S1 | Tak bisa mengakhiri

Waktu tidak akan pernah bisa menyembuhkan luka, waktu hanya akan membuat kita terbiasa dengan semua rasa sakit itu. Dan rasa sakit itu, membuat kita kuat dalam menjalani setiap hari yang terasa sulit. Bagi Nabila, semua hal yang telah dia lewati tidak bisa dilupakan begitu saja.

Dia masih bisa merasakan bagaimana sakitnya berada di fase itu. Selama bertahun-tahun dia menahan rasa sesak dalam dada, saat laki-laki yang dia cintai pergi begitu saja tanpa pamit. Dan dengan mudahnya, kini laki-laki itu kembali. Meminta waktu untuk sebuah penjelasan yang mungkin akan mengorek luka itu kembali.

Bu Halimah menghampiri Nabila yang masih termenung dimeja makan. "Bil, kamu baik-baik aja kan?" tanya Bu Halimah.

"Haruskah Bibil denger penjelasan dia, Bu? Semuanya sudah berlalu.. Sulit rasanya buat Bibil ketemu dia lagi. Karena buat Bibil, semua itu hanya akan mengorek luka lama di hati ini yang bahkan luka itu belum pulih seutuhnya," lirih Nabila.

"Maafin Ibu, ya Bil. Ibu sudah mengambil keputusan sepihak tanpa bertanya dulu sama kamu. Tapi... Semua itu harus diakhiri, Nak. Karena kamu akan melangkah ke masa depan sama Nak Farhan. Jangan sampai.. Itu menjadi penghalang kamu untuk melangkah."

"Rasanya memang berat, bahkan sangat berat. Percaya sama Ibu, Nak. Berdamailah dengan masalalu yang menyakiti kamu.. Akhiri semuanya saat ini," Bu Halimah mengelus bahu Nabila untuk menenangkannya.

Aisyah dan Ashila menatap sahabatnya itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Mereka bisa memahami apa yang ada dalam hati Nabila. Karena sangat jelas, jika rasa itu sejak dulu tak pernah mati.

"Bil.. Gue bukan mau sok nasehatin elu, karena gue pun sama, masih belum bisa berdamai dengan masalalu.. Tapi kita berada di jalur yang berbeda, gue sama dia udah berakhir. Karena dunia kita pun gak lagi sama. Lu sama Bang Riki jelas-jelas masih ada di dunia dan beratapkan langit yang sama. Beresin semuanya, akhiri semuanya dan kita melangkah sama-sama ya, Bil!" Ashila menggenggam erat tangan Nabila.

"Acil sama Ibu bener, Bil.. Berdamailah dengan masalalu dan akhiri semua rasa sakit itu. Kita semua akan mendampingi lu menapaki masa depan yang indah nantinya. Jodoh itu perihal takdir, Bil. Kita gak akan bisa meminta akan dijodohkan dengan siapa, tapi kita harus berusaha bukan? Sekarang ada A Farhan disisi lu, jangan sampai seseorang dimasa lalu menutupi semua rasa sayang lu ke A Farhan," Aisyah pun menasehati sahabatnya itu.

Tak ada jawaban, Nabila hanya menganggukkan kepalanya dan menahan air matanya. Ashila dan Aisyah pun berpamitan, karena mereka berdua harus tetap bekerja. Walaupun rasa penasaran mendominasi keduanya. Sedangkan Nabila kembali ke kamarnya untuk beristirahat dan mempersiapkan hatinya untuk bertemu dengan Riki.

Pukul 1 siang, sebuah mobil Mini Cooper dan Camry masuk kedalam pekarangan Alunara Kost. Bu Halimah yang tengah membereskan tanaman pun mengerenyitkan dahinya, karena dia melihat dokter Andra turun dari mobil mini cooper.

'Lho, ngapain ni dokter kemari? Pan tau Bibil lagi sakit,' batin Bu Halimah.

"Assalamu'alaikum..." ucap dokter Andra.

"Walaikumsalam.. Ada apa ya, dok? Bukannya kemaren tau ya kalo Bibil sakit?" Bu Halimah bertanya tanpa basa-basi.

