Sudah beberapa bulan Tian pergi ke panti rehabilitasi. Selama itu juga lah aku di temani sama Sofi putri semata wayang nya Tian.
Yah sehubungan Tian memakai barang terlarang itu sudah lama, jadi proses penyembuhan nya juga terbilang lama.
Yang seperti pada yang ku bilang kemaren selama enam bulan. Ternyata itu bagi pemula yang menggunakan barang haram itu. Tapi Tian sudah bertahun-tahun jadi proses nya pun sangat lama.
Meski begitu aku dan Sofi sering membesuk nya agar dia semakin semangat dan termotivasi untuk cepat sembuh..
Aku tidak mau dia merasa terabaikan karena aku tidak membesuk nya. Yah hal itu juga ku lakukan sebagai bentuk perhatian ku kepasa sang suami ku itu.
Terkadang aku datang bersama Sofi. Terkadang bersama papa dan mama nya. Namun terkadang aku juga datang bersama keluarga ku yang ingin melihat secara langsung keadaan nya.
***
"Mama" Teriak Sofi berlari mendekati ku saat aku menjemput nya pulang sekolah.
"Sayang... " Ujar ku menyambut gadis itu dengan memeluk nya.
Yah, gadis itu sekarang sudah masuk sekolah dasar tepat nya kelas satu.
Meski kata Tian dia sulit untuk menerima dan memahami satu materi pelajaran, namun bagi ku dia anak yang pintar. Aku mengajari nya pelajaran yang akan di pelajari besok di sekolah. Dan aku bisa menilai bahwa sesungguh nya anak itu cukup pintar.
Hanya saja dulu nya dia masih kecil dan juga kurang perhatian atau tidak terlalu di ajarkan masalah pelajaran dengan metode mudah di pahami oleh anak seusianya. Karena itu Tian mengatakan bahwa dia sulit menerim pelajaran nya.
Yah memang sih sewaktu aku masih mengajar di TK dengan nya, dia sama sekali belum kenal huruf abjad dan juga angka. Padahal dia sudah masuk B besar saat itu dan akan melanjutkan sekolah dasar nya.
Tapi yah karena dia hanya di harap kan belajar nya di sekolah dan tidak di ulangi di rumah, jadi seperti yang di katakan Tian itu lah hasil nya.
Tapi semenjak dia tinggal bersama ku. Ketika Tian berada di panti rehabilitasi, gadis kecil itu pun tumbuh dan berkembang sangat baik.
Sekarang dia sudah mulai bisa membaca dan mengenal angka. Mencari hasil penjumlahan dan pengurangan juga sudah lumayan bisa.
Yah meski belum terlalu lancar sih. Tapi bukan kah kita sebagai orang tua dan guru tidak boleh memaksa anak untuk cepat memahami pelajaran secara singkat.
Begitu lah yang aku terapkan kepada Sofi. Maklum saja anak seusia nya pasti hanya memikirkan main saja. Oleh karena itu terkadang aku mengajak nya belajar sambil bermain agar putri kecil ku itu tidak bosan dengan pelajaran nya.
"Ayo kita pulang. Oh ya hari ini mama sudah masakin kamu makanan kesukaan kamu" Ujar ku.
"Ayam kecap?" Tebak nya.
Aku mengangguk membenarkan.
"Asyik.... Sofi juga sudah lapar ini ma Ayo kita pulang. Sofi gak sabar menyantap masakan mama" Jelas nya penuh semangat.
Aku mengikuti langkah kaki kecil itu masuk ke salam mobil.
***
"Sayang, sudah ngantuk? Ayo kita ke kamar" Ajak ku kepada anak sambung ku itu saat kami duduk di teras depan rumah menyaksikan bintang-bintang yang bertaburan di langit.
Sekalian juga aku ingin dia bercerita tentang hari-hari nya di sekolah bagaimana. Apa kah menyenangkan? Atau ada kah teman-teman nya yang mencoba untuk menganggu nya.
Selain sebagai ibu sambung, aku juga ingin menjadi teman bagi nya. Yah untuk memahami karakter anak, aku harus menepatkan posisi ku pada usia nya.
Yah begitu lah aku. Aku ingin anak ku mejadikan ku tempat ternyaman nya untuk bercerita.
Aku memegang tangan mungil Sofi dan mengantarkan gadis kecil itu ke kamar nya.
"Mama, kapan papa akan pulang?" Tanya gadis kecil itu saat aku baringkan dia di kasur nya.
Aku tersenyum dan duduk di samping nya.
"Mama juga gak tahu sayang. Kita doain saja ya semoga papa cepat sembuh dari penyakit nya dan bisa berkumpul bersama kita lagi" Ujar ku mencoba untuk menghibur nya.
"Iya ma, Sofi akan selalu doain papa. Sofi juga selalu doain mama agar di perut mama ada adek bayi" Ucap gadis polos itu.
Deg...
Perkataan gadis kecil itu membuat ku tersentak. Kenapa bisa ini anak membahas tentang bayi?
Jangan kan ada bayi, menyentuh ku saja Tian belum pernah. Aku sama sekali belum merasakan surga dunia itu seperti apa karena Tian belum sembuh dari candu nya.
Terlebih juga saat ini di berada di panti rehabilitasi. Bagaimana bisa bayi itu muncul ke rahim ku?
"Iya sayang doain saja ya biar papa cepat sembuh. Jika papa cepat sembuh dan kembali bersama kita, pasti akan ada bayi di dalam perut mama" Ucap ku lagi sambil tersenyum ramah.
"Emang adek bayi itu ada ketika papa sembuh ya ma?" Tanya nya lagi membuat ku tertawa geli.
"Lo iya dong sayang, papa harus sembuh dulu. Jika tidak, adek bayi nya gak mau tuh singgah di perut mama" Ucap ku sambil tertawa.
"Oh gitu ya ma. Iya deh ma, Sofi pasti akan mendoakan papa supaya cepat sembuh nya. Terus kita akan berkumpul lagi dan Sofi akan ada adek" Ucap nya tersenyum senang.
"Iya, aamiin ya nak.. Sekarang saat nya Sofi tidur ya. Besok Sofi harus bangun pagi karena sekolah. Nanti Sofi bisa kesiangan lagi" Ujarku membenarkan selimut agar menutupi tubuh gadis mungil itu.
"Oke deh mama. Selamat malam ya mama semoga mimpi indah" Ujar nya.
"Selamat malam sayang. Mimpi yang indah juga ya.. Ayo baca doa nya" Ucap ku.
Gadis kecil itu pun membaca doa sebelum tidur. Setelah itu dia pun menutup mata nya.
Aku mencium kening nya dengan penuh kehangatan dan tak lupa ku mati nyalakan lampu tidur yang ada di kamar nya agar gadis itu nyaman untuk terlelap.
Aku beranjak dari kamar putri ku itu menuju kamar ku. Sungguh aku sangat kesepian berada di kamar besar itu tampa suami ku di sisi.
Aku merebahkan tubuh mu di kasur yang cukup besar itu. Ku tatapi foto Tian yang berdiri tegak di atas nakas yang berada di samping tempat tidur ku itu.
"Tian, aku rindu kepada mu. Aku sangat-sangat merindukan mu. Cepat sembuh sayang cepat kembali bersama kami di sini" Ucap ku lirih menggosok-gosok foto itu dengan penuh kerinduan.
Kini foto itu ku ambil dan ku tatapi. Aku memeluk foto itu dengan penuh kerinduan di hati hingga pada akhir nya aku pun terlelap bersama foto suami ku itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments