Cinta adalah kekuatan liar. Ketika kita mencoba mengendalikannya, itu menghancurkan kita. Ketika kita mencoba memenjarakannya, itu memperbudak kita. Dan ketika kita mencoba memahaminya, itu akan hanya membuat kita tersesat dan bingung. Akan datang waktu dihidupmu, ketika kamu harus memilih untuk membalik halaman, menulis buku yang lain atau sekedar menutupnya.
* *
Setlah kejadian semalam, keceriaan Nabila hilang begitu saja. Terlalu cepat dan terlalu banyak hal menyakitkan yang membuat luka itu kembali menganga. Rasa bersalah pada tunangannya pun membuat Nabila enggan untuk sekedar memberi kabar.
"Kak Bibil sakit?" tanya Inara saat melihat Nabila hanya terdiam.
"Engga kok sayang, Kak Bibil baik-baik aja! Cepet dihabiskan sarapannya, nanti telat lho ke sekolahnya," jawab Nabila dengan senyuman. Gadis yang beranjak remaja itu hanya menganggukkan kepalanya.
"Kalo masih belum enakan, mending izin aja, Nak. Daripada nanti di tempat kerja gak fokus gitu," ujar Bu Halimah seraya mengelus punggung Nabila.
"Aku baik-baik aja kok,Bu. Ibu jangan khawatir ya!"
Aisyah dan Ashila hanya diam, keduanya tidak berani untuk bertanya. Mereka memilih untuk memberi waktu pada sahabatnya itu, karena nanti pun pasti Nabila akan bercerita pada waktu yang tepat. Saat mereka tengah menikmati sarapan, suara bel membuat mereka saling menatap. Sebab jarang sekali mereka menerima tamu di pagi hari.
"Kalian terusin aja sarapannya, biar Ibu yang bukain pintu," ujar Bu Halimah.
Saat pintu terbuka, Bu Halimah melihat Farhan sedang berdiri dengan raut wajah khawatir.
"Assalamu'alaikum, Bu. Maaf bertamu pagi-pagi, Bibilnya ada kan, Bu?" tanya Farhan.
"Walaikumsalam, masuk Nak Farhan! Bibil ada kok! Biasa lagi sarapan bareng sama anak-anak yang lain. Nak Farhan mau sekalian sarapan?" Bu Halimah menawarkan, walaupun tahu jika dia pasti menolak.
"Enggak usah, Bu. Farhan udah sarapan tadi, kalo gitu Farhan tunggu Bibil disini aja, Bu!"
Bu Halimah hanya mengangguk, dia kembali ke dalam untuk membuatkan minuman sekaligus memanggil Nabila.
"Siapa Mak Haji yang dateng pagi buta begini?" tanya Ashila.
"Itu di depan ada Nak Farhan, Bil!" ucap Bu Halimah membuat Nabila tersedak.
Dengan segera, Aisyah memberikan air putih. "Pelan-pelan, Bil!"
"Dia kayaknya khawatir sama kamu, Nak. Selesai sarapan temuin dia di ruang tamu, ya! Ibu mau bikini minum dulu."
Entah apa yang ada dipikiran Nabila saat ini, yang pasti dia sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun. Padahal Farhan tidak salah, hanya hati dan pikirannya tengah bertarung hebat. Karena tak ingin mengecewakan lagi, akhirnya Nabila menemui Farhan. Sedangkan Aisyah dan Ashila memutuskan untuk bersiap-siap, karena mereka akan pergi bekerja.
"Sayang! Kamu baik-baik aja kan? Kenapa dari semalem ga ada kabar? Aa khawatir lho!" Farhan berucap saat melihat Nabila datang. Wajah calon istrinya ini terlihat sangat pucat dengan wajah yang sembab, entah apa penyebabnya. Dan hal itu menjadi pertanyaan besar dibenak Farhan.
"Kenapa sayang? Kamu sakit?" tanya Farhan dan Nabila menggelengkan kepalanya.
"Aku baik-baik aja, A Farhan. Cuman dari semalem agak sedikit sakit kepala aja. Tapi insya allah sekarang udah jauh lebih baik!" jawab Nabila seraya memaksakan sedikit senyumnya.
"Yakin? Enggak ada hal yang lagi kamu tutupi dari Aa kan sayang?"
Deg!
Jantung Nabila berdegup kencang, sekuat hati dia tahan agar tidak menangis. Tapi hal itu tidak bisa tertahan lagi, airmata menetes begitu saja. Hingga membuat Farhan keheranan.
"Kenapa sayang? Ada apa?" Farhan mengusap airmata yang mengalir dipipi calon istrinya. "Cerita sama Aa, kamu kenapa sayang?"
"Aku sayang A Farhan, jangan tinggalin aku ya Aa!" ucapan itu mengalir saja dari mulutnya. Entah itu berasal dari hati, entah dari pikirannya yang tengah kacau balau.
Farhan mengulas senyumnya, "Hei sayang.. Dengerin Aa ya! Sampe kapanpun Aa akan selalu sayang sama kamu, Aa gak akan pernah tinggalin kamu. Kecuali...."
"Kecuali apa?" tanya Nabila disela isakan tangisnya.