'Ampuuun dah, jutek amat si ukhti!' batin dokter Andra.

"Iyaaaaa Bu, betul sekali! Saya tau Nabila sedang sakit, tapi saya kesini bukan sekedar untuk menjenguk Bila. Tapi... Saya juga mengantar Riki untuk bicara dengan Nabila," jawab dokter Andra membuat Bu Halimah mengerenyitkan dahinya.

"Haruskah?" Bu Halimah menatap dokter Andra dengan tatapan bingung. Sedangkan Riki baru saja turun dari mobil camry nya. Dia membawa parsel buah dan juga bucket bunga mawar putih untuk Nabila.

"Assalamu'alaikum, Bu. Maaf saya telat.. Nabilanya ada kan, Bu?" tanya Riki setelah menyalami Bu Halimah.

'Giliran anak ini aja diterima salamnya!' omel dokter Andra dalam hatinya.

"Walaikumsalam, masuk dulu ya Nak Riki. Tadi Bibil di atas, dia kaya nya abis telpon Mama sama Papa nya. Silahkan duduk dulu!" pinta Bu Halimah.

Dia berlalu ke dapur dan membuatkan minuman, setelah itu dia ke kamar Nabila untuk mengatakan jika Riki dan dokter Andra sudah menunggunya di ruang tamu.

"Hah? Dokter Andra? Ngapain dia disini, Bu?" tanya Nabila dengan heran.

"Mana Ibu tau! Dia bilangnya mo nganter Nak Riki selesein urusannya sama kamu. Udah kaya mo seserahan aja pake dianter segala!" omel Bu Halimah membuat Nabila terkekeh.

"Jangan sebel-sebel, Bu! Nanti jatuh cinta lho!" goda Nabila, untuk mengalihkan detak jantung yang sudah berdegup kencang.

"Dasar anak ini! Coba sekarang kamu temui dia, ya. Selesaikan semuanya ya, Bil. Ungkapkan semua perasaan yang selama ini terpendam. Jangan disimpan lagi," ucap Bu Halimah.

"Mmm.. Boleh gak Bu, kalo Bibil ngobrol sama Abang diatas?" tanya Nabila dan Bu Halimah menganggukkan kepalanya.

Langit mendadak mendung, Riki berjalan dengan jantung yang berdegup kencang. Saat tiba di lantai 3, dia bisa melihat Nabila yang tengah menatap indahnya Kota Bandung dikala mendung.

"Apa kabar, Ila?" hanya mendengar suara itu, airmata Nabila tak bisa tertahan.

Rindu, dia sangat rindu. Bertahun-tahun lamanya, tapi rasa itu tetap sama, tidak ada yang berubah. Nabila berbalik, dia menatap Riki dengan senyuman sendu.

"Sejak saat itu, kabarku gak pernah baik-baik aja, Bang! Sejak saat itu, hatiku hancur lebur. Disaat rasa ini telah berada di puncak tertinggiku dalam mencintai, kenapa harus kembali? Kenapa Bang?"

Riki tak bisa menahan dirinya, dia menghampiri Nabila dan memeluknya erat. Walaupun Nabila terus meronta meminta dilepaskan.

"Lepas Bang! Lepas! Aku sudah menyingkirkan kamu dalam hati ini! Aku sudah menyingkirkannya sejak kamu pergi begitu saja tanpa jejak! Aku benci kamu, Bang! Aku benciiiii!"

Perlahan Nabila mulai mereda, Riki bisa merasakan jika pelukan Nabila semakin erat. Keduanya saling memeluk dalam tangis.

"Maafin Abang, Ila. Abang gak pernah sedikitpun punya niat buat ninggalin kamu. Abang sayang banget sama kamu. Bagi Abang, kamu satu-satunya perempuan yang menempati hati ini. Sejak dulu sampe sekarang, perasaan itu gak pernah berubah," Riki mengusap kepala Nabila dengan lembut.

"Abang pergi untuk pendidikan. Kamu tau sendiri kan? Cita-cita Abang adalah mewujudkan keinginan almarhum Ayah. Abang gak pernah berniat untuk menyakiti hati kamu, Ila. Hanya saja kebodohan Abang adalah... Abang terlalu bahagia waktu tau kalo Abang lulus test masuk Akmil dan Abang mengabaikan kamu yang menemani Abang dari nol.. Abang bodoh, Ila.. Maafin Abang..."

