Aku hanya bisa terdiam saat Tian mengungkapkan perasaan nya selama ini kepada ku. Jujur aku tidak menyangka ternyata dia mencintai ku hanya saja karena tingkah laku nya yang nakal itu membuat nya tidak mau membalas rasa yang telah ku sampaikan melalui Fia.
"Terus, jika kamu benar mencintai ku kenapa kamu tidak berusaha berubah?" Tanya ku.
”Aku ingin berubah, ada niat di hati ini berubah demi kamu. Dan setelah aku berubah menjadi lebih baik kelak, aku ingin mengatakan perasaan ku sebenar nya kepada mu. Kamu tahu, tidak mudah bagi ku untuk berubah. Aku berusaha melepaskan diri dari narkoba. Namun, setelah aku mendengar kamu melanjutkan pendidikan mu, aku menjadi terpukul dan kembali lagi ke tebiat ku. Yah, karena aku pikir usaha ku untuk berubah demi kamu itu hanya sia-sia. Toh kamu juga pergi meninggalkan ku. Terlebih orang tua ku bercerai, jelas itu semakin membuat ku frustasi. Aku merasa aku sendirian di dunia ini. Tidak ada tempat ku bergantung. Hingga membuat ku kembali pada yah benda terlarang itu" Jelas Tian lagi.
Aku hanya terdiam tidak bisa memberikan tanggapan ku. Yah aku bingung harus bagaimana saat ini. Ternyata selama ini aku telah salah menilai nya. Aku pikir dia tidak mencintai ku dan bahkan mengejek ku karena ada seorang gadis yang mengungkapkan perasaan nya kepada laki-laki.
"Fit" Panggil nya kepada ku setelah sekian lama kami terdiam larut dalam pikiran masing-masing.
Aku melihat ke arah nya.
Tian menarik napas nya dan di hembuskan nya kuat-kuat. Terlihat dia sedang menyusun kata untuk berbicara dengan ku.
"Aku ingin mengatakan sesuatu kepada mu" Jelas nya.
"Apa?"
Tian berlutut di hadapan ku. Dia memegang tangan ku dengan penuh keyakinan. Tentu saja itu membuat ku heran dan bingung. Aku kaget ketika Tian menyentuh tangan ku.
Ser... Aliran darah ku terasa mengalir begitu cepat dari ujung kaki hingga ujung kepala ku. Getaran-getaran halus kembali muncul di hati ku. Jantung ku pun ikut berdetak tidak sesuai dengan tempo nya.
"Fitri, aku ingin bersama mu. Untuk saat ini, besok bahkan selama nya. Aku ingin kamu menjadi milik ku. Mau kah kamu menikah dengan ku? Aku tidak mau kehilangan mu untuk kedua kali nya" Jelas Tian mengungkap kan isi hati nya.
Deg...
Kaget, semakin kaget lah aku di buat oleh Tian yang mengungkap kan perasaan nya secara mendadak seperti itu. Bahkan sampai mengajak ku menikah pula. Bagaimana aku tidak kaget bukan. Pasti semua orang merasa kaget di perlakukan seperti itu bukan.
Aku menatap bola mata nya yang berwarna coklat itu. Ingin mencari keseriusan dan kebenaran atas ungkapan nya kepada ku. Karena aku tidak mau di perman kan olehnya. Secara dia mengungkap kan perasaan nya secara mendadak seperti ini. Jelas saja aku merasa kurang yakin dengan ungkapan rasa nya saat ini. Namun, setelah menatap bola mata nya, bisa ku lihat ternyata ada keseriusan di bola mata nya itu.
"Fit, kenapa kamu bengong?"
"Ha?" Aku kaget.
"Apa kah kamu sudah mempunyai tambatan hati?" Tanya nya kepada ku.
"Ha" Aku kaget dengan pertanyaan nya.