"Kecuali kamu sendiri yang pergi ninggalin Aa! Kamu gak akan ninggalin Aa kan?" tanya Farhan seraya menatap manik mata Nabila.
Tatapan itu membuat pikiran Nabila kembali kacau. Dia tidak menjawabnya, bahkan sekedar mengangguk atau menggelengkan kepalanya.
"Udah siang A, emangnya Aa gak ke kantor?" tanya Nabila mengalihkan pembicaraan.
"Aa mau sekalian anter kamu ke Rumah Sakit, searah kan? Sekalian ajakin Acil sama Ais buat bareng, kapan lagi kan Aa bisa jemput kamu kaya gini. Sana siap-siap! Aa tunggu disini," ucap Farhan sambil mengelus kepala Nabila dengan lembut.
Nabila merasa sangat beruntung bisa menjadi pilihan hati Farhan, tapi jauh dilubuk hatinya masih tersimpan nama lain yang hingga saat ini tak bisa dia lupakan. Apalagi sekarang Nabila tau, jika laki-laki itu sudah kembali ke Kota Bandung.
Setelah berpamitan pada Bu Halimah, mereka pergi bekerja bersama-sama. Walaupun ditempat yang berbeda-beda, hari ini Farhan akan mengantarkan ketiganya.
"Alhamdulillah, irit bensin hari ini ga bawa motor!" pekik Ashila membuat Aisyah dan Farhan terkekeh, sedangkan Nabila hanya diam dan menatap keluar jendela dengan sendu.
Nabila turun lebih dulu, karena memang Rumah Sakit tempatnya bekerja tak begitu jauh dari kost.
"Duluan ya, A Farhan. Tolong titip Ais sama Acil sampe tempat kerja! Tagih aja nanti ongkos bensinnya!" canda Nabila membuat Ashila mencebik kesal.
"Hati-hati ya sayang! Kalo ada apa-apa hubungin Aa ya. Ponselnya jangan sampe mati lagi kaya semalem, jangan bikin Aa khawatir! Kalo gitu, Aa pamit ya sayang! Assalamualaikum!"
"Walaikumsalam!" Nabila melambaikan tangannya hingga mobil Farhan tak terlihat.
Sedangkan di perjalanan, Farhan mencoba menanyakan pada Aisyah dan Ashila. Karena dia merasa ada sesuatu yang salah dengan calon istrinya itu.
"Ada apa dengan Bibil? Kalian pasti tau sesuatu kan? Bibil ga mungkin nangis tanpa sebab," ucap Farhan sambil menarik nafas berat.
"Tanya Ais aja, ya! Aku mesti turun, noh kantor aku di depan!" Ashila memilih menghindar, karena dia adalah tipe orang yang tak bisa menjaga mulutnya.
Usai Ashila turun, Farhan menatap Aisyah yang terlihat menghembuskan nafas berat pula. Farhan tau, mungkin ada sesuatu yang terjadi. Hanya saja, Nabila tak mau terbuka dengannya.
"Ais minta maaf sebelumnya A Farhan, tapi ini diluar kuasa Ais untuk bercerita. Jika sudah waktunya, Ais yakin kalo Bibil pasti akan cerita. Lebih baik sekarang A Farhan jangan banyak menduga-duga, karena akhirnya nanti Ais yakin itu akan membuat hati dan pikiran A Farhan berantakan. Kita tunggu saja Bibil cerita apa yang terjadi."
Farhan hanya menganggukkan kepalanya, karena dia setuju dengan apa yang diucapkan oleh Aisyah. Bagaimanapun dia hanya perlu menunggu dan mempertahankan hubungannya dengan baik.
"Terimakasih sudah mengantar kami ya, A Farhan! Hati-hati dijalan!" ucap Aisyah saat dia turun dari mobil calon suami sahabatnya itu.
Ada terbersit rasa bersalah dalam diri Aisyah, karena tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya pada Farhan. Tapi itu benar-benar diluar kuasanya, Aisyah tidak mungkin mendahului Nabila untuk menjelaskan.
Sementara itu, Nabila termenung sendiri. Dia kembali teringat pertemuan dengan Riki semalam, pertemuan yang sama sekali tidak pernah dia inginkan. Karena bagaimanapun saat ini sudah ada Farhan disisinya.
"Nabila! Jangan ngelamun! Banyak pasien yang akan pulang, tolong bereskan administrasinya hari ini!" tegur atasannya.
"I-iya Bu! Maaf saya kurang enak badan," ucap Nabila beralasan.
"Ada apa dengan kamu hari ini, Nabila?" batin Nabila berucap sendiri. Akhirnya dia memutuskan untuk fokus pada pekerjaannya.
* * * * *
Semoga suka dengan ceritanya...
Jangan lupa loh buat Like, Komen, Vote dan Favorite 🥰🙏🥰
Dukung Author terus ya!
Salam Rindu, Author ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Wong Tlaga thea
no komentt ... nyimak ae lah 🤭🤭🤭
2023-01-23
0
Tha Ardiansyah
Bivul galau toh, jangan sampai salah ngambil keputusan, nyesel ujung-ujungnya
2023-01-22
1
Kas Gpl
masalalu klo ga dilepasin ya gitu tuh bikin galau
2023-01-22
0