Nabila kembali menangis, tangisannya begitu membuat hati Riki teramat pedih. "Abang jahat, Abang pergi gitu aja tanpa pamit! Tiap hari, Bang! Tiap hari aku cari kamu, tiap hari aku rindu kamu, Bang! Tiap hari aku mikir, kesalahan aku apa? Sampe kamu tega-teganya ninggalin aku gitu aja!"

"Maaf, Ila.. Maaf atas semua kesalahan Abang.. Abang sayang sama kamu, Ila. Abang mau kita memulai semua dari awal. Hati Abang sepenuhnya milik kamu sejak awal..."

"Gak bisa, Bang! Semuanya terlambat..."

Deg!

Hujan turun dengan derasnya, Nabila melepaskan pelukannya dan menatap mata Riki dengan dalam. "Semuanya udah terlambat, Bang.. Aku sudah memiliki hubungan dengan yang lain. Aku calon istri orang.." Nabila memperlihatkan jari manisnya dengan airmata yang tak henti-hentinya.

"Maafin Abang, Ila. Abang tak bisa mengakhiri semuanya.. Abang akan terus berjuang untukmu.. Selagi janur kuning belum melengkung, kamu bukan milik siapa-siapa." Tiba-tiba saja, Riki mencium bibir Nabila.

Plaaaaaakkk!!

Sebuah tamparan mendarat dipipi Riki, "Jahat! Kenapa Abang terus membuat hatiku terluka?! Kenapa Bang?!"

"Semua itu cukup membuktikan, kalo hati kamu masih Abang pemiliknya. Abang pulang! Jangan pernah mengelak lagi untuk perasaan itu, Abang memahami semuanya. Abang kesini hanya untuk menjelaskan perihal kepergian Abang yang tanpa pamit. Mulai hari ini, Abang akan kembali memperjuangkan cinta Abang untukmu.."

Nabila tidak menjawab, dia pergi begitu saja meninggalkan Riki yang termenung. Bu Halimah tampak kaget saat melihat Nabila turun dengan pakaian yang basah.

"Allahuakbar! Kamu lagi sakit ngapain ujan-ujanan Bibil?!" panik Bu Halimah.

Dia menghampiri Bu Halimah dan memeluknya erat, Nabila menangis tersedu-sedu hingga... Pingsan.

"Nabila!" panik Bu Halimah dan dokter Andra. Mendengar teriakan itu, Riki pun turun dan melihat Nabila yang pingsan. Dia menggendong Nabila ke kamarnya, Bu Halimah menggantikan baju Nabila yang basah. Sedangkan Riki diminta mengganti baju nya di kamar mandi tamu, untung saja dokter Andra selalu membawa pakaian ganti dalam mobilnya.

Usai berganti baju, Riki menghampiri Bu Halimah dan dokter Andra yang kini sedang memeriksa kondisi Nabila. "Gimana dok?" tanya Riki.

"Hufffttt.. Dia kelelahan dan pikirannya terlalu terkuras. Sekarang dia juga demam," ucap dokter Andra menjelaskan.

"Kalian ini kenapa malah ujan-ujanan?! Diatas kan ada tempat berteduh!" omel Bu Halimah.

"Jangan diomelin dulu dong, Bu. Namanya juga bocah jatuh cinta ya begini," spontan dokter Andra berucap membuat Bu Halimah mendelik.

Riki menghampiri Nabila dan menggenggam tangannya dengan erat. "Jangan pergi lagi, Bang.. Jangan pergi.."

Nabila mengigau dalam mimpinya, "Abang gak akan pernah tinggalin kamu lagi, Ila."

Dua anak manusia itu menumpahkan cinta dihadapan para single parents. Mata Bu Halimah berkaca-kaca, apalagi saat melihat Riki tak sengaja tertidur dibawah sambil menggenggam erat tangan Nabila.

Krubuukk krubukkk

Suara perut dokter Andra membuat perhatian Bu Halimah buyar. Dia menyelimuti Riki yang terduduk dilantai.