"Maksud ku apa kah kamu sudah ada pacar? Maafkan aku jika aku mengungkapkan perasaan ini secara tiba-tiba seperti ini. Bahkan aku tidak bertanya terlebih dahulu kepada mu apa kah kamu ada pacar atau belum. Bahkan bisa jadi kamu sudah bertunangan atau menikah" Ujar nya merasa bersalah.
Tian menunduk kan kepala nya.
"Gak kok, hingga detik ini aku masih sendiri. Hanya saja aku bingung harus menjawab apa. Terlalu cepat kamu mengatakan semua ini" Ujar ku dengan jujur.
Tian kembali menatap ku. Bisa ku lihat tadi wajah nya yang murung kini ceria lagi mendengar aku masih sendiri.
"Maaf ya Fit" Ujar nya merasa bersalah.
"Maaf? Untuk apa?"
"Ya karena mungkin aku telah membuat mu kaget dengan mengatakan hal ini. Tapi aku lakukan ini semata-mata aku tidak mau kehilangan kamu lagi" Jelas nya kepada ku.
"Aku sudah melakukan kesalahan karena membiarkan perasaan ku terluka karena tidak membalas cinta mu. Dan kini aku tidak mau hal itu terjadi lagi. Aku benar-benar ingin bersama mu dalam suka mau pun duka. " Ujar nya dengan mantap.
"Harus nya aku yang meminta maaf kepada mu Tian. Jujur saja aku sangat kaget dan aku bingung harus memberikan jawaban apa"
Tian tampak berpikir.
"Ya sudah, kamu jangan terlalu memikirkan apa yang aku katakan tadi. Aku tidak meminta mu dan tidak memaksa mu untuk menjawab nya sekarang. Aku akan menunggu jawaban dari mu besok, lusa atau kapan pun itu ketika kamu sudah siap dan tahu jawaban nya apa" Jelas nya dengan senyuman manis nya kepada ku penuh dengan pengertian.
"Tapi masalah candu ku itu, apa kamu masih seperti itu?" Tanya ku.
"Jujur Fit, aku tidak mau berbohong dengan mu. Seperti yang ku katakan tadi aku kembali terjerumus dengan banda itu. Tapi aku janji sama kamu. Aku akan berubah demi kamu. Aku akan meninggalkan benda itu demi kamu. Karena aku tidak mau apa yang terjadi kepada Santi akan terjadi juga kepada mu. Aku tidak mau merasa bersalah untuk kedua kali nya" Jelas nya.
Aku merasa tersentuh dan tersentak oleh Tian. Di mana niat nya berubah demi ku sungguh membuat hati ini luluh. Yah, siapa yang tidak tersentuh jika laki-laki itu rela berubah demi diri nya. Jelas semua perempuan di dunia ini merasakan hal yang sama.
Ceng... Ceng...
Terdengar suara bel masuk berbunyi.
Aku berdiri dari duduk ku. Dan merapikan pakaian ku.
"Tian, maaf aku harus pergi sekarang. Waktu belajar akan segera tiba" Jelas ku.
"Iya, selamat bekerja ya. Semangat" Ujar nya tersenyum manis.
Aku membalas senyuman nya itu. Entah lah sudah tahu Tian itu pencandu, tetap saja hati ini berbunga-bunga ketika dia mengungkapkan rasa nya kepada ku. Apa lagi sampai mengajak ku menikah. Dan mungkin kalian berpikir aku adalah gadis yang bodoh jika menerima Tian.
Secara orang sudah candu begitu dari kecil pula. Mana bisa berubah. Namun, aku selalu percaya bahwa kekuatan Allah itu nyata. Dan ketika dia mengatakan kun faya kun. Maka dengan sekejap mata Tian akan berubah. Bahkan bisa jadi dia berubah menjadi Ustadz. Masa depan seseorang tidak ada yang tahu bukan. Hanya Allah saja lah yang mengetahui segala nya. Karena Dia Tuhan semesta alam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments