia jarang sekali penasaran seperti Ashila.

"Bang, tunggu sini ya! Saya bawa mobil dulu," ucap Arya dan diangguki oleh Riki.

Riki melihat Nabila berjalan kearahnya, namun Nabila tak menatapnya. Dia begitu asing dan tak Riki kenal. "Ilaaa.."

Riki menahan lengan Nabila dan hal itu membuat Nabila sekuat hati menahan airmatanya. "Maafkan Abang.. Jika memang bahagiamu bukan Abang, maka Abang ikhlas melepasmu.. Semoga dia memang lelaki terbaik pilihan hatimu. Abang janji, Abang gak akan pernah mengusik hidupmu lagi. Berjanjilah untuk hidup bahagia. Jangan biarkan semua perjuangan Abang untuk melepasmu menjadi sia-sia."

DEG!

Genggaman itu terlepas begitu saja, hati Nabila terasa sesak mendengar ucapan Riki. Dia menoleh kebelakang, namun kursi roda yang digunakan Riki sudah pergi. Hatinya sakit dan hancur, namun sekuat hati dia menahannya.

"Jangan sampai kamu menyesal dengan pilihanmu.." Nabila menoleh, dokter Andra pergi begitu saja setelah mengatakan hal itu.

Jam makan siang, Nabila menghubungi Bu Halimah dan mengatakan jika jadwal dokter Andra itu kosong. Dan tidak lupa, Nabila juga memberitahu jika dokter Andra saat ini sedang berada di Taman Rumah Sakit.

Sejak dikhianati oleh istrinya, dokter Andra memang menutup diri dari perempuan manapun. Hingga akhirnya dia kagum pada sosok Bu Halimah sejak pertemuan pertama keduanya. Dia memang tau Bu Halimah dari cerita-cerita Nabila, tapi tidak tau bagaimana sosoknya. Dan saat ini dia sangat kagum.

"Assalamu'alaikum.." sapa Bu Halimah.

"Astaghfirulloh calon istri!" kaget dokter Andra. "Walaikumsalam!" dia kembali ke mode juteknya. (HALAAAHH... DOKTER ANDRA SOK JUAL MAHAL DEH!)

"Ehmm.. Saya datang kesini, untuk minta maaf sama dokter Andra!" ucap Bu Halimah memecah keheningan.

"Hmm.. Gak usah! Bu Halimah sama sekali tidak salah. Mungkin memang jalan pikiran kita saja yang berbeda," dokter Andra berucap masih dengan nada dinginnya.

"Saya sedang berusaha dan berjuang, bagaimana untuk melanjutkan hidup disaat saya merasa mati itu lebih baik. Saya sedang berusaha untuk berpikir waras dan berdamai dengan semua luka dan trauma. Menangis sepanjang malam dan mencoba menyembuhkan luka itu sangat sulit. Saya hanya tidak mau, Nabila merasakan itu semua. Dan saya minta maaf, jika ucapan saya kemarin membuat dokter tersinggung," Bu Halimah menundukkan kepalanya saat mengatakan hal itu.

Dokter Andra menoleh dan menatap Bu Halimah dengan dalam, "Kamu tidak akan tau apa itu luka, sampai kamu bersujud pada Allah merayu pertolongan-Nya. Meminta kekuatan dan keihklasan yang sesungguhnya, tanpa meluapkan berbagai rasa, bersama air mata deras yang tak kunjung usai dan tak tertahankan. Saya pernah merasakan itu juga, terkadang ada luka yang tidak mampu dijelaskan ke siapapun. Hanya kita bersama Allah saja juga cukup."

"Maksud ucapan saya kemarin, sama seperti maksud dan tujuan kamu. Saya pun tidak akan mau menghancurkan hidup Nabila, anak gadis orang lain yang sudah saya anggap sebagai anak saya sendiri. Kita mungkin memiliki sudut pandang berbeda, tapi bukan berarti kamu bisa memaksakan kehendak kamu sama Nabila," ucap dokter Andra dan Bu Halimah menganggukkan kepalanya.

"Sekali lagi, saya minta maaf dok!" Bu Halimah mengatupkan kedua tangannya didepan dada.

"Jangan minta maaf terus, Bu Halimah! Ini belum lebaran," ucap dokter Andra membuat Bu Halimah menahan senyumnya.

"Ini saya bawakan kue buatan saya sendiri. Tadi pagi saya buatkan sarapan, tapi kata Nabila pagi ini jadwal dokter sangat padat. Jadi akhirnya saya buatkan kue, ini resep terbaru yang saya buat. Dan.. Dokter Andra orang pertama yang mencicipinya."