"Dokter lapar? Mau makan?" tanya Bu Halimah dan dokter Andra menganggukkan kepalanya.

Keduanya menuju dapur, mereka membiarkan dua anak manusia itu tertidur dengan pintu kamar yang terbuka. Namun saat Bu Halimah akan memberikan makanan, dia lupa jika makanan tadi pagi sudah habis. Sedangkan untuk makan siang dia berniat untuk membeli, karena sore hari rencananya Aisyah dan Ashila yang akan berbelanja sepulang bekerja. Karena stock bahan masakan di kulkas sudah habis.

"Dok, kalo makan mie aja ga apa-apa? Kebetulan saya belum masak hari ini," tanya Bu Halimah sedikit tak enak hati.

"Gak apa-apa Dek Halimah," jawab dokter Andra membuat mata Bu Halimah membulat. "Bu Halimah maksudnya."

Akhirnya Bu Halimah membuatkan semangkuk mie instan dengan telur diatasnya. Perut Bu Halimah ikut berbunyi, hanya saja sisa mie instan tinggal satu bungkus.

"Makan berdua aja, Bu! Saya juga gak banyak-banyak makan mie kok!" ucap dokter Andra membuat pipi Bu Halimah memerah karena malu.

'Gemes banget sih! Jadi pengen halalin....' batin dokter Andra.

Akhirnya dokter Andra dan Bu Halimah makan mie instant semangkok berdua, ditengah guyuran hujan yang sangat deras. Dan hal itu membuat dokter Andra berbunga-bunga...

* * * * *

Semoga suka dengan ceritanya...

Jangan lupa loh buat Like, Komen, Vote dan Favorite 🥰🙏🥰

Dukung Author terus ya!

Salam Rindu, Author ❤

Terpopuler

Comments

Mika Saja

Mika Saja

hahah😀😀😀pak dokter gak mau kalah

2023-01-31

0

Kas Gpl

Kas Gpl

itu si dokter tuir apa. ..kok sama bu halimah keknya ada apaa gtu? 😆😆

2023-01-31

0

Ismi Aristianka

Ismi Aristianka

lagi sad baca kisah nabila malah jadi ketawa karna bu halimah dan dok andra wkwk

2023-01-30

0

lihat semua
Episodes
1 S1 | NOSTALGIA
2 S1 | Ternyata, Kamu..
3 S1 | Ada apa dengan Nabila
4 S1 | Masalalu yang Indah
5 S1 | Bertemu Kekasih
6 S1 | Hati yang terluka
7 S1 | Buaya Rawa
8 S1 | Itulah Perempuan
9 S1 | Cara Mencintai
10 S1 | Tak bisa mengakhiri
11 S1 | Membuat Kenangan
12 S1 | Putar Waktu
13 S1 | Diluar Kendali
14 S1 | Haruskah?
15 S1 | Permintaan Maaf
16 S1 | Cinta Segitiga
17 S1 | Sampai Kapan?
18 S1 | Wanita yang kau pilih
19 S1 | Menata Masa Depan
20 S1 | Sebuah Kebetulan
21 S1 | Kebahagiaan kecil
22 S1 | Tak terlupakan
23 S1 | Hilang Tanpa Bilang
24 S1 | Menerima Kenyataan
25 S1 | Ikhlas
26 S1 | Perlahan tapi pasti
27 S1 | Mengapa Cinta
28 S1 | Perjodohan
29 S1 | Quality Time
30 S1 | Orang Baru
31 S1 | Kembali Pulang
32 S1 | Kehilangan
33 S1 | Seseorang dari masalalu
34 S1 | Aku masa depanmu..
35 S1 | Pertahankan Rasa
36 S1 | Obrolan 2 Lelaki
37 S1 | Menata Kembali
38 S1 | Nasehat Ibu
39 S1 | Permintaan Sulit
40 S1 | LDR
41 S1 | Cinta Berkedok Loker
42 S1 | Keputusan Nabila
43 S1 | Permintaan seorang Ayah
44 S1 | Liburan dan..
45 S1 | Merindunya
46 S1 | Ini bukan halusinasi..
47 S1 | Inilah Takdir
48 S1 | Lamaran untuk Ashila
49 S1 | Mak Haji ngamuk!
50 S1 | Usai
51 S1 | Harus di Halalkan!
52 S1 | Kebahagiaan Aisyah
53 S1 | Rindu Setengah Mateng
54 S1 | Kedua Kalinya
55 S1 | Cinta Terakhirku
56 S1 | Seperti senja
57 S1 | Persiapan pernikahan Aisyah
58 S1 | Nabila Ditinggalkan
59 S1 | Arti Sebuah Penantian
60 S1 | Hari Bahagia Aisyah
61 S1 | Memupuk Rindu
62 S1 | Perpisahan Sementara
63 S1 | Rahasia Besar
64 S1 | Bukan Operasi Biasa
65 S1 | Saat Terkabulnya do'a
66 Permohonan Maaf
67 S1 | Pernikahan Ashila dan Defri
68 S1 | Masih Harus Berjuang
69 S1 | Kenyataan Menyakitkan
70 S1 | Untukmu, Aku Bertahan
71 S1 | Kemotherapi
72 S1 | Akad Nikah
Episodes

