Sementara itu, pak Broto pun kini telah sampai di rumah sakit tempat Yudha dirawat. Pak Broto terlihat berjalan melwati beberapa lorong rumah sakit tersebut kemudian masuk kedalam sebuah ruangan yang tertulis ruangan melati.
" Assalamualaikum, permisi," Sahut pak Broto mengucapkan salam.
" Waalaikumsalam, silahkan masuk pak," jawab Tigor yang segera menyuruh masuk pimpinan perusahaannya tersebut.
" Gimana kabarmu Tigor,? Terus bagaimana perkembangan Yudha,? Tanya pak Broto kepada Tigor.
" Puji tuhan saya baik pak, kemudian untuk Yudha tinggal nunggu pendonor saja pak," timpal Tigor menjawab pertanyaan dari bosnya tersebut.
" Syukurlah kalau begitu, terus maksudnya pendonor itu apa Tigor,? Saya kurang faham," ucap pak Broto sembari menanyakan kembali ucapan Tigor.
" Oh iya saya lupa bapak, maksud saya tadi, Yudha tinggal menunggu orang yang mau jadi pendonor darah untuknya pak," ucap Tigor menjelaskan kepada pak Broto.
" Memangnya disini tidak ada stok darah ya,? Tanya pak Broto lagi kepada Tigor.
" Kebetulan habis pak, belum lagi stok di tempat lain juga habis, karena golongan darah Yudha tergolong langka pak," sahut Tigor memberi penjelasan.
" Oh begitu ya, tolong kamu urus segala kebutuhan nak Yudha selama disini ya, masalah biaya kamu tinggal bilang saja langsung kepada saya," timpal pak Broto sembari memberikan sebuah amplop kepada Tigor.
" Ini apa pak,? dan kedua amplop ini untuk siapa,? Tanya Tigor yang merasa kebingungan.
" Oh amplop yang berwarna biru untukmu, itu karena kamu telah menjaga Yudha, dan amplop putih itu untuk kebutuhan Yudha selama di sini," ucap pak Broto menjelaskan mengenai kedua amplop yang ia berkan kepada Tigor.
" Maaf bapak, kalau untuk saya tidak perlu pak, tidak apa-apa pak saya ikhlas kok," timpal Tigor yang saat itu merasa tidak enak hati atas pemberian bos nya tersebut.
" Tidak apa-apa, anggap saja itu bonus untukmu, dan anggap saja itu uang belanja anak dan istrimu di rumah," kembali pak Broto meyakinkan Tigor agar menerima pemberiannya tersebut.
" Puji tuhan, terimaksih banyak bapak, terimakasih," sahut Tigor yang pada akhirnya menerima juga pemberian dari pak Broto sembari ia membungkuk dihadapan bosnya tersebut.
" Sudah, sudah, lagian kamu juga ikut andil dengan selamatnya putri saya Dina, karena kalau kamu tidak menyuruh Yudha membeli makan, mungkin entah apa jadinya anak saya pada waktu itu. Kalau begitu saya pulang ya Tigor, karena mau ada rapat di kantor hari ini," ucap pak Broto kepada Tigor seraya ia bergegas keliar dari ruangan tersebut.
Setelah kepergian pak Broto, Tigor kemudian segera membuka kedua amplop tadi, dilihatnya amplop yang diberikan oleh pak Broto tersebut kemudian dia segera menghitungnya. Kaget bercampur haru, disaat dia telah selesai menghitung kedua amplop tersebut ternyata isi dari amplop miliknya itu sebanyak tiga juta rupiah, sedangkan isi dari amplop kepunyaan Yudha sebanyak lima juta rupiah. Betapa senang hatinya saat itu karena mendapat rejeki yang tidak pernah ia duga selama ini, bahkan itu sangatlah kebetulan sekali karena pada waktu dekat ini ia memang sedang membutuhkan banyak biaya untuk uang sekolah anak-anaknya tersebut. Sedangkan uang untuk Yudha akan ia gunakan seperlunya untuk membeli segala kebutuhan Yudha selama di rumah sakit.
" Puji tuhan, terimakasih banyak tuhan, engkau telah memberi rejeki kepada hamba melalui kebaikan Yudha," gumam Tigor dalam hatinya.
" Jul, ayoklah cepat, lama kali lu mandi, biar cepat kita ke rumah sakit Jul," teriak Dina kepada Juli yang pada saat itu masih berada di dalam kamar mandi.
" Iya, iya bestie, ini udah siap kok, tinggal keringkan badan gue aja ok," sahut Juli dari dalam kamar mandi sambil berteriak juga kepada Dina.