Hati dokter Andra berbunga-bunga, jika bisa dijabarkan kini ribuan kupu-kupu berterbangan keluar dari jantungnya yang mulai berdegup kencang. Dia mengambil sepotong kue itu dan mulai memakannya.

"Masya Allah... Enak sekali!" puji dokter Andra. "Apa nama kue ini? Biar saya gak salah beli kalau ke toko kamu!"

"Mmmm.. Saya belum kasih nama, barangkali dokter ada saran?" tanya Bu Halimah membuat dokter Andra auto semangat 45.

'Gapapa sekarang namain kue, nanti namain anak-anak kami,' batin dokter Andra.

"Haan Love Cake, bagaimana?"

"Bagus sih, tapi apa gak terlalu sulit dok?" Bu Halimah bertanya dan dokter Andra menggelengkan kepalanya.

"Enggak. Karena kamu membuat kue ini dengan hati, bukan? Jadi memberi nama pun menggunakan hati," tunjuk dokter Andra pada dadanya sendiri. "Tapi kalo kamu gak nyaman dengan nama itu, gak perlu di pakai."

"Maaf ya, saya jadi ngomongnya aku kamu. Supaya lebih akrab aja, lagian kayaknya kita gak beda jauh kan usianya?" ucap dokter Andra lagi, membuat Bu Halimah hanya tersenyum.

"Ga apa-apa, dok! Kalo gitu nanti saya pikirkan, sekarang saya harus pamit. Soalnya saya harus siapkan pesanan," pamit Bu Halimah.

"Baiklah, hati-hati dijalan. Maaf saya tidak bisa mengantar kamu, karena saya masih ada pasien." Bu Halimah menganggukkan kepalanya dan buru-buru pergi karena memang dia harus ke toko kue miliknya.

Hati dokter Andra berbunga-bunga, bahkan dia tidak mengizinkan siapapun untuk menyentuh kue pemberian Bu Halimah. Padahal dokter Andra adalah sosok yang senang berbagi makanan.

"Jangan ada yang sentuh kue saya, atau...... krek" dokter Andra memperagakan gerakan memotong leher dan hal itu membuat mereka mati-matian menahan tawanya.

* * * * *

Semoga suka dengan ceritanya...

Jangan lupa loh buat Like, Komen, Vote dan Favorite 🥰🙏🥰

Dukung Author terus ya!

Salam Rindu, Author ❤

Terpopuler

Comments

Chelsea Aulia

Chelsea Aulia

Cinta itu indah dan penuh luka,,, lebih baik meminta pertolongan lewat jalur langit Bibil,,, jangan sampe menyesal karna salah pilih,, kedua nya sangat mencintai mu dengan caranya sendiri

2023-02-05

0

Tha Ardiansyah

Tha Ardiansyah

jangan sampai nyesel Bil, pikiran baik-baik sebelum ngambil keputusan

2023-02-05

1

lihat semua
Episodes
1 S1 | NOSTALGIA
2 S1 | Ternyata, Kamu..
3 S1 | Ada apa dengan Nabila
4 S1 | Masalalu yang Indah
5 S1 | Bertemu Kekasih
6 S1 | Hati yang terluka
7 S1 | Buaya Rawa
8 S1 | Itulah Perempuan
9 S1 | Cara Mencintai
10 S1 | Tak bisa mengakhiri
11 S1 | Membuat Kenangan
12 S1 | Putar Waktu
13 S1 | Diluar Kendali
14 S1 | Haruskah?
15 S1 | Permintaan Maaf
16 S1 | Cinta Segitiga
17 S1 | Sampai Kapan?
18 S1 | Wanita yang kau pilih
19 S1 | Menata Masa Depan
20 S1 | Sebuah Kebetulan
21 S1 | Kebahagiaan kecil
22 S1 | Tak terlupakan
23 S1 | Hilang Tanpa Bilang
24 S1 | Menerima Kenyataan
25 S1 | Ikhlas
26 S1 | Perlahan tapi pasti
27 S1 | Mengapa Cinta
28 S1 | Perjodohan
29 S1 | Quality Time
30 S1 | Orang Baru
31 S1 | Kembali Pulang
32 S1 | Kehilangan
33 S1 | Seseorang dari masalalu
34 S1 | Aku masa depanmu..
35 S1 | Pertahankan Rasa
36 S1 | Obrolan 2 Lelaki
37 S1 | Menata Kembali
38 S1 | Nasehat Ibu
39 S1 | Permintaan Sulit
40 S1 | LDR
41 S1 | Cinta Berkedok Loker
42 S1 | Keputusan Nabila
43 S1 | Permintaan seorang Ayah
44 S1 | Liburan dan..
45 S1 | Merindunya
46 S1 | Ini bukan halusinasi..
47 S1 | Inilah Takdir
48 S1 | Lamaran untuk Ashila
49 S1 | Mak Haji ngamuk!
50 S1 | Usai
51 S1 | Harus di Halalkan!
52 S1 | Kebahagiaan Aisyah
53 S1 | Rindu Setengah Mateng
54 S1 | Kedua Kalinya
55 S1 | Cinta Terakhirku
56 S1 | Seperti senja
57 S1 | Persiapan pernikahan Aisyah
58 S1 | Nabila Ditinggalkan
59 S1 | Arti Sebuah Penantian
60 S1 | Hari Bahagia Aisyah
61 S1 | Memupuk Rindu
62 S1 | Perpisahan Sementara
63 S1 | Rahasia Besar
64 S1 | Bukan Operasi Biasa
65 S1 | Saat Terkabulnya do'a
66 Permohonan Maaf
67 S1 | Pernikahan Ashila dan Defri
68 S1 | Masih Harus Berjuang
69 S1 | Kenyataan Menyakitkan
70 S1 | Untukmu, Aku Bertahan
71 S1 | Kemotherapi
72 S1 | Akad Nikah
Episodes

