Cinta memang memberikan kenangan indah, tapi cinta juga memberikan luka yang akan selalu menjadi kenangan. Perpisahan begitu menyakitkan, ketika cerita belum usai tapi kita harus menutup bukunya.
Waktu menunjukan pukul 8 malam, ketiga gadis itu baru selesai berbelanja kebutuhan masing-masing. Mereka berjalan menuju parkiran dengan riang gembira. Namun langkah Nabila terhenti saat netranya menatap seseorang yang selalu dia sebut dalam setiap bait do'anya pada Tuhan.
"Bibil! Kok berhenti sih?" tanya Aisyah seraya menatap Nabila.
Deg!
Pandangan keduanya bertemu, Ashila dan Aisyah mengikuti arah pandang Nabila. Dia bisa melihat sosok laki-laki yang berparas cukup tampan, berkulit hitam namun manis. Tapi yang paling menjadi perhatian keduanya adalah, seragam yang digunakan laki-laki itu.
"Bil, are you okay?" Ashila menghampiri Nabila dan menepuk pundaknya.
"Em, gue okay! Gu- gue ga apa-apa," jawab Nabila dengan gugup.
Perlahan tapi pasti, laki-laki itu menghampiri mereka tanpa ketiganya sadari. Langkahnya yang tegap membuat setiap perempuan yang menoleh terpesona.
"Ila?"
Suara itu... Suara yang telah lama Nabila rindukan. Suara seseorang yang amat ia cintai di masalalu. Perlahan tapi pasti, Nabila mengangkat wajahnya. Laki-laki itu menatapnya penuh rindu. Setetes airmata jatuh begitu saja dipipi Nabila, tak dipungkiri dia pun sangat merindukan sosok itu.
"Maaf, anda salah orang!" ucap Nabila seraya berlari meninggalkan kedua sahabatnya.
"Ilaaa..! Tunggu!" laki-laki itu berniat mengejar Nabila, hanya saja Ashila menahan lengannya.
"Lu siapa?! Kok lu bikin temen gue nangis?!" tanya Ashila dengan sedikit bentakkan.
"Saya... " ucapan laki-laki itu tertahan karena Aisyah menarik Ashila untuk mengejar Nabila.
"Ishhhh.. Lu apaan sih, Ais?! Gue kan mesti tau siapa tu laki!" kesal Ashila.
"Gak penting, Cil! Yang penting sekarang Bibil, kita harus kejar dia. Gue khawatir dia kenapa-kenapa!"
Nabila berlari tak tentu arah, hingga akhirnya dia sampai di lobby. Tanpa menunggu kedua sahabatnya, dia berlari menuju jalan raya. Dia memberhentikan taksi dan entah kemana arah tujuannya. Hatinya masih sangat terasa sesak, baru tadi siang dia membicarakan laki-laki itu. Dan malam itu, masih ditempat yang sama, mereka dipertemukan kembali.
"Kenapa harus sekarang, Bang?" lirih Nabila.
Ashila dan Aisyah terus menghubungi ponsel Nabila, sayangnya tak diangkat. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Berbagai pertanyaan muncul dibenak keduanya. Siapa laki-laki itu hingga membuat Nabila seperti ini?
"Cil, apa mungkin dia itu......"
"Tepat! Itu yang gue pikirin. Allah, kok bisa sih?! Baru tadi siang lho kita bernostalgia, gue ngerasain sih gimana perasaan Bibil sekarang. Semoga aja dia balik ke kost dan gak kemana-mana," lirih Ashila.
Taman Monumen Pancasila. Nabila meminta sopir taksi mengantarkannya kesana, setiap bersedih hati, Nabila lebih banyak menghabiskan waktu di Taman yang sepi itu. Dia tidak memikirkan konsekuensinya, malam itu banyak sekali pemuda yang berkumpul.
"Neng.. Mau kemana Neng? Mau Aa temenin gak Neng?!"
Nabila mulai ketakutan, dia merutuki kebodohannya sendiri. Dengan langkah cepat dia meninggalkan Taman, namun para pemuda itu malah semakin mengikutinya. Dia mulai tidak memperhatikan langkahnya. Hingga......
Bruk!
Tubuhnya menabrak seseorang hingga dirinya hampir terjatuh, namun orang itu menahan tubuhnya. Parfum itu, dia selalu mengingatnya.
"Jangan ganggu dia, atau kalian tau akibatnya!"
Suara itu...
Perlahan tapi pasti, Nabila melepaskan diri dari dekapannya. Dia enggan melihat kembali wajah laki-laki yang amat sangat dia rindukan.
"Kenapa ceroboh? Kenapa menghindar? Apa kamu gak kangen sama Abang?"