Setelah selesai mandi, Juli pun bergegas berganti pakaian. Selanjutnya mereka berdua pun segera berjalan keluar menuju pintu gerbang. Kali ini Dina sengaja tidak membawa mobil karena masih trauma akan kejadian yang telah menimpa mereka. Apalagi kalau sempat ketahuan sama pak Broto sudah pasti mereka berdua akan di kenak marah olehnya.
" Non Dina mau kemana non,? Tanya pak Ratno kepada anak majikannya tersebut.
" Pak, tolong bukakan pintu gerbangnya pak, saya mau periksa ke dokter pak," sahut Dina yang menyuruh penjaganya itu untuk segera membukakan pintu gerbang tersebut.
" Oh begitu ya non, ya sudah bapak bukakan dulu non sebentar," timpal pak Ratno tanpa menaruh curiga sedikitpun kepada Dina seraya bergegas membukakan pintu gerbang tersebut untuk Dina.
Setelah pintu gerbang itu terbuka, tak berselang lama akhirnya taxi pesanan Dina pun sudah tiba didepan rumahnya. Kemudian mereka berdua pun segera masuk kedalam taxi tersebut lalu bergegas menuju ke rumah sakit tempat Yudha berada. Sekitar hampir 30 menit lamanya di perjalanan, akhirnya mereka berdua pun kini telah sampai di depan pintu masuk rumah sakit Sari Husada, setelah itu mereka berdua pun berjalan masuk menuju loby rumah sakit tersebut untuk menanyakan ruang perawatan Yudha.
" Permisi mba, kalau ruang perawatan pasien atas nama Yudha dimana ya mba,? Tanya Dina kepada petugas jaga di rumah sakit tersebut.
" Ob baik mba, sebentar saya akan cek terlebih dahulu," sahut perawat tersebut kemudian segera mengecek pasien atas nama Yudha.
" Mba, pasien atas nama Yudha berada di ruangan melati mba, nanti mba lurus saja sampai ujung mentok belok kiri, ruangan pasien tersebut berada di urutan nomer 4 ya mba," ucap perawat perempuan itu yang memberitahukan dimana ruang perawatan Yudha berada.
" Baik mba, terimakasih banyak ya mba," timpal Dina kemudian bergegas menuju ruangan yang tadi di sebutkan oleh perawat tersebut.
" Bener kan apa yang gue bilang Jul, kalau mas Yudha memang ada disini," sahut Dina merasa senang.
" Iya Din, untung saja bik Inah tau nama rumah sakitnya ya kan Din,? Timpal Juli kepada Dina.
" Nah itu dia, gitu-gitu pun bik Inah ingatannya kuat Jul, jangan salah," ucap Dina sambil tersenyum kearah Juli.
" Iya deh bestie ku yang cuantik," timpal Juli.
Dan setelah berjalan sekitar beberapa menit akhirnya mereka berdua pun telah sampai didepan ruangan melati seperti yang di tunjukan oleh perawat itu kepada mereka.
" Assalamualaikum," sahut Dina yang tanpa menunggu lama seraya mengucapkan salam.
" Waalaikumsalam, eh non Dina, mari masuk non," jawab Tigor membalas salam, ia pun sedikit terkejut dengan kedatangan Dina yang secara tiba-tiba itu.
" Terimakasih pak, mohon maaf kami tidak mengabari dulu," ucap Dina sembari mereka berdua pun terlihat segera memasuki ruangan tersebut.
" Oh tidak apa-apa kok non, silahkan duduk non," timpal Tigor yang segera bangkit dari tempat duduknya tersebut kemudian ia menyuruh anak majikannya itu untuk segera duduk.
Setelah mereka berbasa basi, dan Dina sudah tau apa yang dibutuhkan oleh Yudha sekarang, diapun segera mengajukan diri menjadi pendonor untuk Yudha. Betapa kagetnya Tigor mendengar kesediaan anak bosnya itu untuk mendonorkan darahnya buat Yudha.
" Mohon maaf non, nanti papah non Dina bisa marah non," sahut Tigor mengingatkan Dina.
" Udah tidak apa-apa pak, lagian kebetulan aku punya golongan darah yang bisa aku donorkan untuk mas Yudha, apalagi dia orang yang telah menyelamatkan kami pak, jadi dari itu kami memohon agar bapak merahasiakan kedatangan kami berdua kemari dan juga mengenai donor darah ini dari papah ya pak," pinta Dina kepada Tigor.
" Ya sudah non, apabila itu sudah menjadi keputusan non Dina, saya hanya bisa bersyukur karena Yudha akhirnya bisa segera tertolong non," sahut Tigor seraya mengiyakan permintaan dari anak bosnya tersebut.
Bersambung》》》》
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
m akbar
makin seru aja ni thor ceritanya
2023-03-07
0
Dian Romadhon
kl B mah gk langka neng otor... AB itu baru langka
2023-03-01
0