Updated 72 Episodes

1
S1 | NOSTALGIA
2
S1 | Ternyata, Kamu..
3
S1 | Ada apa dengan Nabila
4
S1 | Masalalu yang Indah
5
S1 | Bertemu Kekasih
6
S1 | Hati yang terluka
7
S1 | Buaya Rawa
8
S1 | Itulah Perempuan
9
S1 | Cara Mencintai
10
S1 | Tak bisa mengakhiri
11
S1 | Membuat Kenangan
12
S1 | Putar Waktu
13
S1 | Diluar Kendali
14
S1 | Haruskah?
15
S1 | Permintaan Maaf
16
S1 | Cinta Segitiga
17
S1 | Sampai Kapan?
18
S1 | Wanita yang kau pilih
19
S1 | Menata Masa Depan
20
S1 | Sebuah Kebetulan
21
S1 | Kebahagiaan kecil
22
S1 | Tak terlupakan
23
S1 | Hilang Tanpa Bilang
24
S1 | Menerima Kenyataan
25
S1 | Ikhlas
26
S1 | Perlahan tapi pasti
27
S1 | Mengapa Cinta
28
S1 | Perjodohan
29
S1 | Quality Time
30
S1 | Orang Baru
31
S1 | Kembali Pulang
32
S1 | Kehilangan
33
S1 | Seseorang dari masalalu
34
S1 | Aku masa depanmu..
35
S1 | Pertahankan Rasa
36
S1 | Obrolan 2 Lelaki
37
S1 | Menata Kembali
38
S1 | Nasehat Ibu
39
S1 | Permintaan Sulit
40
S1 | LDR
41
S1 | Cinta Berkedok Loker
42
S1 | Keputusan Nabila
43
S1 | Permintaan seorang Ayah
44
S1 | Liburan dan..
45
S1 | Merindunya
46
S1 | Ini bukan halusinasi..
47
S1 | Inilah Takdir
48
S1 | Lamaran untuk Ashila
49
S1 | Mak Haji ngamuk!
50
S1 | Usai
51
S1 | Harus di Halalkan!
52
S1 | Kebahagiaan Aisyah
53
S1 | Rindu Setengah Mateng
54
S1 | Kedua Kalinya
55
S1 | Cinta Terakhirku
56
S1 | Seperti senja
57
S1 | Persiapan pernikahan Aisyah
58
S1 | Nabila Ditinggalkan
59
S1 | Arti Sebuah Penantian
60
S1 | Hari Bahagia Aisyah
61
S1 | Memupuk Rindu
62
S1 | Perpisahan Sementara
63
S1 | Rahasia Besar
64
S1 | Bukan Operasi Biasa
65
S1 | Saat Terkabulnya do'a
66
Permohonan Maaf
67
S1 | Pernikahan Ashila dan Defri
68
S1 | Masih Harus Berjuang
69
S1 | Kenyataan Menyakitkan
70
S1 | Untukmu, Aku Bertahan
71
S1 | Kemotherapi
72
S1 | Akad Nikah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!