Updated 72 Episodes

1
S1 | NOSTALGIA
2
S1 | Ternyata, Kamu..
3
S1 | Ada apa dengan Nabila
4
S1 | Masalalu yang Indah
5
S1 | Bertemu Kekasih
6
S1 | Hati yang terluka
7
S1 | Buaya Rawa
8
S1 | Itulah Perempuan
9
S1 | Cara Mencintai
10
S1 | Tak bisa mengakhiri
11
S1 | Membuat Kenangan
12
S1 | Putar Waktu
13
S1 | Diluar Kendali
14
S1 | Haruskah?
15
S1 | Permintaan Maaf
16
S1 | Cinta Segitiga
17
S1 | Sampai Kapan?
18
S1 | Wanita yang kau pilih
19
S1 | Menata Masa Depan
20
S1 | Sebuah Kebetulan
21
S1 | Kebahagiaan kecil
22
S1 | Tak terlupakan
23
S1 | Hilang Tanpa Bilang
24
S1 | Menerima Kenyataan
25
S1 | Ikhlas
26
S1 | Perlahan tapi pasti
27
S1 | Mengapa Cinta
28
S1 | Perjodohan
29
S1 | Quality Time
30
S1 | Orang Baru
31
S1 | Kembali Pulang
32
S1 | Kehilangan
33
S1 | Seseorang dari masalalu
34
S1 | Aku masa depanmu..
35
S1 | Pertahankan Rasa
36
S1 | Obrolan 2 Lelaki
37
S1 | Menata Kembali
38
S1 | Nasehat Ibu
39
S1 | Permintaan Sulit
40
S1 | LDR
41
S1 | Cinta Berkedok Loker
42
S1 | Keputusan Nabila
43
S1 | Permintaan seorang Ayah
44
S1 | Liburan dan..
45
S1 | Merindunya
46
S1 | Ini bukan halusinasi..
47
S1 | Inilah Takdir
48
S1 | Lamaran untuk Ashila
49
S1 | Mak Haji ngamuk!
50
S1 | Usai
51
S1 | Harus di Halalkan!
52
S1 | Kebahagiaan Aisyah
53
S1 | Rindu Setengah Mateng
54
S1 | Kedua Kalinya
55
S1 | Cinta Terakhirku
56
S1 | Seperti senja
57
S1 | Persiapan pernikahan Aisyah
58
S1 | Nabila Ditinggalkan
59
S1 | Arti Sebuah Penantian
60
S1 | Hari Bahagia Aisyah
61
S1 | Memupuk Rindu
62
S1 | Perpisahan Sementara
63
S1 | Rahasia Besar
64
S1 | Bukan Operasi Biasa
65
S1 | Saat Terkabulnya do'a
66
Permohonan Maaf
67
S1 | Pernikahan Ashila dan Defri
68
S1 | Masih Harus Berjuang
69
S1 | Kenyataan Menyakitkan
70
S1 | Untukmu, Aku Bertahan
71
S1 | Kemotherapi
72
S1 | Akad Nikah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!