Benar. Dia adalah Riki Ardiansyah, laki-laki di masalalu yang sangat amat dia cintai. Walaupun tak ada ikatan pasti diantara keduanya.
"Ila.. Kesayangan Bang Iki.. Abang kembali.."
Nabila memberanikan diri menatap wajah laki-laki itu, kini airmatanya tak dapat dia tahan kembali. Rindu, sangat rindu..
"Kenapa?" tanya Nabila.
"Kenapa harus sekarang Abang kembali? Kenapa gak sejak dulu? Kenapa gak sejak 7 tahun yang lalu Abang kembali?? Kenapa Bang??"
"Maaf... Maafin Abang, Ila....."
Tak tahan lagi, Nabila kembali berlari meninggalkan laki-laki itu dengan sejuta luka yang kembali basah ketika mulai mengering. Sedangkan Riki hanya bisa diam menatap kepergian perempuan yang selama ini dia rindukan.
Bu Halimah khawatir menunggu kepulangan anak-anak kostnya, bagaimanapun mereka adalah tanggung jawabnya. Sebab orangtua mereka sudah menitipkannya. Akhirnya dia bisa bernafas lega saat melihat mobilnya masuk ke pekarangan rumah.
"Lho, Bibil mana?" tanya Bu Halimah saat melihat hanya ada Ashila dan Aisyah.
"Jadi Bibil ga ada pulang Mak Haji?!" Ashila sangat khawatir.
Bu Halimah menggelengkan kepalanya, "Ada apa, Nak? Kalian berantem ya?!"
"Enggak, Bu! Jadi tadi......" ucapan Aisah menggantung karena Bu Halimah berseru saat melihat Nabila turun dari ojek online.
"Bibil...! Allah.. Kenapa kamu nangis?"
Tak ada jawaban, Nabila hanya menangis terisak. Hatinya terasa sangat perih, dia tak bisa menutupi hal itu. Bu Halimah membawa Nabila duduk di sofa, dia memberikan segelas air putih agar gadis itu dapat tenang.
"Jadi ada apa? Apa ada yang bisa ceritain sama Ibu?" tanya Bu Halimah.
Ashila dan Aisyah terdiam, dia tidak tau harus berkata apa. Mereka semua terdiam, hingga Nabila mulai bercerita.
"Dia.. Dia itu laki-laki yang pergi gitu aja tanpa pamit. Dia laki-laki yang gak pernah memulai ataupun mengakhiri, tapi meninggalkan banyak kenangan indah yang gak bisa gue lupain," lirih Nabila sambil terisak.
"Gak gampang buat gue lupain dia, tapi hari ini, masih ditempat yang sama. Dia ada, dia nyata dan dia balik. Rasa ini masih sama sejak 7 tahun yang lalu. Gak gampang buat gue buka hati ke A Farhan, sekarang saat gue udah mulai membuka hati gue seutuhnya buat A Farhan, dia balik lagi!"
Aisyah memeluk Nabila, dia mengelus lembut pundak sahabatnya itu. Memang pada kenyataannya sangatlah berat, ketika kita mulai menapaki masa depan namun masalalu kembali muncul.
"Tenang ya, Bil.. Lu pasti bisa menghadapi semuanya. Mungkin ini cobaan buat lu sama A Farhan. Insya Allah, pasti semuanya akan berjalan dengan baik," ucap Aisyah menenangkan.
Nabila memang sudah bertunangan dengan seorang pengusaha bernama Farhan Adyatama bulan lalu. Rencananya dalam 6 bulan kedepan, mereka akan melangsungkan pernikahan. Mungkinkah semua ini adalah cobaan bagi keduanya?
Usai lelah menangis, Nabila kembali ke kamarnya. Dia melihat ponselnya, ada banyak sekali pesan dan panggilan tak terjawab dari tunangannya.
"Maafin aku, A Farhan.. Ternyata dia, memang masih dia yang menempati tahta tertinggi dalam hati ini. Dia yang menghilang dan kembali begitu saja, tapi bodohnya sampai hari ini aku masih mencintainya. Tapi apa yang harus aku akhiri? Aku dan dia pun tidak pernah memulai sesuatu..."
Nabila membuka buku diary nya, dia menuliskan sesuatu kembali disana.
"Kamu.. Sebuah kata yang masih menyimpan begitu banyak makna. Dari rindu yang tak berkesudahan, hingga sedih yang tak mampu ku tahan. Kamu.. Sang pemilik mata tajam dan senyum menyebalkan, yang masih kurindukan hingga hari ini..."
* * * * *
Semoga suka dengan ceritanya...
Jangan lupa loh buat Like, Komen, Vote dan Favorite 🥰🙏🥰
Dukung Author terus ya!
Salam Rindu, Author ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Ismi Aristianka
lanjut donggg eps 3 :')
2023-01-22
1